I.
Pengertian & Karakteristik Metode Harga
Pokok Proses
Merupakan metode pengumpulan biaya produksi digunakan oleh perusahaan yang
mengolah produknya secara massa.
Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu,
dan biaya produksi persatuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi
dalam proses tertentu selama periode tertentu dengan jumlah satuan yang
dihasilkan dari proses selama jangka waktu yang bersangkutan.
Karakteristik produksinya adalah :
1.
Produk
yang dihasilkan merupakan produk standar.
2.
Produk
yang dihasilkan dari bulan ke bulan sama.
3.
Kegiatan
produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana
produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu.
II.
Perbedaan Metode Harga Pokok Proses dengan
Metode Harga Pokok Pesanan
Perbedaan
|
Harga pokok pesanan
|
Harga pokok proses
|
|
1.
|
Pengumpulan
biaya produksi
|
Berdasarkan
pesanan
|
Perdepartemen per periode akuntansi
|
2.
|
Perhitungan harga
pokok produksi persatuan.
|
Membagi total
biaya yang dikeluarkan untuk pesanan dgn jmh satuan produk yang dihasilkan.Perhitungan dilakukan setelah pesanan diproduksi.
|
Membagi total
biaya produksi yang dikeluarkan selama periode tertentu dgn jmh satuan produk
yang dihasilkan selama periode yang bersangkutan. Perhitungan dilakukan
setelah periode akuntansi.
|
3.
|
Penggolongan
biaya produksi.
|
Harus dipisahkan
mjd biaya langsung &tdk langsung. Biaya langsung dibebankan kpd produk
berdasakan biaya yang sesungguhnya terjadi,by produksi tdk langsung
dibebankan kpd produk berdasrkan tarif dimuka.
|
Pembedaan Biaya
produksi langsung & tdk langsung sering kali tdk diperlukan. Pembebanan
by overhead pabrik kpd produk atas
dasar biaya yang sesungguhnya terjadi, krn harga pokok produk dihitung setiap
akhir bulan.
|
4.
|
Unsur biaya
yang dikelompokkan dalam biaya overhead pabrik
|
By overhead
pabrik terdiri dari biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung
dan biaya produksi lain selain by bhn baku
& tenaga kerja langsung. Pembebanan by. Overhead pabrik berdasarkan tarif
yang ditentukan dimuka.
|
By overhead
pabrik dibebankan kpd produk sebesar biaya yang sesungguhnya slm periode
akuntansi.
|
III. Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi
Informasi harga pokok produksi untuk jangka
waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk:
A. Menentukan
harga jual produk.
Formula penetapan harga jual
produk sbb:
Taksiran biaya produksi untuk jangka waktu
tertentu Rp.XX
Taksiran biaya non produksi untuk jangka
waktu tertentu Rp.XX +
Taksiran total biaya untuk jangka waktu
tertentu Rp.
XX
Jumlah produk yang dihasilkan untuk jangka
waktu tertentu Rp.
XX :
Taksiran harga pokok produk persatuan Rp.
XX
Laba perunit produk yang diinginkan Rp.
XX+
Taksiran
harga jual perunit yang dibebankan kepada pembeli Rp. XX
Unsur-unsur biaya produksi
terdiri dari:
Taksiran biaya bahan baku Rp.
XX
Taksiran biaya tenaga kerja
langsung Rp.
XX
Taksiran biaya overhead
pabrik Rp.
XX +
Taksiran
biaya produksi Rp.
XX
2. Memantau
realisasi biaya produksi.
Formula perhitungan biaya produksi yang sesungguhnya adalah:
Biaya produksi sesungguhnya bulan …………
Biaya
bahan baku
sesungguhnya Rp.
XX
Biaya
tenaga kerja sesungguhnya Rp.
XX
Biaya
overhead pabrik sesungguhnya Rp.
XX +
Total by produksi sesungguhnya bulan…………… Rp. XX
3.
Menghitung laba atau rugi periodik.
Formula perhitungan laba atau
rugi bruto yang sesungguhnya adalah:
Hasil
penjualan (harga jual persatuan x
volume produk yg dijual Rp XX
Persediaan produk
jadi awal Rp.XX
Persediaan
produk dalam proses awal Rp.XX
Biaya produksi :
Biaya bahan baku sesungguhnya Rp.XX
Biaya tenaga
kerja sesungguhnya Rp.XX
Biaya
overhead pabrik sesungguhnya Rp.XX
+
Total biaya
produksi Rp.XX +
Rp.XX
Persediaan
produk dalam proses akhir Rp.XX-
Harga pokok
produksi Rp.
XX +
Harga pokok
produk yang tersedia untuk dijual Rp.
XX
Persediaan
produk jadi akhir Rp.
XX -
Harga pokok
produk yang dijual Rp. XX-
Laba Bruto Rp. XX
4.
Menentukan harga pokok persediaan produk
jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca.
Berdasarkan catatan biaya produksi
manajemen dapat menentukan biaya produksi yang melekat pada produk yang pada
tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan. Biaya produksi yang melekat pada
produk jadi yang belum laku dijual pada tanggal neraca disajikan dalam neraca
sebagai harga pokok persediaan produk
jadi. Biaya produksi yang melekat pada produk yang pada tanggal neraca
masih dalam proses pengerjaan disajikan dalam neraca sebagai harga pokok persediaan produk dalam proses.
IV.
Metode Harga Pokok Proses-Tanpa
Memperhitungkan Persediaan Produk Dalam Proses Awal
Variasi contoh penggunaan metode harga pokok
proses yang diuraikan dalam bab ini :
A. Metode harga pokok proses yang diterapkan
dalam perusahaan yang produknya diolah hanya melalui satu departemen produksi.
B. Metode harga pokok proses yang diterapkan
dalam perusahaan yang produknya diolah melalui lebih dari satu departemen
produksi.
C. Pengaruh terjadinya produk yang hilang
dalam proses terhadap perhitungan harga pokok produksi persatuan, dengan
anggapan :
-
Produk
hilang pada awal proses.
-
Produk
hilang pada akhir proses.
A.
Metode harga pokok proses yang diterapkan
dalam perusahaan yang produknya diolah hanya melalui satu departemen produksi.
Contoh
1 :
Misalkan PT. Rimendi mengolah produknya
secara massa
melalui satu departemen produksi. Jumlah biaya yang dikeluarkan selama bulan
Januari 19X1 disajikan dalam gbr. 5.1.
Biaya bahan baku Rp.
5.000.000
Biaya Bahan Penolong Rp.
7.500.000
Biaya Tenaga Kerja Rp.
11.250.000
Biaya Overhead pabrik Rp.
16.125.000 +
Rp.
39.875.000
Jumlah produk yang dihasilkan selama bulan
tersebut
Produk jadi 2.000
kg
Produk
dalam proses pada akhir bulan, dgn tkt. penyelesaian sbb:
Biaya bahan baku : 100%, Biaya Bahan
Penolong 100%,Biaya Tenaga Kerja 50%,Biaya overhead pabrik 30%
Bulan
Januari 19X1
Masuk dalam proses : 2.500 kg. Produk jadi 2.000 kg
Produk
dalam Proses akhir 500 kg
Gambar
5.2 Data produksi PT. Risa Rimendi
bulan Januari 19X1
Perhitungan biaya produksi perkilogram
produk yg diproduksi dalam bulan Januari 19X1 dilakukan dengan membagi tiap
unsur biaya produksi (biaya bahan penolong,biaya tenaga kerja,dan biaya
overhead pabrik ) seperti dalam gb. 3.3
Unsur Total
Biaya Unit Ekuivalensi Biaya Produksi persatuan
Biaya produksi
(1) (2) (3) (2) : (3)
Bahan Baku Rp.5.000.000 2.500 Rp.2.000
Bahan Penolong Rp.7.500.000 2.500 Rp.3.000
Tenaga Kerja Rp.11.250.000 2.250 Rp.5.000
Overhead pabrik Rp.16.125.000 2.150 Rp.7.500
Total Rp.39.875.000 Rp.17.500
Gambar
5.3 Perhitungan Harga Pokok Produksi
Persatuan
Harga pokok produk jadi : 2.000 X Rp.17.500 Rp.35.000.000
Harga Pokok persediaan produk dalam proses:
Biaya
Bahan Baku 100% x 500xRp.2.000=Rp.1.000.000
Biaya
Bahan Penolong 100% x500x
Rp.3000=Rp.1.500.000
Biaya
Tenaga Kerja 50%x500xRp.5.000=Rp.1.250.000
Biaya
Overhead pabrik 30%x500xRp.7.500=Rp.1.125.000 Rp.4.875.000
Jumlah biaya produksi bulan Januari 19X1 Rp.39.875.000
Gambar 5.4. Perhitungan Harga pokok Produk
Jadi dan Persediaan produk dalam proses
Perhitungan tersebut kemudian disajikan
dalam laporan biaya produksi pada gambar 5.5
PT.
Risa Rimendi
Laporan
Biaya Produksi Bulan Januari 19X1
Data Produksi
Dimasukkan dalam proses 2.500
kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 2.000
kg
Produk dalam proses akhir 500
Jumlah produk yang dihasilkan 2.500 kg
Biaya yang dibebankan bulan
Januari 19X1
Total Per kg
Biaya bahan baku Rp.
5.000.000 Rp.2000
Biaya bahan penolong Rp.7.500.000 Rp.3000
Biaya tenaga kerja Rp.11.250.000 Rp.5.000
Biaya overhead pabrik Rp.6.125.000 Rp.7.500
Rp.39.875.000 Rp.17.500
Perhitungan Biaya :
Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
(2.000 kg@Rp.17.500) Rp.35.000.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Biaya bahan baku Rp.1.000.000
Biaya bahan penolong Rp.1.500.000
Biaya tenaga kerja Rp.1.200.000
Biaya overhead pabrik Rp.1.125.000 Rp.
4.875.000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan bulan Januari Rp.39.875.000
Gambar 5.5 Laporan
Biaya Produksi Bulan Januari 19X1
Jurnal
Pencatatan Biaya Produksi
1. Jurnal untuk
mencatat biaya bahan baku
:
Barang dalam proses-Biaya Bahan Baku Rp.5.000.000
Persediaan
bahan baku Rp.5.000.000
2. Jurnal
untuk mencatat biaya bahan penolong:
Barang dalam proses-Biaya Bahan Penolong Rp.7.500.000
Persediaan
bahan penolong Rp.7.500.000
3. Jurnal
untuk mencatat biaya tenaga kerja:
Barang dalam proses-Biaya Tenaga Kerja Rp.11.250.000
Gaji & upah Rp.11.250.000
4. Jurnal
untuk mencatat biaya overhead pabrik:
Barang dalam proses-Biaya overhead pabrik Rp.16.125.000
Berbagai rekening
yang dikredit Rp.16.125.000
5. Jurnal
untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang :
Persediaan produk jadi Rp.35..000.000
Barang dalam
proses-Biaya Bahan Baku Rp.4.000.000
Barang dalam
proses-Biaya Bahan Penolong Rp.6.000.000
Barang dalam proses-Biaya Tenaga Kerja Rp.10.000.000*
Barang dalam proses-Biaya Overhead Pabrik Rp.15..000.000**
2000kg x Rp.5.000 *
2000kg X Rp.7.500
**
6. Jurnal
untuk mencatat harga pokok persediaan dalam proses yang belum selesai diolah
pada akhir bulan Januari 19X1 :
Persediaan produk dalam proses Rp.4..875.000
Barang dalam
proses-Biaya Bahan Baku Rp.1.000.000
Barang dalam
proses-Biaya Bahan penolong Rp.1.500.000
Barang dalam proses-Biaya Tenaga kerja Rp.1.200.000
Barang dalam proses-Biaya overhead pabrik Rp.1.125.000
B.
Metode harga pokok proses yang diterapkan
dalam perusahaan yang produknya diolah melalui lebih dari satu departemen
produksi.
Jika produk diolah melalui
lebih dari satu departemen produksi, maka perhitungan biaya produksi persatuan
produk yang dihasilkan oleh departemen produksi pertama adalah sama dengan yang
telah dibahas dalam contoh diatas.
Perhitungan biaya produksi persatuan produk
yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama adalah merupakan
perhitungan yang bersifat kumulatif, krn produk yang produk yang dihasilkan
oleh departemen setelah departemen pertama adalah produk jadi dari departemen berikutnya, yang membawa biaya produksi dari departemen
sebelumnya,maka harga pokok produk
yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama terdiri dari:
1.
Biaya produksi dibawa dari departemen
berikutnya.
2.
Biaya produksi yang ditambahkan dalam
departemen setelah departemen pertama.
Contoh
:
PT. Eliona Sari memiliki dua departemen
produksi: Departemen A&B untuk menghasilkan produknya. Data produksi dan
biaya kedua departemen tersebut dalam bulan Januari 19X1 disajikan dalam gbr.
5.6
Departemen A Departemen B
Dimasukkan dalam proses 35.000 kg
Produk selesai yg ditransfer ke Departemen B 30.000 kg
Produk selesai yg ditransfer ke Gudang 24.000kg Produk dalam proses akhir bulan 5.000 kg
6.000 kg
Biaya yang dikeluarkan bulan Januari 19X1:
Biaya
Bahan Baku Rp.70.000 Rp.0
Biaya
Tenaga Kerja Rp.155.000 Rp.270.000 Biaya Overhead pabrik Rp.248.000 Rp.405.000
Tingkat penyelesaian produk dalam proses akhir :
Biaya bahan baku 100%
Biaya konversi 20% 50%
Perhitungan Harga Pokok
Produksi Di Departemen A
Untuk menghitung biaya produksi persatuan yang
dikeluarkan oleh departemen A, perlu dihitung unit ekuivalensi tiap unsur biaya
produksi departemen A dalam bln Januari 19X1 sbb:
1.
Biaya
bahan baku
sebesar Rp.70.000 digunakan untuk menyelesaikan produk jadi sebanyak 30.000 kg
dan 5.000 kg persediaan produk dalam proses dengan tingkat penyelesaian biaya
bahan baku
100%. Unit ekuivalensi biaya bahan baku
:
30.000+(100%X5.000)
= 35.000 kg.
2. Biaya
konversi Rp.155.000 dpt menghasilkan 30.000 kg produk jadi dan 5.000kg produk
dalam proses dgn tingkat penyelesaian biaya konversi 20%. Unit ekuivalensi
biaya konversi: 30.000 + (20%X5.000) =
31.000 kg
3. Perhitungan biaya produksi perkilogram
produk yg dihasilkan oleh dep.A dlm bln Januari 19X1 dilakukan dgn membagi tiap
unsur biaya produksi dgn unit ekuivalensi.
Unsur
Biaya produksi Total Biaya Unit Ekuivalensi Biaya produksi per kg
(1) (2) (3) (2):(3)
Bahan
baku Rp.70.000 35.000 kg Rp. 2
Tenaga
Kerja Rp.155.000 31.000 kg Rp. 5
Overhead
pabrik Rp.248.000 31.000 kg Rp. 8
Total Rp.473.000 Rp.15
Gambar 5.7 Perhitungan
harga pokok produksi persatuan departemen A
Setelah biaya produksi persatuan dihitung, maka dpt
dihitung harga pokok produk selesai yg akan ditransfer ke dep. B. juga dpt
dihitung harga pokok persediaan produk dalam proses di Dep. A pd.akhir bln
Jan.19X1 sbb:
Harga pokok produk selesai yg ditransfer ke Dep.B:
30.000 kgXRp.15 Rp.450.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :
By.Bhn Baku
: 100% X 5.000 X Rp2= Rp.10.000
By.Tenaga Kerja : 20% X 5.000 X Rp5= Rp.5.000
By.overhead
: 20% X 5.000 X Rp8= Rp.8.000 Rp.23.000
Jumlah biaya produksi Dep.A bln Jan 19X1 Rp.473.000
Perhitungan tsb kemudian disajikan di dalam laporan
biaya produksi sbb:
PT.Eliona Sari
Laporan by produksi
departemen A bln Januari 19X1
Data Produksi
Dimasukkan dalam proses 35.000
kg
Produk jadi yang
ditransfer ke gudang 30.000
kg
Produk dalam proses akhir
5.000 kg
Jumlah produk yang
dihasilkan 35.000 kg
Biaya yg dibebankan Dep.A bln Jan 19X1 sbb:
Total Per kg.
Biaya
bahan baku Rp. 70.000 Rp. 2
Biaya
Tenaga kerja Rp.155.000
Rp. 5
Biaya
Oberhead pabrik Rp.248.000 Rp. 8
Jumlah Rp.473.000 Rp. 15
Perhitungan Biaya
Harga pokok produk jadi
yang ditransfer keDepartemen B:30.000 kg@Rp.15 Rp.450.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :
By.Bhn Baku : 100% X 5.000 X Rp2= Rp.10.000
By.Tenaga Kerja : 20% X 5.000 X Rp5= Rp.5.000
By.overhead : 20% X
5.000 X Rp8= Rp.8.000 Rp.23.000
Jumlah biaya produksi Dep.A bln Jan 19X1 Rp.473.000
Jurnal Pencatatan Biaya Produksi Departemen A:
1.
Jurnal untuk mencatat bahan baku:
Barang Dalam Proses-Biaya bahan baku Departemen A Rp.70.000
Persediaan Bahan Baku Rp.70.000
2.
Jurnal mencatat biaya tenaga kerja
Barang Dalam Proses-Biaya tenaga kerja Dep.A Rp.155.000
Gaji & upah Rp.155.000
3.
Jurnal mencatat biaya overhead pabrik
Barang
Dalam Proses-Biaya overhead pabrik Dep.A Rp.248.000
Berbagai rekening yang dikredit Rp.248.000
4. Jurnal mencatat harga pokok produk jadi yg
ditransfer oleh dep A ke dep B
Barang
Dalam Proses – Biaya bahan baku
Dep.B Rp.450..000
Brg Dalam
Proses-By.bhn.baku dep A Rp.60.000*
Brg Dalam Proses-By.tenaga
kerja dep A Rp.150.000**
Brg Dalam Proses-By.overhead pabrik dep A Rp.240.000***
* 30.000kg X Rp.2
** 30.000kgXRp5
*** 30.000ggXRp.8
5. Jurnal
mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yg blm selesai diolah dalam
Dep.A pd akhir bulan Januari 19X1
Persediaan produkl dalam
Dep. A Rp.23.000
Brg Dalam Proses-By.bhn.baku dep A Rp.10.000*
Brg Dalam
Proses-By.tenaga kerja dep A Rp.
5.000
Brg Dalam Proses-By.overhead pabrik dep A Rp.8.000
Perhitungan Harga Pokok
Produksi Di Departemen B
Kembali ke contoh soal PT.Eliona Sari, untuk
menghitung biaya produksi persatuan yg ditambahkan oleh departemen B dlm bln
Januari,perlu kita menghitung unit ekuivalensi tiap unsur biaya produksi yang
ditambahkan oleh departemen B ,dgn perhitungan sbb:
Biaya konversi yg terdiri dr by. tenaga kerja &
by.overhead yg ditambahkan oleh dept.B dlm bln Januari untuk memproses 30.000
kg produk yg diterima sebesar dep A sebesar Rp.155.000, dpt menghasilkan 24.000
kg produk jadi & 6.000 kg produk dalam proses yg tkt penyelesaian by
konversinya sebesar 50%.
Hal ini berarti bahwa biaya konversi tsb tlh digunakan
untuk menyelesaikan produk selesai sebanyak 24.000 kg dan 3.000 kg(6.000x50%)
persediaan produk dalam proses. Dgn demikian unit ekuivalensi by konversi
adalah 27.000 kg, yg dihitung sbb: 24.000+(50%x6.000)=
27.000 kg.
Unsur Total biaya Unit
Ekuivalensi Biaya Produksi
Biaya Produksi Per kg
(1) (2) (3) (2): (3)
Tenaga kerja Rp.270.000 27.000 Rp.10
Overhead pabrik 405.000 27.000 15
Total Rp.675.000 Rp.25
Gbr. Perhitungan by produksi persatuan yg
ditambahkan dlm departemen B
Harga pokok produk selesai yang ditransfer
Departemen B ke gudang:
Harga pokok dari deprtemen A:24.000xRp.15 Rp.360.000
Biaya yang ditambahkan oleh Departemen B 600.000
(24.000XRp.25)
Total harga pokok produk jadi yang
ditransfer ke gudang Rp.960.000
(24.000XRp.40)
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
:
Harga
pokok dari departemen A : 6.000XRp.15
Rp. 90.000
Biaya
yang ditambahkan oleh Dep.B:
BTK:
50%X6.000XRp.10=Rp.30.000
BOH:50%X6.000XRp.15=Rp.45.000 Rp. 75.000
Total harga pokok persediaan produk dalam
proses Dep.B Rp.165.000
Jumlah by produksi kumulatif dep.B bln
Januari 19X1 Rp.1.125.000
GBr. Perhitungan Harga Pokok Produk jadi
dan Produk dalam Proses Dep.B
Perhitungan tsb.diatas disajikan dalam Laporan biaya
produksi Dep.B pd gbr. Dibawah ini
PT. Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi
Departemen B
Bulan Januari 19X1
Data Produksi
Diterima dari Departemen A 30.000
kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 24.000
kg.
Produk dalam proses akhir 6.000 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 30.000
kg
Biaya kumulatif yang
dibebankan Dep.B dalm bln Jan.19X1
Total Per
kg
Harga pokok dari Dep A (30.000)
Biaya yg ditambahkan Dep.B Rp.450.000 Rp.15
BTK Rp.270.000 Rp.10
BOH 405.000
15
Jml by yg ditambahkan Dep.B Rp.675.000 Rp.25
Total by.kumulatif di Dep.B RP.1.125.000 RP.40
Perhitungan Biaya
Harga pokok produk jadi yg ditransfer ke gudang 24.000
kg X @Rp.40 Rp.960.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Harga
pokok dari departemen A Rp.15X6.000 Rp.90.000
Biaya
yg ditambahkan Dep B:
BTK 30.000
BOH 45.000 Rp.165.000
Jumlah by.produksi kumulatif
yg dibebankan Dep.B bln Jan.19X1 Rp.1.125.000
Jurnal pencatatan Biaya
produksi Departemen B
1.
Mencatat penerimaan produk dr. Dep A
Barang dalam proses-Biaya Bahan baku Dep. B Rp.
450.000
BDP-BBB Dep A Rp.60.000
BDP-BTK Dep A Rp.150.000
BDP-BOH Dep A Rp.
240.000
2.
Mencatat biaya tenaga tenaga kerja:
BDP-BTK Dep B Rp.270.000
Gaji & upah Rp.270.000
3.
Mencatat biaya Overhead pabrik:
BDP-BOH Dep B Rp.405.000
Berbagai rekening di
kredit Rp.405.000
4.
Mencatat harga pokok produk jadi yg
ditransfer oleh Dep. B ke gudang :
Persediaan Produk jadi
Rp.960.000
BDP-BBB Dep B Rp.360.000*
BDP-BTK Dep B Rp240.000**
BDP-BOH Dep B Rp.360.000***
* 24.000 X Rp. 15( harga
pokok produksi per kg dr. Dep A)
** 24.000 X Rp. 10( BTK yang
ditambahkan o/ Dep B)
*** 24.000 XRp.15( BOH yg
ditambahkan o/ Dep A)
5.
Mencatat harga pokok persediaan produk dlm
proses yg blm selesai diolah dlm Dep. B akhir bln Jan 19 X1:
Persediaan Produk dalam proses-dep B Rp.165.000
BDP-BBB Dep B Rp.90.000
BDP-BTK Dep B Rp30.000
BDP-BOH Dep B Rp.45.000
Daftar Pustaka :
1. Mulyadi. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN. 1992
PERSEDIAAN
(Penilaian
Berdasar Harga Pokok)
Karakteristik Persediaan
Di
dalam akuntansi, persediaan meliputi semua barang yang dimiliki oleh
perusahaan pada saat tertentu dengan tujuan untuk dijual, dikonsumsi,
atau diproses lebih lanjut dalam siklus operasi normal perusahaan.
Persediaan
adalah salah satu juenis aktiva yang relatif aktif perubahannya, oleh
sebab itu diperlukan adanya perencanaan & pengawasan yang baik
terhadap persediaan.
Penggolongan Persediaan
Penggolongan
persediaan bagi masing-masing perusahaan sangat dipengaruhi oleh
sifat dan jenis usaha perusahaan ybs.
Persediaan
pada perusahaan dagang :
- Persediaan barang dagangan
Untuk
menyatakan barang-barang yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk
dijual kembali.
- Lain-lain persediaan
Untuk
menyatakan barang-barang yang dipakai (dikonsumsi) dalam jangka waktu
relatif pendek, dan akan dibebankan pada biaya adm & umum atau
biaya pemasaran. (Ex. Supplies kantor / toko, alat pembungkus, dll)
Persediaan
pada perusahaan manufaktur :
- Persediaan Bahan Baku
Untuk
Menyatakan barang-barang yang akan diolah menjadi produk jadi.
- Persediaan Produk Dalam Proses
Meliputi
barang-barang yang masih dalam pengerjaan dan memerlukan pengerjaan
lebih lanjut sebelum barang tersebut dijual.
- Persediaan Produk Jadi
Merupakan
semua barang yang sudah diselesaikan dari proses produksi dan siap
untuk dijual.
- Persediaan Bahan Penolong
Meliputi
semua barang yang dimiliki untuk keperluan produksi, tetapi bukan
merupakan bahan baku yang membentuk produk jadi.
- Lain-lain persediaan
Untuk
menyatakan barang-barang yang akan dipakai/dikonsumsi. (Supplies
kantor, alat pembungkus, dll)
Masalah Akuntansi Persediaan
Tujuan
pokok akuntansi terhadap persediaan adalah :
- Penentuan laba-rugi periodik
Mempertemukan
harga pokok barang yang dijual dengan hasil penjualan dalam periode
akuntansi yang bersangkutan.
- Penentuan jumlah persediaan yang akan disajikan dalam neraca
Penilaian
jumlah persediaan akhir pada periode ybs.
Faktor
utama timbulnya masalah akuntansi terhadap persediaan adalah adanya
kenyataan bahwa tidak semua barang yang dibeli atau diproduksi dalam
suatu periode akuntansi dapat dijual seluruhnya dalam periode yang
sama, sehingga hampir selalu terjadi kenaikan atau penurunan terhadap
kuantitas persediaan. Hal ini menuntut harus dilakukannya alokasi
dari harga pokok barang yang tersedia untuk dijual atau dikonsumsi ke
dalam dua kelompok barang :
- barang-barang yang sudah dijual atau dikonsumsi
- barang-barang yang masih ada dalam persediaan
Adanya
dua kelompok barang tersebut di atas menyebabkan timbulnya dua
persoalan dalam masalah penilaian persediaan, yaitu :
- Masalah penentuan dan identifikasi fisik barang yang termasuk dalam persediaan (jenis dan kuantitas)
- Masalah penentuan harga persediaan
Sistem
pencatatan persediaan :
- Sistem Fisik
Pada
sistem ini, opname persediaan (perhitungan fisik) merupakan syarat
mutlak yang harus dilakukan di dalam menentukan fisik persediaan pada
setiap akhir tahun buku / akhir periode.
- Sistem Perpetual
Dalam
sistem ini tiap-tiap jenis barang dicatat secara terperinci setiap
kali terjadi transaksi pada Kartu Persediaan yang merupakan rekening
pembantu persediaan.
Masalah
Penentuan Harga Persediaan
- Penentuan harga / nilai persediaan (barang-barang yang masih ada dalam perusahaan)
- Penentuan harga / nilai barang-barang yang telah terjual (Harga Pokok Penjualan)
Pada
umumnya dalam periode akuntansi tertentu, perusahaan melakukan
aktifitas pembelian barang dagangannya (bahan baku) beberapa kali,
dan dengan harga satuan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu timbul
masalah penentuan harga pokok barang yang seharusnya melekat pada
barang-barang yang kemudian dijual kembali atau dipakai dalam proses
produksi.
Terdapat
4 macam arus biaya yang lazim dipakai sebagai dasar penentuan nilai
persediaan :
- Identifikasi khusus harga pokok
- FIFO (First In First Out) / MPKP (Masuk Pertama Keluar Pertama)
- LIFO (Last In First Out) / MTKP (Masuk Terakhir Keluar Pertama)
- Average (Rata-rata)
JURNAL
SISTEM
FISIK
|
SISTEM
PERPETUAL
|
(1).
Mencatat Pembelian barang dagangan secara kredit
|
|
Pembelian
xxx
Hutang
dagang xxx
|
Persediaan
xxx
Hutang
dagang xxx
|
(2).
Mencatat pembayaran biaya angkut
|
|
Biaya angkut
pembelian xxx
Kas
xxx
|
Biaya
angkut pembelian xxx
Kas
xxx
|
Soal Latihan
Berikut
ini adalah persediaan barang dagangan pada UD SYIFA untuk bulan
Desember 2000
Tanggal
|
Keterangan
|
Unit
|
Harga
/ unit
|
1
Desember
|
Persediaan
awal
|
100
|
Rp
100,-
|
8
Desember
|
Pembelian
|
150
|
110,-
|
11
Desember
|
Penjualan
|
200
|
150,-
|
17
Desember
|
Pembelian
|
200
|
115,-
|
18
Desember
|
Penjualan
|
150
|
160,-
|
26
Desember
|
Pembelian
|
50
|
120,-
|
Sesuai
dengan sistem pencatatan persediaan dan metode penilaiannya, maka
harga/nilai persediaan dapat dihitung sebagai berikut :
- Dengan Sistem Pencatatan FISIK
(Perhitungan Stock
Opname)
- FIFO
- LIFO
- Rata-rata (Average)
- Dengan Sistem Pencatatan Perpetual
- FIFO
Kartu Persediaan
-
TglPenerimaanPengeluaranSaldoQHargaJumlahQHargaJumlahQHargaJumlah
- LIFO
Kartu Persediaan
-
TglPenerimaanPengeluaranSaldoQHargaJumlahQHargaJumlahQHargaJumlah
- Rata-rata
Kartu Persediaan
-
TglPenerimaanPengeluaranSaldoQHargaJumlahQHargaJumlahQHargaJumlah
No comments:
Post a Comment