Sponsor

Saturday, 28 July 2012

sejarah rumah sakit kepolisian said sukanto jakarta 1 ( universitas pembangunan nasional " veteran" )

5.1.1      sejarah rumah sakit

                Profil rumah sakit kepolisian raden said sukanto kramat jati jakarta diuraikan sebagai berikut :

                Bahwa tugas pokok kepolisian negara republik indonesia adalah mengayomi ,melindungi dan melayani masyrakat dalam bidang kemanan dan ketertiban masyrakat serta sebagai alat penegak hukum.

                Dalam rangka mendukung tugas operasional kepolisian tersebut dibutuhkan sebuah unit pelayanan kesehatan guna memeihara kesempatan serta kesehatan bagi seluruh personil baik di pusat maupun di kewilayahan .pusat kedokteran dan kesehatan polri selaku pengemban fungsi pelayanan kesehatan meyelenggarakan tugas pelayanan kesehatan melalui rumah sakit kepolisian rs sukanto .dalam upaya mencapai visi rumah sakit kepolisian pusat sebagai rumah sakit rujukan tertinggi yang handal dan kredibel diperlukan upaya maximal ,untuk pemberdayaan sumber daya rumah sakit baik sumber daya manusia ,sarana prasarana maupuan sumber daya keuangan .rumah sakit senantiasa harus meningkatkan mutu pelayanan dengan berorientasi pada pelanggan ,baik pelanggan dari masyrakat polri maupun masyrakat umum ,sebagai bentuk implementasi dari comunity policing.demi kelancaran pengelolaan rumah sakit perlu adanya kerja sama yang baik anatar pemilik atau yang mewakili ,pengelola dan staf medis yang mempunyai perananan penting didalam menentukan masa depan rumah sakit .

                Dalam upaya mencapai keharmonisan hubungan dengan unsur unsur terkait perlu suatu landasan hukum yang mengatur hubungan antara pemilik ( kapolri ) atau yang mewakili ,pengelola ( karumkit ) serta satf medik (SMF) dalam bentuk peraturan internal rumah sakit (hospital bylaws)

                Peraturan internal rumah sakit kepolisian pusat RS. Sukanto merupakan perangkat hukum tertinggi yang berlaku secara internal dan ditetapkan beradasarkan surat keputusan kepala rumah sakit kepolisian RS. Sukanto .peraturan internal rumah sakit ini berfungsi sebagai pedoman bagi pemilik dalam melakukan pengawasan terhadap rumah sakit,selanjutnya dapat juga berfungsi sebagai pedoman bagi pemilik dalam melakukan pengawasan terhadap rumah sakit ,selanjutnya dapat juga berfungsi  sebagai pedoman bagi pemilik dalam melakukan pengawasan terhadap rumah sakit ,selanjutnya dapat juga berfungsi sebagai pedoman bagi kepala rumah sakit dalam pengelolaaan terhadap rumah sakit dan menyusun kebijakan yang bersifat teknis operasional dan sebagai sarana untuk menjamin efektifitas ,efisiensi serta mutu pelayanan .peraturan internal rumah sakit juga berfungsi sebagai sarana perlindungan hukum bagi semua pihak yang terlibat dalam pelayanan serta berfungsi sebagai dasr hukum dalam penyelesaian konflik di rumah sakit.

                Semua peraturan rumah sakit yang telah ada maupun yang akan disusun tidak boleh bertentangan dengan peraturan internal rumah sakit kepolisian pusat rs sukanto.

5.1.2      nama dan kedudukan

1.       Nama rumah sakit

Nama rumah sakit ini adalah rumah sakit kepolisian pusat rs sukanto yang diteteapkan berdasarkan surat keputusan kapolri no. Pol : skep/177/XI/1994

2.       Kedudukan

Rumah sakit kepolisian pusat rs sukanto yang disaingkat rumkit polpus rs sukanto adalah unsur pelaksana yang berada di bawah kapudokkkes polri

3.       Rumah sakit kepolisian pusat bertugas menyelnggarakan pelayanan kesehatan bagi personil polri dan keluarganya serta menyelenggarakan dukungan kesehatan bagi tugas operasional dan pembinaan polri

4.       Rumah skit kepolisian pusat rs sukanto di pimpin oleh kepala rumah sakit yang disingkat karum kit polpus yang bertanggung jawab kepada kapusdokkes polri

5.       Rumah sakit  kepolisian p[usat rs sukanto terdiri dari sekertarian rumkit polpus,staf pengawas internal yang disingkat spi ,departement kedokteran kepolisian dan penunjang medik yang di singkat dep dptm departement medik dan keperawatan  di singkat dep lmp ,departement sumber daya manusia dan penelitian disingkat dep sdmt dan para tenaga medik yang merupakan staf medik fungsional yang disingkat SMF

6.       Lokasi rumah sakit kepolisian pusat rs sukanto adalah di jalan rs polri karamat jati jakarta timur.

1)      Falsafah

Falsafah rumah sakit kepolisian pusat rs sukanto adalah dengan iman dan taqwa beradasrkan pancasila kita tingkatkan derajat kesehatan masyrakat indonesia.

2)      Tujuan

a)      Meningkatakan derajat kesehatan masyrakat

b)      Meningkatkan kualitas hidup anggota dan masyrakat polri sehingga mampu mendukung tugas operasional  polri

c)       Mampu memeberikan pelayanan kesehatan yang bermutu ,optional,dan senantiasa mampu meningkatkan citra positif rumah skit kepolisian pusat rs sukanto di mata masyrakat polri dan umum

d)      Menunjang pelaksananaan pelayanan kedokteran kepolisian (yandokpol)

e)      Mewujudkan eksistensi rumah skit dalam kerja sama lintas sektoral.

3)      Visi

Terwujudnya rumah saki kepolisian pusat rs sukanto ,sebagai rumah sakit rujukan tertinggi polri yang handal dan kredibel .

4)      Misi

a)      Memberikan perlayanan prima yang berbasis kepada profesionalisme

b)      Menjadi pusat rujukan bagi rumkit –rumkit bhayangkara

c)       Memeberikan dukungan kedokteran kepolisian sesuai kebutuhan operasional  polri

d)      Menjadi pusat pelayanan penanganan kasus trauma

e)      Sebagai pusat pelatihan ,pendidikan sdm ,penenlitian dan pengembangan kesehatan dan kedokteran kepolisian

f)       Menjadi  rumkitpolpus rs sukanto yang terakreditasi secara nasional



5)      Azas  moto dan nilai

1.       Asas

Asas pelayanan di rumah sakit kepolisian pusat rs sukanto adalah mengutamakan nilai – nilai kemanusianaan ,manfaat ,keadilan,persamaan hak dan anti dsikriminasi ,pemerataan,perlindungan dan keselamatan pasien

2.       Moto

“suksesku adalah kepauasaan pasien”

3.       Nilai

Nilai – nilai yang dianut dalam peneyelengaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit kepolisian rs sukanto adalah :

a)      Keterbukaan

Keterbukaan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan senantiasa mengutamakan sifat jujur,ikhlas,terbuka,berfikir positif dallam bekerja sama serta selalu menerima pendapat orang lain

b)      Pembelajar

Sebagai insan dengan keterbatasan dalam melaksanakan tugas akan selalu belajar untuk pengembangan diri dan terus menerus melakukan perbaikan untuk kemaqjuan rumah sakit .

c)       Kebersamaan

Dalam melaksanakan tugas  senantiasa melalui kerja sama tim yang kompak untuk kepentingan dan kemajuan rumah sakit.

d)      Kerja keras dan profesional

Setiap tugas dilaksanakan dengan mengutamakan dedikasi ,kerja keras displin,profesionalisme, bertanggung jawab dan tanggung gugat dan selalu berorientasi kepada kepuasaan pasien dan keluarganya.

e)      Empati

Dalam melaksanakan tugas senantiasa berjiwa besar ,tanggap ,sabar ,rendah hati ,ramah dan mengerti harapan pasien.

5.1.3      ketenagaan rumah sakit kepolisian pusat raden said sukanto

                Tenaga kerja di rumkitpolpus terdiri dari beberapa golongan yaitu anggota lkepolisian republik indonesia (POLRI) ,pegawai negri sipil (PNS) ,baik PNS POLRI Dan PNS Depkes,pegawai harian lepas (PHL) serta pegawai magang.

                Pegawai negri sipil depkes telah dialihkan ke lingkuangan polri sejak oktober 2002 ,dimana sebelumnya pegawai PNS Depkes ini hanya diperbantuakn di rumah sakit kepolisian pusat raden said sukanto dan mendapat tunjangan gaji dari depkes,tetapi sejak dialihkan statusnya menjadi pegawai PNS Polri dan digaji oleh Polri sendiri.

                Pegawai harian lepas direkrut sendiri oleh rumah sakit polri nuntuk membantu menjalanakan kegiatan rumah sakit ,bagi pegawai PHL ada kemiungkinan untuk menjadi pegawai negri sipil melalui tes peggawai negri yaqng dilakukan oleh mabes polri,akan tetapi waktunya tidak tentu karena tergantung kebutuhan pegawai negari dari pusat.

                Sedangkan pegawai magang adalah para pegawai yang bekerja atas kemauannya sendiri untuk menambah pengalaman ,para pegawai magang ini tidak mendapat gaji.

                Berdasarkan kegiatan laporan SDM tentang data keadaan ketenagaan r umkitpolpus rs sukanto berjumlah total 752 orangdan dapat dibagi menjadi 4 kelompok ,yaitu tenaga medis ( dokter,tenaga penunjang,medis keperawatan,tenaga penunjang medis non keperawatan dan tenaga non medis ).











Tabel 5.1

Jumlah tenaga kerja rumkitpolpus rs sukanto menurut jenis tenaga

No
Jenis tenaga
Jumlah tenaga
1
Tenaga medis
73
2
Tenaga penunjang medis keperawatan
316
3
Tenaga penunjang non keperawatan
59
4
Tenaga non medis
284
Total tenaga kerja
752



5.1.4      fasilitas pelayanan kesehatan rumah sakit kepolisian pusat raden said sukanto

1.       Fasilitas pelayanan kesehatan di rumkitpolpus rs sukanto di bagi menjadi 2 yaitu :

a.       Fasilitas dignostik seperti

1)      CT-Scan

2)      USG

3)      Echo Cardiografi

4)      Tread mill

5)      Hemodilisis ginjal

Laboratorium klinik/patologi anatomi/uji narkotika

6)      Forensik patologi/forensi klinik

7)      EEG (Echo ansefalografi)

b.      Fasilitas pelayanan seperti :

1)      UGD 24 jam dan traumatik center

2)      Rawat inap ( 308 tempat tidur )

3)      Rawat jalan ( 26 poli spesialis )

4)      ICU/NICU

5)      Unti medical check up

6)      Kompertemen kedokteran kepolisian

7)      Unit gizi

8)      Unit pengolahan limbah

Fasilitas pelayanan rawat inap dan rawat jalan pasien umum demi kemanan dan kenyamanan di pisahkan pada area dan banguanan yang terpisah sama sekali dengan pasien tahanan dan korban narkotika.

2.       Kinerja rumah sakit kepolisian pusat raden said sukanto

Rumkitpolpus melayani  semua golongan pasien namun secara umum dapat digolongkan menjadi 4 yaitu : pasien anggota/pns/polri/keluarga polri,pasien askes /Jamsostek,pasien umum dan pasien tahanan .

Berdasarkan laporan bagian rekam medik ( medikal record ),data indikator pelayanan kesehatan rumkitpolpus rs sukanto adalah sebagai berikut :

a.       BOR  /bed occupancy rate = 70,25% artinya rata – rata pengunaan tempat tidur untuk pasien 63,25%

b.      LOS/length of stay = 5 hari artinya pasien keluar hidup /mati rata -  rata dirawat selama 5 hari perawatan

c.       BTO/beb turn over = 36 kali artinya rata – rata tempat tidur dalam 1 tahun digunakan 36 kali untuk masing – masing tempat tidur di rumah sakit

d.      TOI/turn over internal : 4 hari artinya rata – rata temapat tidur kosong antara waktu 4 hari

3.       Rumah sakit menjadi tempat pendididkan

Rumah sakit kepolisian pusat raden said sukanto dijadikan tempat pendidikan bagi :

a.       Mahasiswa kedokteran

b.      Keperawatan

c.       Sarjana

d.      Pasca sarjana

e.      DIII gizi

f.        Dan lain – lain

4.       Keadaan lingkungan rumah sakit kepolisian pusat raden said sukanto.

Dekat dengan daerah asrama polri,kompleks perumahan depkes,pasar traditionnal kramat jati dan tol jagorawi.

a.       Populasi :28.129

b.      Fertility : 1,5%

c.       Luas wilayah : 36.175% m2

d.      Batas utara : jln rs polri

e.      Batas timur : jln tol cawang

f.        Batas barat : kompleks perumahan depkes

g.       Batas selatan : pemukiman penduduk

5.       Fasilitas pelayanan rumah sakit kepolisian pusat raden said sukanto

a.       Fasilitas rawat jalan

Fasilitas rawat jalan di dukung oleh poliklinik umum,18 poliklinik spesialis dan 11 fasilitas yang menunjang perawatan medis

b.      Rawat inap

Rs kepolisian pusat raden said sukanto mempunyai fasilitas rawat inap sebagai berikut :

a)      Ruang vip dr suwarno

b)      Ruang vip cendrawasih IV

c)       Ruang cendrawasih III

d)      Ruang cendrawasih II

e)      Ruang cendrawasih I

f)       Ruang kelas III terdiri dari :

1)      Ruang perawatan bedah 2 lantai

2)      Ruang perawatan penyakit dalam 2 lantai

3)      Ruang perawatan jiwa

4)      Ruang perawatan penyakit paru dan saluran napas

5)      Ruang perawatan saraf

6)      Ruang perawatan kebidanan dan kandungan

7)      Ruang perawatahn anak

8)      Ruang perawatan bayi dan neonatus

Tabel 5.2

Perubahan nama ruangan inap. Klsifikasi kelas dan kapasitas tempat tidur masing – masing ruangan

No
Nama rri lama
Nama rri baru
kelas
Jumlah
1
Super vip
Vip dr soewarno
vip
6
2
Cps i
Cendrawasih i
I
1
3
Cps ii
Cendrawasih ii/icu
I
6
4
Cps iii
Cendrawasih iii
I
13
5
Cps iv
Cendrawasih iv
I
9
6
Arya guna i
Cendana i
Ii
28
7
Arya guna ii
Cendana ii
Ii
24
8
Pratidina
Cemara i
Iii
21
9
Pratidina ii
Cemara ii
Iii
23
10
H Januraga i
Mahoni i
Iii
23
11
Januraga ii
Mahoni ii
Iii
23
12
Patriatama
Parkit
iii
20
13
Diviacita
Nuri
Iii
16
14
Tansatrisna
Cemapaka
Iii
25
15
Anindita
Mawar
Iii
21
16
Adi pradana
Adi pradana
Iii
9
17
Wattah
Wattah
Iii
15
18
dirabrata
dirabrata
Iii
15
total
308



g)      Intensive care unit

Mempunyai 8 kapasitas tempat tidur dengan dukungan peralatan canggih ,9 ventilator dewasa dan 6 baby ventilator ,serta beberapa monitor kardiovaskuler,serta satu set analisa gas darah

h)      Bedah sentaral

Mempunyai 6 kamar operasi

i)        Fasilitas hemodilisis ( cuci darah )

Mempunyai 8 unit alat pencuci darah

j)        Fasilitas endoskopi

Bidang gastro intestinal,paru,urologi,maupun orthopedi

k)      Fasilitas penunjang diagnostik

Fasilitas x-ray,ultra sonografi dan ct scan

l)        Penanganan air limbah

Sistem pengolahan air limbah dengan sistem kombinasi aerasi dan sedimentasi .hasil akhir dari pengolahan air limbah cair secara periodik dikontrol baik jumlah maupun bakteri oksigen demand (BOD)nya

m)    Fasilitas  laundry

Menyedikan line bersih dan steril 24 jam

n)      Instalasi perawatan rumah sakit (IPSRS)

Dikelola rumah sakit

o)      Komponen rumah sakit

Dengan kegiatan sebagai berikut :

1)      Kecelakaaan lalu lintas

2)      Ondologi forensik

3)      Pisikiatri

4)      Korban pemerkosaan

5)      Korban penganiayaan

p)      Perawatan tahanan

1)      Tahanan rutan kejaksaan

2)      Tahanan lembaga pemasyrakatan hakim

3)      Tahanan polri

6.       Fungsi sosial rumah sakit kepolisian pusat raden said sukanto

Rumkit polpus rs sukanto adalah badan pleyanan masyrakat yang harus bersifat sosial di bidang keuntungan secara ekonomi dan ini sudah di lakukan rumah sakit ,telah memberikan keringanan pada pasien tidak mampu dengan senilai 18.583.873

5.2          hasil penelitian

                5.2.1      responden yang diteliti

                                Dalam penelitian ini rsponden adalah perawat yang bekerja di rumah sakit kepolisian pusat raden said sukanto kramat jati jakarta. Penelitian ini di lakukkan pada bulan april sampai mei 2008. Jumlah rsponden diambil dari jumlag perawat ruang inap maupun perawat rawat jalan dengan menggunakan rumus pengambilan sampel secara proposional sebanyak 269 orang.

                Hasil penelitian ini terlewbeih dahulu akan membahas tentang analisis deskriptif ( univariat ) kemudian membahas analisis bivariat dan dilanjutkan dengan analaisis hasil wawancara yang dilakukan pada 25 % dari jumlah sampel tottal yatiu 67 responden

                5.2.2.     analisa univariat

                                Analisa ini mendiskripsikan faktor – faktor yang berhubungan dengan prilaku peneraspan SOP ( standart operating procedure) dalam memeberikan asuhan keperawatan .data penelitian menggunakan data kategorik untuk variabel independent maupun data dpendent .penyajian datya berbentuk distribusi frekuensi dengan persentase

1. Jenis kelamin

Tabel 5.3

Distribusi frekuensi perawat berdasarkan jenis kelamin di

Rumah sakit kepolisian pusat raden said sukanto kramat

Jati  jakarta tahun 2008

Jenis kelamin
frekuensi
Persentase
Laki – laki
29
10.8
Perempuan
240
89.2
Total
269
100.0



Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 269 orang responden ,mayoritas jenis kelamin responden adalah perempuan yang berjumlah 240 orang (89,2%) sedangkan sisanya adalah laki – laki yang berjumlah 29 orang (10,8%).

Hal ini menunjukan bahwa proporsi perawat perempuan di rumah saki kepolisian said sukanto kramat jati jakarta timur tahun 2008 jauh lebih besar dari pada yang berjenis kelamin laki – laki

2. umur

Tabel 5.4

Distribusi frekuensi perawat berdasrkan umur di rumah

Sakit kepolisian pusat raden said sukanto kramat jati

Jakarta tahun 2008

umur
frekuensi
Persentase
Di bawah sampai dengan 45 tahun
242
90,0
Diatas 45 tahun
27
10,0
total
269
100,0



Umur responden dikategorikan menjadi 2 yaitu umur di bawah sampai dengan 45 tahun berjumlah 242 orang (90%) dan diatas 45 tahun berjumlah 27 orang (10%). Data tersebut menunjukan bahwa sebagian besar umur responden berada pada rentang bawah sampai dengan 45 tahun

Hal ini menunjukan perawat yang bekerja di rumah sakit kepolisian said sukanto kramat jati jakarta timur tahun 2008 berumur di bawah sampai dengan 45 tahun

3. tingkat pendidikan

Tabel 5.5

Distribusi frekuensi perawat berdasarkan tingkat

 pendidikan di rumah sakit kepolisian pusat raden said

sukanto jakarta tahun 2008

Tingkat pendidikan
jumlah
Persentase
Rendah
109
40,59
Tinggi
160
59,5
Total
269
100,0



Berdasarkan tabel diats ,tingkat pendidikan responden digolongkan menjadi 2 yaitu pendidikan rendah yaitu SPK yang jumlahnya 109 orang (40,5%) dan pendidikan tinggi yang terdiri dari d3 dan s1 keperawatan yang bejumlah 160 orang (59,5%).

Hal ini menunjukan bahwa mayoritas perawat rumah sakit kepolisian raden said sukanto kramat jati jakarta tahun 2008 mempunyai tingkat pendidikan yaitu DII dan SI keperawatan

4. jabatan

Tabel 5.6

Distribusi perawat berdasrkan jabatan di

Rumat sakit kepolisian pusat raden said sukanto kramat

Jati jakar ta tahun 2008

jabatan
frekuensi
Persentase
Kepala ruangan
17
6,3
Perawat pelaksana
252
93,7
Total
269
100,0



Peneliti menggolongkan jabatan responden menjadi 2 yatiu kepal ruangan yang berjumlah 17 orang (6,3%) dan perawat pelaksana sebanyak 252 orang (93,7%)

5. pengetahuan tentang SOP ( standrt operating procedure) dalam mem berikan asuhan keperawatan

Tabel 5.7

Distribusi perawat berdasrkan pengetahuan tentang SOP

 ( standrt operating procedure) dalam memberikan asuhan keperawatan  di

Rumat sakit kepolisian pusat raden said sukanto kramat

Jati jakar ta tahun 2008

jabatan
Frekuensi
Persentase
tinggi
139
51,67
Rendah
130
48,32
Total
269
100,0



Tingkat pengetahuan responden di bagi menjadi 2 kelompok yatu responden yang mempunyai pengetahuan rendah dan pengetahun tinggi .berdasrkan tebl diats jumlah responden yang mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi lebih besar dari pada yang memepunyai pengtahuan yang rendah.responden yang mempunyai pengetahuan tinggi sebanyak 139 orang (51,67%) dan responden yang mempunyai penegetahuan rendah sebayak 130 orang (48,32%)

Data tersebut menunjukan bahwa mayoritas tingkat pengetahuan perawat tentang pengetahuan tentang SOP ( standrt operating procedure) dalam mem berikan asuhan keperawatan tinggi

6. prilaku penerapan sop ( standart operating procedure ) dalam memebrikan asuhan keperawatan

Tabel 5.8

Distribusi frekuensi perawat berdasrkan  prilaku

penerapan sop ( standart operating procedure ) dalam

memebrikan asuhan keperawatan di rumah Sakit kepolisian

 pusat raden said sukanto kramat jatiJakarta tahun 2008

Umur
Frekuensi
Persentase
Baik
140
52,0
Buruk
129
48,0
Total
269
100,0



Peneliti menggolongkan prilaku penerapan sop ( standart operating procedure ) dalam

memebrikan asuhan keperawatan menjadi 2 kategori yaitu kategori baik dan buruk.berdasrkan tebl diatas perilaku penerapan SOP dengan kategori baik sebanyak 140 orang (52,0%) sedangkan perilaku penarapan SOP dengan kategori buruk sebanyak 129 orang (48,0%)

hal ini menujukan bahwa sebagian besar perilaku  penerapan sop ( standart operating procedure ) dalam memebrikan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat di rumah sakit kepolisian pusat raden said sukanto jakarta tahun 2008 berada pada kategori baik.

5.2.2 analisa bivariat

Analisa biveriat digunakan untuk menganalisa hubungan antara 2 variabel .

1. hubungan jenis kelamin dengan perilaku penerapan SOP ( standart operating procedure ) dalam memberikan asuhan keperawatan

Tabel 5.9

Distribusi frekuensi perawat berdasrkan hubungan jenis kelamin

 dengan prilaku penerapan sop ( standart operating procedure ) dalam

memebrikan asuhan keperawatan di rumah Sakit kepolisian

 pusat raden said sukanto kramat jatiJakarta tahun 2008

Jenis kelamin
Prilaku penerapan SOP
total
OR (95%CI)
p-value
baik
buruk
Laki – laki
8 (27,6)
21 (72,4)
29
0,312(0,133-0,732)
0,009
perempuan
132(55,0)
108 (45,0)
240



Dari hasil peneliatian di dapatkan bahwa 8 oarang responden (27,6%) responden yang dalam hal ini adalah perawat laki – laki mempunyai prilaku penrapan sop dalam memeberikan keperawatan asuhan di kategorikan baik,sedangkan sebanyak 132 orang (55,0%) perawat perempuan yang mempunyai prilaku penrapan sop dalam memeberikan keperawatan asuhan di kategorikan baik,.hal ini menujukan bahwa proporsi perempuan yang mempunyai prilaku penerapan sop dalam memeberikan keperawatan oleh perawat rumah sakit kepolisian pusat raden said sukanto kramat jati jakarta dengan kategori baik jauh lebih besar dibandingkan dengan laki – laki.

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p-value sebesar 0,009 . hal ini berarti nilai p value lebih kecil dari pada a,dimana nilai a = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teradapat hubungan yang signifikan antara variabel jenis kelamin responden terhadap prilaku penerapan sop  dalam memberikan asuhan keperawatan .analisa keeratan variabel di dapatakan nilai OR = (95% CI:0,133-0,732) yang artinya perempuan mempunyai peluang besar sebaesar o,312 kali prilaku penerapan sop dalam memberikan asuhan keperawatan yang baik dengan responden yang berjenis kelamin laki - laki .

2.       hubungan umur dengan perilaku penerapan SOP ( standart operating procedure ) dalam memberikan asuhan keperawatan

Tabel 5.10

Distribusi hubungan perawat dengan prilaku

penerapan sop ( standart operating procedure ) dalam

memebrikan asuhan keperawatan di rumah Sakit kepolisian

 pusat raden said sukanto kramat jatiJakarta tahun 2008

Umur responden
Prilaku penerapan SOP
total
OR (95%CI)
p-value
baik
buruk
Di bawah sampai dengan 45 tahun
134 (55,4)
108 (44,6)
242
4,34(1,69-11,14)
0,002
Diatas 45 tahun
6 (22,2)
21 (77,8)
27



Berdasarkan tabel diats di dapatkan bahwa sebanyak (55,4%) responden dengan umur di bawah 45 tahun mempunyai prilaku penerapan sop dalam memeberikan asuhan keperawatan dengan kategopri baik,sedangkan diatas 45 tahun sebanyak 6 orang (22,2%) mempunyai prilaku penerapan sop dalam memberikan asuhan keperawatan dengan kategori baik hal ini menunjukan bahwa proporsi perawat yang berumur di bawah sampai dengan 45 tahun di ruymah sakit kepolisian pusat raden said sukanto karamat jati mempunyai prilaku penerapan sop dalam memeberikan asuhan dengan kategori baik jauh lebih besar di bandingkan dengan perawat yang berumur diatas 45 tahun

Dari hasil uji statistik di dapatkan nilai p-value sebesar 0,002 sehingga nilai p value lebih kecil dari pada nilai a,dimana nialai a sebesar 0,05 sehingga dapat di ambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel umur responden terhadap prilaku penerapan sop dalam memberikan asuhan keperawatan .analisa keeeratan hubungan didapatkan OR = 4.34 (95% CI:1,69-11,14) yang artinya umur di bawah sampai dengaN 45 tahun berpeluang mempeunyai prilaku penerapan sop dalam memeberikan asuhan keperawatan dengan kategori baik sebanyak 4,34 kaqli di bbandingkan dengan umur responden diatas 45 tahun

3.       hubungan tingkat pendidkan dengan perilaku penerapan SOP ( standart operating procedure ) dalam memberikan asuhan keperawatan

Tabel 5.11

Distribusi hubungan tingkat pendidikan perawat  dengan prilaku

penerapan sop ( standart operating procedure ) dalam

memebrikan asuhan keperawatan di rumah Sakit kepolisian

 pusat raden said sukanto kramat jatiJakarta tahun 2008

Tingkat pendidikan
Prilaku penerapan SOP
total
OR (95%CI)
p-value
baik
buruk
pendidikan rendah (spk)
52(47,7%)
57(52,3%)
109
0,75(0,48-1,22)
0,29
pendidikan tinggi (d3 dan s1 keperawatan )
88(55,0%)
72(45,0%)
160



berdasarkan tabel diats dari 109 responden yang ,emeiliki tingkat pendidikan kategori rendah sebanyak 52 orang (47,7%) yang memepounyai prilaku penerapan sop dalam memberikan asuhan keperawatan baik, sedangkan 160 orang yang berasal dari pendidikan tinggi sebayak 88 orang (55,0%) yang mempunyai prilaku penerapan sop dalam memeberikan asuhan keperawatan dengan kategori baik ,hal ini menunjukan bahwa secara proposional perawat yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi mempunyai prilaku penerapan sop dalam memberikan asuhan keperawatan lebih besar di bandingkan dengan perawat yang mempunyai tingkat pendidikan rendah

dari hasil uji statistik di dapatkan nilai p value sebesar 0,29 sehinggga p value lebih bedsar dari pada nilai a sebesar 0,005 sehingga dapat di ambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel tingkat pendiudiakan dengan prilaku penerapan sop dalam memberikan asuhan keperawatan analisis keeratan hubungan di dapatkan or – 0,75 (95% CI:0,48 – 1,22) yang artinya pendidikan tinggi mempunyai peluan 0,75 kali lebihb besar memepunyai prilaku penerapan sop dalam memeberikan asuhan keperawatan yang baik di bandingkan perawat yang berasal dari pendidikan rendah


4.       hubungan jabatan dengan prilaku penerapan sop (standart operating procedure ) dalam memeberikan suhan keperawatan


Tabel 5.12

Distribusi hubungan jabatan perawat  dengan prilaku

penerapan sop ( standart operating procedure ) dalam

memebrikan asuhan keperawatan di rumah Sakit kepolisian

pusat raden said sukanto kramat jatiJakarta tahun 2008

Jabatan
Prilaku penerapan SOP
total
OR (95%CI)
p-value
baik
buruk
Kepala ruangan
10 (58,8%)
7(41,2%)
17
1,34(0,49-3,36)
0,74
Perawat pelaksana
130(51,6%)
122(48,4%)
252



Berdasarkan tabel diats dari 17 responden dengan jabatan sebagai kepala ruangan 10 orang (58,8%) mempunyai perilaku penerapan sop dalam memeberikan asuhan keperawatan dengan kategori baik sedangkan dari 252 responden dengan jabatan sebagai perawat pelaksana ,130 orang (51,6%) mempunyai perilaku penerapan sop dalam memeberikan asuhan keperawatan baik.hal ini menunjukan bahwa secara proporsional perawat kepala ruangan mempunyai prilaku penerapan sop dalam memberikan asuhan keperawatan lebih besar dibandingkan dengan perawat pelakssana

Dari nilai or dapat diketahui bahwa kepala ruangan memiliki kecendrungan mempunyai perilaku penerapan sop dalam memberikaqn asuhan keperawaqtaqn yang baik sebesar 1,34 kali lebih besar di bandingkan dengan nilai p value 0,74 atau lebih besar dari nilai a. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna anatar varoabel jabatan terhadap perilaku penerapan sop dalam memeberikan keperawatan.


5.       Hubungan pengetahuan dengan prilaku penerapan sop (standart operating procedure ) dalam memeberikan suhan keperawatan



Tabel 5.12

Distribusi hubungan pengetahuan  dengan prilaku

penerapan sop ( standart operating procedure ) dalam

memebrikan asuhan keperawatan di rumah Sakit kepolisian

pusat raden said sukanto kramat jatiJakarta tahun 2008

Tingkat pengetahuan
Prilaku penerapan SOP
total
OR (95%CI)
p-value
baik
buruk
Tinggi
84(60,4%)
55(39,6%)
139
2,02(1,24-3,28)
0,006
Rendah
56(43,1%)
74(56,9%)
130



Tingkat pengetahun responden tentang sop dalam memberikan asuhan keperawatan dikategorikan menjadi 2 yaitu kategori tinggi dan rendah, dari tabel diats dapat diketahui bahwa dari 139 responden yang berpengetahuan tinggi, terdapat 84 orang (60,4%) yang mempunyai perilaku penerapan sop dalam memeberikan asuhan keperawatan baik. Sedangkan dari 130 responden yang memeiliki tingkat pengetahuan yang rendah ,terdapat 56 (43,1%) orang responden yang mempunyai perilaku penerapan sop dalam memeberikan asuhan keperawatan dengan kategori baik,hal ini menunjukan bahawa secarea proporsional perawat tingkat pengetahuannya tinggi mempunyai perilaku penerapan sop dalam memberikan asuhan keperawatan lebih besar dibandingkan dengan perawat yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah.

Dari hasil uji statistik di dapatkan p-value sebesar 0,006 hal ini berarti nilai p-value lebih kecil dari pada nilai a yaitu 0,005, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang sop dalam memberikan asuhan keperawatan dengan perilaku penerapan sop dalam memeberikan asuhan keperawatan.analisis keeratan hubungan di dapatkan nilai or sebesar 2,02 artinya tingkat pengetahuan perawat tentang sop dalam memberikan asuhan keperawatan dengan kategori tinggi memp[unyai peluang untuk mempunyai perilaku penerapan sop dalam memebrerikan asuhan keperawatan dengan kategori baik 2,02 kali lebih besar dibandingkan dengan perawat yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah.


5.3                 Hasil Wawancara

5.3.1             membaca sop asuhan keparawatan sebelum melakuakan asuhan keperawatan  
                      pada  Pasien



       berdasarkan hasil wawancara terhadap 67 orang responden menujukan bahwa semua tidak membaca sop asuhan keperawatan sebelum memberikan asuhan keperawatan pada pasien .alasan mereka tidak membaca sop asuhan keperawatan adalah karena keterbatasan waktu dimana junmlah tenaga perawat yang sedikit namun yang harus diberikan asuhan keperawatan cukup besar dan tidak sebanding dengan jumlah perawat. Sehingga mereka tidak sempat untuk membaca sop asuhan keperawatan



5.3.2             perilaku penerapan sop dalam memeberikan asuhan keperawatan



       setelah dilakukan wawancara terhadap 67 orang respoinden semua respionden menyatakan selalu mempedomani sop dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien .mereka mengatakan bahwa mereka berusaha menerapkan sop dalam memeberikan asuhan keperawatn pada pasien walaupun terdapat keterbatasan waktu tenaga dan alat.



5.3.3             hambatan penerapan sop dalam memeberikan asuhan keperawatan



Dari 67 orang responden yang di wawancarai peneliti sebbanyak 20 orang (29,9%) responden yang mengatakan bahawa hambatan dalam penerapan sop dalam memberikan asuhan keperawatan adalah jumlah tenaga perawat yang kuarang sehingga jika jumlah pasien cukup besar mereka haqrus dapat memebagi waktu agar semua pasien dapat diberikan asuhan keperawatan ,sebayank 15 orang (22,4%) responden yang mengatakan bahwa selain tenaga perawat ,sarana dan prasarana juaga dapat menjadi hamabatan dalam penerapan sop dalam memeber kan asuhan keperawatan ,  sebanyak 13 orang responden  (19,4%) mengatakan hambatan dalam peneraqpan sop dalam memeberikan asuhan keperawatan akibat kurangnya sarana dan prasarana yang ada ,disamping hal tersebut ada juga responden yang mengatakan bahwa sifat individu dapat menjadi hambatan dalam penerapan sop dalam memeberiokan asuhan keperawatan yaitu sebanyak 9 orang (13,4%). Sedangkan sisanya mengatakan bahawa hambatan dalam penerapan sop dalam memebrikan asuhan keperawatan adalah keadaan emergency yaitu sebanyak 3 orang (4,5%),kurangnya pengetahuan sebanyak 3 orang (4,5%) dan gaji sebanyak 1 orang (1,5%). Sedamngkan responden yang mengatakan tidak ada hambatan penerapan sop dalam memeberikan asuhan keperawatan sebayak 3 orang (4,5%)











































               

No comments: