Dalam akuntansi biaya, perhitungan
harga pokok dilakukan dengan menjumlahkan seluruh unsur biaya produksi,
sedangkan harga pokok produksi per unit
ditentukan dengan membagi seluruh total biaya produksi dengan volume produksi
yang dihasilkan atau yang diharapkan akan dihasilkan. Cara seperti ini yang
harus digunakan apabila berhubungan dengan prinsip akuntansi, mempengaruhi baik
jumlah harga pokok produk maupun cara
penyajiannya dalam laporan rugi laba. Bagi manajemen, punya kebebasan
untuk tidak mengikuti prinsip akuntansi dalam hal tertentu, cara yang disebut
Full Costing tersebut seringkali tidak banyak membantu. Oleh karena itu untuk perencanaan dan pengambilan
keputusan yang berhubungan dengan biaya produksi dikenal dengan pendekatan
Variable Costing .
q VARIABEL COSTING
Variable Costing adalah suatu
metode penentuan harga pokok ( dan
pengaruhnya pada penyajian laporan rugi
laba ) dimana hanya biaya produksi variabel saja dibebeakan sebagai bagian dari harga pokok produksi. Metode
ini disebut Variable
Costing dengan alasan bahwa biaya
yang dibebankan kepada produk hanya
biaya yang berhubungan langsung dengan produk
saja. Dengan pengertian tersebut, maka yang disebut harga pokok produksi
adalah penjumlahan dari biaya bahan variabel, biaya upah variabel dan
biaya overhead variabel tampak sebagai berikut:
Biaya bahan variabel Rp
xxx
Biaya upah variabel
xxx
Biaya overhead variabel xxx
----------- (+)
Harga pokok produksi Rp
xxx
Dengan cara seperti
tersebut, maka dalam metode Variable Costing biaya overhead tetap bukan merupakan bagian
dari produksi dan hal ini akan berpengaruh pada penyajian laporan rugi laba.
Dalam metode Variable Costing laporan
rugi laba akan disajikan sebagai berikut :
LAPORAN RUGI LABA DENGAN PENDEKATAN VARIABEL
COSTING
Penjualan A
Biaya
Variabel :
Harga
Pokok Penjualan Variabel R
Biaya
Operasi Variabel S
----- +
Total
Biaya Variabel T
----- -
Laba
Kontribusi (Contribution Margin) U
Biaya
Tetap (Period Cost) :
Biaya
Produksi Tetap V
Biaya
Operasi Tetap W
----- +
Total
Biaya Tetap X
----- -
Laba
Bersih Y
Laporan Harga Pokok Penjualan :
Persediaan Barang Awal B
Harga Pokok Produksi Variabel:
Persediaan bahan awal C
Pembelian bahan 19x0 D
--- +
Bahan siap digunakan E
Persediaan bahan akhir F
--- -
Bahan digunakan dalam produksi G
Upah variabel H
Overhead Variabel I
--- +
Biaya Konversi Variabel J
--- +
Biaya produksi 19x0 K
Persediaan barang dalam proses awal L
--- -
Biaya Produksi Total M
Persediaan barang dalam proses
akhir N
--- -
Harga Pokok Produksi O
--- +
Barang jadi siap dijual P
Persediaan barang jadi akhir Q
--- -
Harga pokok penjualan variabel R
Metode Variable Costing mempunyai perbedaan
dengan metode harga pokok penuh (Full
Costing) dalam hal:
1.Penentuan harga pokok produksi
2.Penyajian dalam laporan rugi
laba
1.Penentuan
harga pokok produksi
Metode Full Costing : Menggunakan
pendekatan FUNGSI
Yaitu : pembebanan biaya didasarkan
pada Fungsi perusahaan sehingga apa
yang disebut biaya produksi baik langsung maupun tidak
langsung,tetap maupun variabel.
Biaya operasi adalah : Seluruh biaya
untuk menawarkan dan menjual produk setelah keluar dari
fungsi produksi, meliputi biaya
operasi tetap dan variabel atau bisa dikelompokkan menjadi fungsi lebih
terinci, seperti fungsi administrasi,
fungsi penjualan dsb.
Metode Variable Costing :
Menggunakan pendekatan Tingkah Laku
Artinya,perhitungan harga pokok dan penyajian laporan laba rugi
didasarkan atas tingkah laku biaya. Biaya
produksi dibebani biaya variabel saja,dan biaya tetap dianggap bukan
biaya produksi. Pendekatan ini digunakan
karena dianggap produksi yang berubah-ubah saja layak dibebankan,agar tidak
terjadi kelebihan atau kekurangan pembebanan. Demikian pula pada Biaya Operasi.
Biaya Operasi dipisahkan dengan
biaya operasi tetap, karena biaya operasi variabel berubah sesuai dengan
perubahan operasi perusahaan, sedangkan biaya operasi tetap tidak dipengaruhi
oleh operasi perusahaan.
Dengan perbedaan
pendekatan tersebut, maka penyajian laporan laba rugi menurut kedua metode berbeda. Metode Harga
Pokok Penuh, laporan laba rugi
disajikan berdasar fungsi,sedangkan laporan laba rugi menurut metode
Variable Costing disajikan berdasar tingkah laku.
2. Penyajian dalam Laporan Laba Rugi.
Pada Variable Costing ada item Contribution
Margin (Laba Kontribusi) yaitu selisih Penjualan dengan biaya-biaya variabel,
sedangkan pada Full Costing tidak ada.
q
MANFAAT VARIABLE COSTING BAGI MANAJEMEN:
1.
Variable
Costing sebagai Alat Perencanaan Laba
Perencanaan Laba atau perencanaan operasi adalah
rencana dari manajemen yang meliputi seluruh tahap dari operasi dimasa
yang akan datang untuk mencapai tujuan
perusahaan yang dibagi dalam dua jenis rencana, yaitu rencana jangka pendek dan
jangka panjang. Variable Costing
bermanfaat dalam pembuatan rencana
jangka pendek dengan memisahkan biaya variabel dan tetap dalam laporan rugi
laba, sehingga akan diketahui Contribution Margin. Dengan kedua hal itu maka
manajemen bisa merencanakan berapa laba yang akan diperoleh.
2. Variable Costing sebagai Petunjuk
Penentuan Harga Jual
Informasi Contribution
Margin dari Variable Costing
sangat membantu dalam menentukan harga jual
yang kompetitive, karena Contribution Margin menunjukkan berapa
kelebihan hasil penjualan dari biaya variabel, bisa diperhitungkan dengan
mengalikan contribution margin/unit dengan jumlah penjualan.sedang biaya tetap akan tetap
jumlahnya, oleh karena itu tertutup atau
tidaknya tergantung jumlah CM yang didapat. Selisih antara CM dengan biaya
tetap merupakan laba.
3.
Variable
Costing untuk Pengambilan Keputusan Manajemen
Manajemen sering dihadapkan pada
masalah pemilihan alternatif dimana alternatif-alternatif tersebut mempunyai
pengaruh terhadap besar kecilnya laba perusahaan. seperti masalah memasuki
pasar-pasar baru, perluasan usaha,memenuhi atau tidak pesanan
khusus,membuat sendiri atau memesan
bahan pembantu atau suku cadang tertentu. Masalah ini dapat dipecahkan dengan
pertolongan analisis CM.
ILLUSTRASI
"PT. HAPPY" menggunakan
biaya standar dalam menentukan besarnya biaya produksi. Equipment dari "PT.
HAPPY" mempunyai kapasitas normal 150.000 unit atau 300.000 jam kerja
langsung.
Biaya
standar per unit produksi adalah :
biaya bahan baku Rp. 80,-
Biaya tenaga kerja langsung Rp.120,- (2 jam kerja langsung)
Biaya Overhead Pabrik Rp. 80,-
---------- +
Biaya Produksi Variabel Rp.280,- per unit
Biaya Overhead Pabrik tetap Rp. 6.000.000,- pertahun
Biaya Adm. dan pemasaran Variabel Rp. 56,-per unit, sedangkan
yang tetap Rp. 3.600.000,-
Biaya Adm. dan Pemasaran tetap diperhitungkan
pertahun
Harga Jual perunit Rp. 480,-
Pajak penghasilan 10%
Data penjualan dan produksi tahun 1981
sebagai berikut:
Penjualan 160.000 unit
Produksi 140.000 unit
Persediaan awal 25.000 unit
Selisih tidak menguntungkan :
- selisih efisiensi tenaga kerja Rp.
270.000,-
- selisih pengawasan (variabel) Rp. 184.000,-
Selisih menguntungkan :
- selisih harga bahan baku Rp. 176.000,-
(Seluruh
selisih dibebankan ke harga pokok penjualan)
Diminta:
1.
Buat laporan laba/rugi absorption costing dan Variable costing.
2.
Perbedaan laba antara Variable costing dengan absorption costing
dan hal apa yang membedakan (tunjukkan
dengan perhitungan).
Penyelesaian:
Rp. 6.000.000,-
BOP tetap = --------------- =
Rp. 40,-
150.000 unit
Selisih BOP =
BOP tetap total - Biaya tetap dibebankan
=
Rp. 6.000.000,- - (40 x 140.000)
=
Rp. 400.000,-
==================================================================
PT. HAPPY
Laporan Laba - Rugi
Variable Costing
==================================================================
Penjualan Rp. 76.800.000,-
Harga pokok penjualan :
Bahan baku Rp. 11.200.000,-
Upah langsung Rp. 16.800.000,-
BOP (variabel) Rp. 11.200.000,-
------------------
Rp.
39.200.000,-
Persedian 1 Januari Rp.
7.000.000,-
Persediaan 31 Desember (Rp.
1.400.000,-)
------------------
Harga pokok produksi standar Rp. 44.800.000,-
Slsh eff. tdk Menguntungkan Rp.
270.000,-
Slsh pengwsn tdk Menguntungkan Rp. 184.000,-
Slsh hrg bhn menguntungkan (Rp.
176.000,-)
------------------
Harga pokok penjualan Rp. 45.078.000,-
Biaya adm dan pmsrn (variabel) Rp. 8.960.000,-
-----------------
Jumlah biaya variabel Rp. 54.038.000,-
-----------------
Contribusi margin Rp.
22.762.000,-
Biaya tetap:
Biaya overhed pabrik tetap Rp.
6.000.000,-
Biaya adm. dan pemasaran Rp.
3.600.000,-
------------------
Rp. 9.600.000,-
-----------------
Laba bersih Rp.
13.162.000,-
Pajak (10%) (Rp. 1.316.200,-)
-----------------
Rp. 11.845.800,-
==================================================================
PT. HAPPY
Laporan laba - rugi
Full Costing
==================================================================
Penjualan Rp.
76.800.000,-
Harga pokok penjualan :
- Bahan baku Rp. 11.200.000,-
(140.000 x Rp.80,-)
- Upah langsung Rp. 16.800.000,-
(140.000 x Rp.120,-)
- BOP Variabel Rp. 11.200.000,-
(140.000 x Rp.80,-)
BOP tetap Rp. 5.600.000,-
(140.000 x Rp.40,-) ----------------- +
Rp.
44.800.000,-
Persediaan 1 Jan stndr Rp.
8.000.000,-
(25.000 x Rp.320,-)
Persediaan 31 des (Rp. 1.600.000,-)
(5.000 x Rp.320,-) ------------------
Hrg pkk penjualan stndr Rp. 51.200.000,-
ditmbh slsh tdk menguntungkan:
slsh efisiensi tenaga kerja Rp.
270.000,-
selisih pengawasan Rp. 184.000,-
selisih volume Rp. 400.000,-
-----------------
Rp. 854.000,-
dikurangi slsh menguntungkan (Rp.
176.000,-)
Rp. 678.000,-
-----------------
Rp. 24.922.000,-
Laba kotor
Biaya operasi :
Biaya adm dan pmsrn (variabel) Rp. 8.960.000,-
Biaya adm dan pmsrn (tetap) Rp.
3.600.000,-
-----------------
Rp. 12.560.000,-
-----------------
Laba bersih Rp.
12.362.000,-
Pajak (10%) (Rp. 1.236.200,-)
------------------
Rp. 11.126.800,-
===================================================================
2.
Perbedaan laba antara Variable costing dengan absoption costing :
Variable Costing Rp. 13.162.000,-
Absorption costing Rp. 12.362.000,-
----------------
Selisih Rp. 800.000,-
Perbedaan (selisih) ini terjadi dikarenakan
hal-hal sebagai
berikut :
a. Persediaan awal absoption costing Rp.
8.000.000,-
Persediaan awal Variable costing Rp.
7.000.000,-
----------------
Selisih Rp. 1.000.000,-
b. Persediaan akhir absorption costing Rp.
1.600.000,-
Persediaan akhir Variable costing Rp.
1.400.000,-
----------------
selisih Rp. 200.000,-
Sehingga perbedaan laba antara kedua metode
ini adalah :
Rp. 1.000.000,- -
Rp. 200.000,- = Rp.
800.000,-
CONTOH-CONTOH
KASUS.
KASUS 1
Perusahaan LUWES adalah sebuah perusahaan
yang memproduksi jas
hujan
khusus wanita, dengan harga jual per unit Rp 6.000,00. Peru-
sahaan
ini mempunyai tenaga kerja dan mesin yang mampu berproduksi
1.000
unit setiap kuartal. Biaya produksi rata-rata per kuartal
adalah
Rp 3.000.000,00 yang terdiri dari 60% adalah biaya produksi
variabel
dan 40% adalah biaya produksi tetap.
Laporan
rugi-laba selama tiga kuartal (setahun) yaitu tahun
1980
yang disajikan secara full costing
(absorption costing) ada-
lah
sebagai berikut:
Perkiraan Kuartal 1(Rp) Kuartal 2(Rp)
Kuartal 3(Rp)
Penjualan 3.000.000,00 1.200.000,00
12.000.000,00
Harga pkk penjualan:
Persediaan awal 1.500.000,00 3.900.000,00
Harga pokok produksi 3.000.000,00 3.000.000,00 3.000.000,00
Prod. tersedia dijual 3.000.000,00
4.500.000,00 6.900.000,00
Persediaan akhir 1.500.000,00 3.900.000,00 900.000,00
Harga pokok penjualan 1.500.000,00 600.000,00 6.000.000,00
Laba kotor 1.500.000,00 600.000,00 6.000.000,00
a.
Dari data-data tersebut di atas
saudara diminta untuk merubah
laporan rugi-laba dengan menggunakan
variabel costing.
b.
Apabila ada perbedaan laba-rugi antara
kedua metode yaitu var-
iabel costing dan full costing, terangkan sebab-sebab perbeda-
an tersebut!
KASUS 2
Dalam tahun 1997 PT. ALABIU mempunyai
kapasitas normal 5000
unit.
Jumlah produk yang dihasilkan pada tahun 1997 adalah 5000
unit
dan seluruhnya terjual dengan harga jual per unit Rp. 400,-.
Biaya-biaya
yang terjadi adalah sebagai berikut :
Biaya
produksi tetap
Rp. 250.000,-
Biaya
produksi variabel per unit
Rp. 100,-
Biaya
non produksi tetap
Rp. 62.500,-
Biaya
non produksi variabel/ unit
Rp. 20,-
Dalam tahun 1998 manajemen PT. ALABIU
memperkirakan :
Biaya
produksi variabel naik 25% / unit, Biaya
non produksi vari-
abel
naik Rp. 5,- per unit, Biaya non produksi
tetap tidak ada
perubahan,
Biaya produksi tetap naik Rp. 62.500, Volume
penjualan
dan
produksi tdk ada perubahan dengan Harga jual per unit naik 25%.
Diminta
:
a. Berapakah
besarnya laba bersih tahun 1997 dan 1998 dengan menggunakan metode Absorption
costing ? sertakan perhitungan anda !
b. Berapakah
besarnya laba bersih tahun 1997 dan 1998 dengan menggunakan metode variabel
costing ? sertakan perhitungan anda !
KASUS
3
PT ESKANEE adalah perusahaan yang
membuat kue , perusahaan ini memerlukan data sebagai berikut :
4
ons bahan baku untuk membuat satu bungkus roti
(1 unit produk).
2
jam tenaga kerja untuk menyelesaikan 1 unit produk.
Biaya standar menunjukkan harga bahan
baku per ons Rp. 100,-
Upah buruh per jam tenaga kerja
langsung Rp. 225,-
biaya overhead tetap Rp. 6.600.000,- /
tahun.
BOP variabel Rp. 100,- per jam karja langsung.
Data-data lain pada tahun 1998 menunjukkan:
Selisih pengawasan tidak menguntungkan
Rp. 835.000,-
Selisih menguntungkan Rp. 550.000,-
Persediaan barang jadi : awal ( 1 jan uari ) 1000
unit dan akhir ( 31 Desember ) 1500 unit
Bahan baku yang sesungguhnya dipakai
dalam proses 26.400 kg.
Produk jadi yang dipindahkan ke gudang
adalah 66.000 unit.
Diminta :
Buatlah laporan Harga Pokok Penjualan
dengan metode absorption dan direct costing !
No comments:
Post a Comment