Sponsor

Saturday 23 February 2013

Metode Activity Based Costing (ABC) pada HPP


    Activity Based Costing  pada dasarnya merupakan penentuan harga pokok produk yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok produk  secara cermat untuk kepentingan manajemen ,dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk.

   Tujuan Activity Based Costing adalah untuk mengalokasikan biaya ke transaksi dari aktivitas yang  dilaksanakan dalam suatu organisasi, dan kemudian  mengalokasikan  biaya tersebut secara tepat ke produk sesuai dengan pemakaian aktivitas setiap produk.

   Full Costing  dan Variabel Costing (konvensional) menitikberatkan penentuan harga  pokok produk pada fase produksi saja, sedangkan untuk Activity Based Costing  menitikberatkan  penentuan harga pokok produk pada semua fase pembuatan produk yang terdiri dari :

1.  Fase desain dan pengembangan produk
     - biaya desain
     - biaya pengujian

2.  Fase produksi
     -   unit level activity cost
     -   batch level activity cost
     -   product sustaining activity cost
     -   facility sustaining activity cost

3.  Fase dukungan logistik
     -   biaya iklan
     -   biaya distribusi
     -   biaya garansi produk
       
   Adapun rincian biaya produksi dalam ABC adalah sebagai berikut :

1. Unit level activity cost : biaya ini dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah  unit  produk  yang dihasilkan. Contohnya : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya energi dan biaya angkutan.

2. Batch level activity cost : biaya ini berhubungan dengan jumlah batch  produk  yang  diproduksi. Besar  atau kecilnya biaya ini tergantung dari frekuensi order produksi yang diolah oleh fungsi produksi. Biaya ini tidak  dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi dalam setiap order produksi. Contoh : biaya angkutan bahan baku  dalam  pabrik, biaya inspeksi, biaya order pembelian.

3. Produk sustaining activity cost : biaya ini berhubungan  dengan penelitian dan pengembangan produk dan  biaya-biaya  untuk mempertahankan produk agar tetap  dapat  dipasarkan. Biaya ini dibebankan kepada produk berdasarkan  taksiran  jumlah  unit yang akan dihasilkan selama umur  produk  tersebut. Biaya  ini tidak terpengaruh oleh jumlah unit  produk yang diproduksi dan jumlah batch produksi yang  dilaksanakan oleh divisi penjual. Contoh : desain produk,desain proses pengolahan produk, pengujian produk.

4. Facility sustaining activity cost : biaya ini berhubungan dengan kegiatan  untuk  mempertahankan kapasitas yang dimiliki oleh perusahaan. Biaya ini dibebankan kepada produk atas dasar  taksiran unit yang dihasilkan pada kapasitas normal divisi penjual. Contoh : biaya depresiasi  dan  amortisasi, biaya  asuransi dan biaya karyawan kunci.


ILUSTRASI

   P.T. Ayu Jelita membuat 4 produk A, B, C, dan D dengan data se-
   bagai berikut :

Produk
Unit Keluaran
Jumlah / Putaran Produksi
Jam Kerja Langsung / unit
Jam Mesin / unit
Biaya Material / unit
Komponen Material / unit







A
25
3
2
2
Rp. 30
8
B
25
4
4
4
75
5
C
250
7
2
2
30
8
D
250
10
4
4
75
6


24






Biaya tenaga kerja Rp 7,- perjam
Biaya overhead pabrik :

-  Biaya variabel jangka pendek                    Rp   8.250,-
-  Biaya variabel jangka panjang :
    -  biaya penjadwalan               Rp 7.680,-
    -  biaya set up                     RP 3.600,-
                                      ------------
                                                   Rp  11.280,-
-  Biaya penanganan material                       Rp   7.650,-
                                                  --------------
                                                   Rp  27.180,-

Hitunglah harga pokok perunit :
a.  Menggunakan kalkulasi biaya produk konvensional dengan memakai
    tarif overhead jam tenaga kerja
b.  Menggunakan ABC dengan pemacu biaya sebagai berikut :
      Biaya variabel jangka pendek         Jam mesin
      Biaya penjadwalan                    Jumlah putaran produksi
      Biaya set up                         Jumlah putaran produksi
      Biaya penanganan material            Jumlah komponen
c.  Bandingkan hasil dari kedua metode tersebut


Penyelesaian :

a.  Kalkulasi biaya konvensional

    Jumlah jam tenaga kerja  A    25 X 2  =   50
                             B    25 X 4  =  100     
                             C   250 X 2  =  500
                             D   250 X 4  = 1000
                                           ------
                                            1650

                             Rp. 27.180,-
    Tarif Overhead Pabrik = -------------- = Rp. 16,47 / Jam TK
                                1.650

Keterangan
A (Rp)
B (Rp)
C (Rp)
D (Rp)
Total (Rp)






Material
750,0
1.875
7.500
18.750
28.875,0
Upah
350,0
700
3.500
7.000
11.550,0
Biaya Utama
1.100,0
2.575
11.000
25.750
40.425,0
BOP @ 16.47
823.5
1.647
8.235
16.470
27.175,5
HP Produksi
1.923,5
4.222
19.235
42.220
67.600,5
Unit diproduksi
25
25
250
250

HP Produksi / unit
77
169
77
169








b. Kalkulasi Biaya dg metode Activity Based costing
   1. By. Var jangka pendek Rp.8.250,- / 1.650 = Rp.5 / jam TK.
   2. By. Pnjdwln Rp.7.680,- / 24 = Rp. 320 perputaran produksi.
   3. By. Set Up Rp. 3.600,- / 24 = Rp. 150 perputaran produksi.
   4. By penanganan Material Rp. 7.650 / 3.825 = Rp. 2 / komponen.

                        Total Komponen
                  A    25   x  8   =     200
                  B    25   x  5   =     125
                  C   250   x  8   =   2.000
                  D   250   x  6   =   1.500  +
                                     ---------
                                       3.825












Keterangan
A (Rp)
B (Rp)
C (Rp)
D (Rp)
Total (Rp)






Biaya Utama
1.100,0
2.575,0
11.000,0
25.750
40.425,0
Bi Var. Jk Pdk @ Rp. 5/Jam TK
250,0
500,0
2.500,0
5.000,0
8.250,0
Bi Penjadwalan
@ Rp. 320
960,0
1.280,0
2.240,0
3.200,0
7.680,0

Bi Set Up @ Rp. 150/putaran
450,0
600,0
1.050,0
1.500,0
3.600,0
Bi Penangangan material @ Rp. 2/komponen
400,0
250,0
4.000,0
3.000,0
7.650,0
HP Produksi
3.160.0
5.205,0
20.650,0
38.450,0
67.605,0
Unit diproduksi
25
25
250
250

HP Produksi / unit
126,4
208,2
83,16
153,8









c. Membandingkan hasil yang diperoleh

Keterangan
A (Rp)
B (Rp)
C (Rp)
D (Rp)





HP Produksi / unit metode konvensional
77,0
169,0
77,0
169,0
HP Produksi / unit metode ABC
126,4
208,2
83,16
153,8






Metode ABC lebih banyak membebankan overhead terhadap produksi dengan volume yang lebih rendah dan cenderung membebankan secara relatif lebih kecil terhadap produksi dengan volume yang lebih tinggi.

















KASUS 1
  
   P.T Harmoni  memproduksi 2 jenis jambangan bunga bermutu tinggi untuk  penjualan domestik  dan ekspor, yaitu model antik dan model kontemporer. Direktur eksekutif perusahaan tersebut memutuskan untuk mengubah sistem penentuan  harga pokok berbasis volume ke sistem harga pokok berbasis aktivitas. Untuk mengetahui pengaruh perubahan sistem harga pokok, diperoleh data untuk bulan januari 1998 adalah sebagai berikut :

  Keterangan                Antik   Kontemporer    Jumlah  

Kuantitas                  200.000      50.000     250.000 
Biaya utama (BBB + BTKL)Rp 700.000,-Rp 150.000,-Rp 850.000,-
Jam mesin                      500         125         625 
Biaya pemeliharaan mesin                        Rp 250.000,-
Gerakan bahan                  700         100         800 
Biaya pengolahan bahan                          Rp 300.000,-
Jumlah set up                  100          50         150 
Biaya set up                                    Rp 450.000,-

    Dalam  penentuan harga pokok berbasis unit, biaya  pemeliharaan mesin, biaya pengolahan bahan, biaya setel dibebankan kepada setiap jenis produk berdasarkan jam mesin.


Diminta :

1.     Hitunglah biaya perunit untuk setiap jambangan bunga dengan
   pendekatan harga pokok berbasis unit.
2.     Hitunglah biaya perunit untuk setiap jambangan bunga dengan
   pendekatan harga pokok berbasis aktivitas.



KASUS 2

    P.T Nirwana adalah sebuah perusahaan yang memproduksi komponen pesawat terbang yang terdiri dari 2 jenis produk. Sistem tradisional sebelumnya terdiri dari dua kategori biaya langsung (biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung ) dan satu pusat biaya  tidak  langsung ( biaya overhead pabrik, yang  dialokasikan berdasarkan jam tenaga kerja langsungg ). Tarif alokasi biaya tidak langsung untuk sistem tradisional adalah Rp 230.000,- / jam tenaga kerja langsung.
    Baru-baru  ini  Tn. Indra Gunawan selaku manajer produksi mencoba memperbaiki  sistem  tradisional dengan sistem activity based costing . Untuk biaya langsung  tetap  dipertahankan  dan mengubah satu pusat biaya tidak langsung dengan 5 pusat  biaya tidak  langsung dengan rincian sebagai berikut :





      Keterangan           Dasar alokasi   Tarif alokasi biaya

1. Penanganan bahan baku Jmlh suku cadang   Rp          800,-
2. Pembubutan            Jmlh putaran       Rp          400,-
3. Milling               Jmlh jam mesin     Rp       40.000,-
4. Grinding              Jmlh suku cadang   Rp        1.600,-
5. Pengujian             Jmlh unit yg diuji Rp       30.000,-

   Berikut data yang digunakan untuk kedua jenis produk tersebut :



 
       Keterangan                  X                Y       


 
 Biaya bahan baku langsung   Rp 19.400.000,- Rp 119.800.000,-
 Biaya tenaga kerja langsung Rp  1.500.000,- Rp  22.500.000,-
 Jmlh jam tng kerja langsung            25              375 
 Jumlah suku cadang                    500             2000 
 Jumlah putaran                     20.000           60.000 
 Jumlah jam mesin                      150             1050 
 Jumlah unit (seluruh unit diuji)       10              200 

Diminta :
1. Hitung harga pokok perunit dengan sistem kalkulasi biaya tradisional
2. Hitung harga pokok perunit dengan sistem activity based costing
3. Apa keputusan yang akan diambil oleh Tn. Indra Gunawan



KASUS 3
   
    Perusahaan JC memproduksi 4 jenis produk yaitu B1, B2, B3, dan B4 dengan kapasitas produksi untuk B1 dan B3 sebesar 10 unit sedangkan B2 dan B4 100 unit. Semua produk  tersebut diproduksi dengan menggunakan peralatan dan proses yang sama. Dengan biaya Overhead pabrik total Rp. 9.924,- . Produksi  dari ke empat produk tersebut  memerlukan  biaya yang terdiri dari 7 aktivitas, dimana biaya tersebut di alokasikan ke  produk secara tidak langsung. Berikut rincian mengenai aktivitas dan biaya yang dibebankan:
- Pemesanan material (10% dari biaya material langsung)
- Pengawasan tenaga kerja langsung (Rp 10 per jam tenaga kerjalangsung)
- Menjalankan mesin (Rp 15 per jam mesin)
- Melakukan set up ( Rp 120 per set up)
- Memenuhi pesanan (Rp 125  per pesanan)
- Menangani material (Rp 25 per batch yang ditangani)
- Mengadministrasikan komponen (Rp 500 per komponen)

Data-data  yang berhubungan dengan  seluruh proses produksi adalah sebagai berikut:







Prod
Biaya Material
Unit Level Activities
Batch Level Activities
Product Activities Komponen

Jam TK Langsung
Jam Mesin
Jml Set Up
Jml Pesanan
Jml Pena nganan









    B1  Rp  60        5        5     1        1       1        1   
    B2  Rp 600       50       50     3        3       3        1   
    B3  Rp 180       15       15     1        1       1        1   
    B4  Rp1800      150      150     3        3       3        1   
 TOTAL  Rp2640      220      220     8        8       8        4   
  BOP   Rp 264     2200     3300   960     1000     200     2000  


 


Biaya tenaga kerja Rp 7,5 per jam
Hitunglah besarnya harga pokok produksi per unit:
a.     Menggunakan biaya konvensional dengan dasar pembebanan jam kerja
   langsung.
b. Menggunakan sistem activity based costing.



  


2 comments:

Anonymous said...

jawaban untuk kasus 1,2,3 ada kah ? please share it.
thanks you

Dahliatul M said...

Mohon dong gimna cara ngerjain nmr 2 nya