5.1.1 sejarah
rumah sakit
Profil rumah sakit kepolisian raden said
sukanto kramat jati jakarta diuraikan sebagai berikut :
Bahwa
tugas pokok kepolisian negara republik indonesia adalah mengayomi ,melindungi
dan melayani masyrakat dalam bidang kemanan dan ketertiban masyrakat serta
sebagai alat penegak hukum.
Dalam
rangka mendukung tugas operasional kepolisian tersebut dibutuhkan sebuah unit
pelayanan kesehatan guna memeihara kesempatan serta kesehatan bagi seluruh
personil baik di pusat maupun di kewilayahan .pusat kedokteran dan kesehatan
polri selaku pengemban fungsi pelayanan kesehatan meyelenggarakan tugas
pelayanan kesehatan melalui rumah sakit kepolisian rs sukanto .dalam upaya
mencapai visi rumah sakit kepolisian pusat sebagai rumah sakit rujukan
tertinggi yang handal dan kredibel diperlukan upaya maximal ,untuk pemberdayaan
sumber daya rumah sakit baik sumber daya manusia ,sarana prasarana maupuan
sumber daya keuangan .rumah sakit senantiasa harus meningkatkan mutu pelayanan
dengan berorientasi pada pelanggan ,baik pelanggan dari masyrakat polri maupun
masyrakat umum ,sebagai bentuk implementasi dari comunity policing.demi
kelancaran pengelolaan rumah sakit perlu adanya kerja sama yang baik anatar
pemilik atau yang mewakili ,pengelola dan staf medis yang mempunyai perananan
penting didalam menentukan masa depan rumah sakit .
Dalam
upaya mencapai keharmonisan hubungan dengan unsur unsur terkait perlu suatu
landasan hukum yang mengatur hubungan antara pemilik ( kapolri ) atau yang
mewakili ,pengelola ( karumkit ) serta satf medik (SMF) dalam bentuk peraturan
internal rumah sakit (hospital bylaws)
Peraturan
internal rumah sakit kepolisian pusat RS. Sukanto merupakan perangkat hukum
tertinggi yang berlaku secara internal dan ditetapkan beradasarkan surat
keputusan kepala rumah sakit kepolisian RS. Sukanto .peraturan internal rumah
sakit ini berfungsi sebagai pedoman bagi pemilik dalam melakukan pengawasan
terhadap rumah sakit,selanjutnya dapat juga berfungsi sebagai pedoman bagi
pemilik dalam melakukan pengawasan terhadap rumah sakit ,selanjutnya dapat juga
berfungsi sebagai pedoman bagi pemilik
dalam melakukan pengawasan terhadap rumah sakit ,selanjutnya dapat juga
berfungsi sebagai pedoman bagi kepala rumah sakit dalam pengelolaaan terhadap rumah
sakit dan menyusun kebijakan yang bersifat teknis operasional dan sebagai
sarana untuk menjamin efektifitas ,efisiensi serta mutu pelayanan .peraturan
internal rumah sakit juga berfungsi sebagai sarana perlindungan hukum bagi
semua pihak yang terlibat dalam pelayanan serta berfungsi sebagai dasr hukum
dalam penyelesaian konflik di rumah sakit.
Semua
peraturan rumah sakit yang telah ada maupun yang akan disusun tidak boleh
bertentangan dengan peraturan internal rumah sakit kepolisian pusat rs sukanto.
5.1.2 nama dan
kedudukan
1.
Nama rumah sakit
Nama rumah sakit ini adalah rumah sakit kepolisian pusat rs sukanto yang
diteteapkan berdasarkan surat keputusan kapolri no. Pol : skep/177/XI/1994
2.
Kedudukan
Rumah sakit kepolisian pusat rs sukanto yang disaingkat rumkit polpus rs
sukanto adalah unsur pelaksana yang berada di bawah kapudokkkes polri
3.
Rumah sakit kepolisian pusat bertugas
menyelnggarakan pelayanan kesehatan bagi personil polri dan keluarganya serta
menyelenggarakan dukungan kesehatan bagi tugas operasional dan pembinaan polri
4.
Rumah skit kepolisian pusat rs sukanto di pimpin
oleh kepala rumah sakit yang disingkat karum kit polpus yang bertanggung jawab
kepada kapusdokkes polri
5.
Rumah sakit
kepolisian p[usat rs sukanto terdiri dari sekertarian rumkit polpus,staf
pengawas internal yang disingkat spi ,departement kedokteran kepolisian dan
penunjang medik yang di singkat dep dptm departement medik dan keperawatan di singkat dep lmp ,departement sumber daya
manusia dan penelitian disingkat dep sdmt dan para tenaga medik yang merupakan
staf medik fungsional yang disingkat SMF
6.
Lokasi rumah sakit kepolisian pusat rs sukanto
adalah di jalan rs polri karamat jati jakarta timur.
1)
Falsafah
Falsafah rumah sakit kepolisian pusat rs sukanto adalah dengan iman dan
taqwa beradasrkan pancasila kita tingkatkan derajat kesehatan masyrakat
indonesia.
2)
Tujuan
a)
Meningkatakan derajat kesehatan masyrakat
b)
Meningkatkan kualitas hidup anggota dan
masyrakat polri sehingga mampu mendukung tugas operasional polri
c)
Mampu memeberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu ,optional,dan senantiasa mampu meningkatkan citra positif rumah skit
kepolisian pusat rs sukanto di mata masyrakat polri dan umum
d)
Menunjang pelaksananaan pelayanan kedokteran
kepolisian (yandokpol)
e)
Mewujudkan eksistensi rumah skit dalam kerja
sama lintas sektoral.
3)
Visi
Terwujudnya rumah saki kepolisian pusat rs sukanto ,sebagai rumah sakit
rujukan tertinggi polri yang handal dan kredibel .
4)
Misi
a)
Memberikan perlayanan prima yang berbasis kepada
profesionalisme
b)
Menjadi pusat rujukan bagi rumkit –rumkit
bhayangkara
c)
Memeberikan dukungan kedokteran kepolisian
sesuai kebutuhan operasional polri
d)
Menjadi pusat pelayanan penanganan kasus trauma
e)
Sebagai pusat pelatihan ,pendidikan sdm
,penenlitian dan pengembangan kesehatan dan kedokteran kepolisian
f)
Menjadi
rumkitpolpus rs sukanto yang terakreditasi secara nasional
5)
Azas moto
dan nilai
1.
Asas
Asas pelayanan di rumah sakit kepolisian pusat rs sukanto adalah
mengutamakan nilai – nilai kemanusianaan ,manfaat ,keadilan,persamaan hak dan anti
dsikriminasi ,pemerataan,perlindungan dan keselamatan pasien
2.
Moto
“suksesku adalah kepauasaan pasien”
3.
Nilai
Nilai – nilai yang dianut dalam peneyelengaraan pelayanan kesehatan di
rumah sakit kepolisian rs sukanto adalah :
a)
Keterbukaan
Keterbukaan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan senantiasa
mengutamakan sifat jujur,ikhlas,terbuka,berfikir positif dallam bekerja sama
serta selalu menerima pendapat orang lain
b)
Pembelajar
Sebagai insan dengan keterbatasan dalam melaksanakan
tugas akan selalu belajar untuk pengembangan diri dan terus menerus melakukan
perbaikan untuk kemaqjuan rumah sakit .
c)
Kebersamaan
Dalam melaksanakan tugas senantiasa melalui kerja sama tim yang kompak
untuk kepentingan dan kemajuan rumah sakit.
d)
Kerja keras dan profesional
Setiap tugas dilaksanakan dengan mengutamakan dedikasi
,kerja keras displin,profesionalisme, bertanggung jawab dan tanggung gugat dan
selalu berorientasi kepada kepuasaan pasien dan keluarganya.
e)
Empati
Dalam melaksanakan tugas senantiasa berjiwa besar
,tanggap ,sabar ,rendah hati ,ramah dan mengerti harapan pasien.
5.1.3 ketenagaan rumah sakit kepolisian pusat
raden said sukanto
Tenaga kerja di rumkitpolpus
terdiri dari beberapa golongan yaitu anggota lkepolisian republik indonesia
(POLRI) ,pegawai negri sipil (PNS) ,baik PNS POLRI Dan PNS Depkes,pegawai
harian lepas (PHL) serta pegawai magang.
Pegawai negri sipil depkes telah
dialihkan ke lingkuangan polri sejak oktober 2002 ,dimana sebelumnya pegawai
PNS Depkes ini hanya diperbantuakn di rumah sakit kepolisian pusat raden said
sukanto dan mendapat tunjangan gaji dari depkes,tetapi sejak dialihkan
statusnya menjadi pegawai PNS Polri dan digaji oleh Polri sendiri.
Pegawai harian lepas direkrut
sendiri oleh rumah sakit polri nuntuk membantu menjalanakan kegiatan rumah
sakit ,bagi pegawai PHL ada kemiungkinan untuk menjadi pegawai negri sipil
melalui tes peggawai negri yaqng dilakukan oleh mabes polri,akan tetapi
waktunya tidak tentu karena tergantung kebutuhan pegawai negari dari pusat.
Sedangkan pegawai magang adalah
para pegawai yang bekerja atas kemauannya sendiri untuk menambah pengalaman
,para pegawai magang ini tidak mendapat gaji.
Berdasarkan kegiatan laporan SDM
tentang data keadaan ketenagaan r umkitpolpus rs sukanto berjumlah total 752
orangdan dapat dibagi menjadi 4 kelompok ,yaitu tenaga medis ( dokter,tenaga
penunjang,medis keperawatan,tenaga penunjang medis non keperawatan dan tenaga
non medis ).
Tabel 5.1
Jumlah tenaga kerja rumkitpolpus rs
sukanto menurut jenis tenaga
No
|
Jenis
tenaga
|
Jumlah
tenaga
|
1
|
Tenaga medis
|
73
|
2
|
Tenaga penunjang
medis keperawatan
|
316
|
3
|
Tenaga penunjang
non keperawatan
|
59
|
4
|
Tenaga non medis
|
284
|
Total tenaga kerja
|
752
|
5.1.4 fasilitas pelayanan kesehatan rumah sakit
kepolisian pusat raden said sukanto
1.
Fasilitas pelayanan kesehatan di rumkitpolpus rs
sukanto di bagi menjadi 2 yaitu :
a.
Fasilitas dignostik seperti
1)
CT-Scan
2)
USG
3)
Echo Cardiografi
4)
Tread mill
5)
Hemodilisis ginjal
Laboratorium klinik/patologi anatomi/uji narkotika
6)
Forensik patologi/forensi klinik
7)
EEG (Echo ansefalografi)
b.
Fasilitas pelayanan seperti :
1)
UGD 24 jam dan traumatik center
2)
Rawat inap ( 308 tempat tidur )
3)
Rawat jalan ( 26 poli spesialis )
4)
ICU/NICU
5)
Unti medical check up
6)
Kompertemen kedokteran kepolisian
7)
Unit gizi
8)
Unit pengolahan limbah
Fasilitas
pelayanan rawat inap dan rawat jalan pasien umum demi kemanan dan kenyamanan di
pisahkan pada area dan banguanan yang terpisah sama sekali dengan pasien
tahanan dan korban narkotika.
2.
Kinerja rumah sakit kepolisian pusat raden said
sukanto
Rumkitpolpus melayani semua golongan pasien namun secara umum dapat
digolongkan menjadi 4 yaitu : pasien anggota/pns/polri/keluarga polri,pasien
askes /Jamsostek,pasien umum dan pasien tahanan .
Berdasarkan laporan bagian rekam medik ( medikal
record ),data indikator pelayanan kesehatan rumkitpolpus rs sukanto adalah
sebagai berikut :
a.
BOR /bed
occupancy rate = 70,25% artinya rata – rata pengunaan tempat tidur untuk pasien
63,25%
b.
LOS/length of stay = 5 hari artinya pasien
keluar hidup /mati rata - rata dirawat
selama 5 hari perawatan
c.
BTO/beb turn over = 36 kali artinya rata – rata
tempat tidur dalam 1 tahun digunakan 36 kali untuk masing – masing tempat tidur
di rumah sakit
d.
TOI/turn over internal : 4 hari artinya rata –
rata temapat tidur kosong antara waktu 4 hari
3.
Rumah sakit menjadi tempat pendididkan
Rumah sakit kepolisian pusat raden said sukanto dijadikan tempat
pendidikan bagi :
a.
Mahasiswa kedokteran
b.
Keperawatan
c.
Sarjana
d.
Pasca sarjana
e.
DIII gizi
f.
Dan lain – lain
4.
Keadaan lingkungan rumah sakit kepolisian pusat
raden said sukanto.
Dekat dengan daerah asrama polri,kompleks perumahan depkes,pasar
traditionnal kramat jati dan tol jagorawi.
a.
Populasi :28.129
b.
Fertility : 1,5%
c.
Luas wilayah : 36.175% m2
d.
Batas utara : jln rs polri
e.
Batas timur : jln tol cawang
f.
Batas barat : kompleks perumahan depkes
g.
Batas selatan : pemukiman penduduk
5.
Fasilitas pelayanan rumah sakit kepolisian pusat
raden said sukanto
a.
Fasilitas rawat jalan
Fasilitas rawat jalan di dukung oleh poliklinik umum,18 poliklinik
spesialis dan 11 fasilitas yang menunjang perawatan medis
b.
Rawat inap
Rs kepolisian pusat raden said sukanto mempunyai fasilitas rawat inap
sebagai berikut :
a)
Ruang vip dr suwarno
b)
Ruang vip cendrawasih IV
c)
Ruang cendrawasih III
d)
Ruang cendrawasih II
e)
Ruang cendrawasih I
f)
Ruang kelas III terdiri dari :
1)
Ruang perawatan bedah 2 lantai
2)
Ruang perawatan penyakit dalam 2 lantai
3)
Ruang perawatan jiwa
4)
Ruang perawatan penyakit paru dan saluran napas
5)
Ruang perawatan saraf
6)
Ruang perawatan kebidanan dan kandungan
7)
Ruang perawatahn anak
8)
Ruang perawatan bayi dan neonatus
Tabel 5.2
Perubahan nama
ruangan inap. Klsifikasi kelas dan kapasitas tempat tidur masing – masing
ruangan
No
|
Nama rri lama
|
Nama rri baru
|
kelas
|
Jumlah
|
1
|
Super vip
|
Vip dr soewarno
|
vip
|
6
|
2
|
Cps i
|
Cendrawasih i
|
I
|
1
|
3
|
Cps ii
|
Cendrawasih ii/icu
|
I
|
6
|
4
|
Cps iii
|
Cendrawasih iii
|
I
|
13
|
5
|
Cps iv
|
Cendrawasih iv
|
I
|
9
|
6
|
Arya guna i
|
Cendana i
|
Ii
|
28
|
7
|
Arya guna ii
|
Cendana ii
|
Ii
|
24
|
8
|
Pratidina
|
Cemara i
|
Iii
|
21
|
9
|
Pratidina ii
|
Cemara ii
|
Iii
|
23
|
10
|
H Januraga i
|
Mahoni i
|
Iii
|
23
|
11
|
Januraga ii
|
Mahoni ii
|
Iii
|
23
|
12
|
Patriatama
|
Parkit
|
iii
|
20
|
13
|
Diviacita
|
Nuri
|
Iii
|
16
|
14
|
Tansatrisna
|
Cemapaka
|
Iii
|
25
|
15
|
Anindita
|
Mawar
|
Iii
|
21
|
16
|
Adi pradana
|
Adi pradana
|
Iii
|
9
|
17
|
Wattah
|
Wattah
|
Iii
|
15
|
18
|
dirabrata
|
dirabrata
|
Iii
|
15
|
total
|
308
|
g)
Intensive care unit
Mempunyai 8 kapasitas tempat tidur dengan dukungan
peralatan canggih ,9 ventilator dewasa dan 6 baby ventilator ,serta beberapa
monitor kardiovaskuler,serta satu set analisa gas darah
h)
Bedah sentaral
Mempunyai 6 kamar operasi
i)
Fasilitas hemodilisis ( cuci darah )
Mempunyai 8 unit alat pencuci darah
j)
Fasilitas endoskopi
Bidang gastro intestinal,paru,urologi,maupun orthopedi
k)
Fasilitas penunjang diagnostik
Fasilitas x-ray,ultra sonografi dan ct scan
l)
Penanganan air limbah
Sistem pengolahan air limbah dengan sistem kombinasi aerasi
dan sedimentasi .hasil akhir dari pengolahan air limbah cair secara periodik
dikontrol baik jumlah maupun bakteri oksigen demand (BOD)nya
m)
Fasilitas
laundry
Menyedikan line bersih dan steril 24 jam
n)
Instalasi perawatan rumah sakit (IPSRS)
Dikelola rumah sakit
o)
Komponen rumah sakit
Dengan kegiatan sebagai berikut :
1)
Kecelakaaan lalu lintas
2)
Ondologi forensik
3)
Pisikiatri
4)
Korban pemerkosaan
5)
Korban penganiayaan
p)
Perawatan tahanan
1)
Tahanan rutan kejaksaan
2)
Tahanan lembaga pemasyrakatan hakim
3)
Tahanan polri
6.
Fungsi sosial rumah sakit kepolisian pusat raden
said sukanto
Rumkit polpus rs sukanto adalah badan pleyanan
masyrakat yang harus bersifat sosial di bidang keuntungan secara ekonomi dan
ini sudah di lakukan rumah sakit ,telah memberikan keringanan pada pasien tidak
mampu dengan senilai 18.583.873
5.2 hasil penelitian
5.2.1 responden yang diteliti
Dalam
penelitian ini rsponden adalah perawat yang bekerja di rumah sakit kepolisian
pusat raden said sukanto kramat jati jakarta. Penelitian ini di lakukkan pada
bulan april sampai mei 2008. Jumlah rsponden diambil dari jumlag perawat ruang
inap maupun perawat rawat jalan dengan menggunakan rumus pengambilan sampel
secara proposional sebanyak 269 orang.
Hasil
penelitian ini terlewbeih dahulu akan membahas tentang analisis deskriptif (
univariat ) kemudian membahas analisis bivariat dan dilanjutkan dengan
analaisis hasil wawancara yang dilakukan pada 25 % dari jumlah sampel tottal
yatiu 67 responden
5.2.2. analisa univariat
Analisa
ini mendiskripsikan faktor – faktor yang berhubungan dengan prilaku peneraspan
SOP ( standart operating procedure) dalam memeberikan asuhan keperawatan .data
penelitian menggunakan data kategorik untuk variabel independent maupun data
dpendent .penyajian datya berbentuk distribusi frekuensi dengan persentase
1. Jenis kelamin
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi
perawat berdasarkan jenis kelamin di
Rumah sakit
kepolisian pusat raden said sukanto kramat
Jati jakarta tahun 2008
Jenis kelamin
|
frekuensi
|
Persentase
|
Laki – laki
|
29
|
10.8
|
Perempuan
|
240
|
89.2
|
Total
|
269
|
100.0
|
Berdasarkan tabel diatas dapat
dilihat dari 269 orang responden ,mayoritas jenis kelamin responden adalah
perempuan yang berjumlah 240 orang (89,2%) sedangkan sisanya adalah laki – laki
yang berjumlah 29 orang (10,8%).
Hal ini menunjukan bahwa proporsi
perawat perempuan di rumah saki kepolisian said sukanto kramat jati jakarta
timur tahun 2008 jauh lebih besar dari pada yang berjenis kelamin laki – laki
2. umur
Tabel 5.4
Distribusi frekuensi
perawat berdasrkan umur di rumah
Sakit kepolisian
pusat raden said sukanto kramat jati
Jakarta tahun 2008
umur
|
frekuensi
|
Persentase
|
Di bawah sampai dengan 45 tahun
|
242
|
90,0
|
Diatas 45 tahun
|
27
|
10,0
|
total
|
269
|
100,0
|
Umur responden dikategorikan
menjadi 2 yaitu umur di bawah sampai dengan 45 tahun berjumlah 242 orang (90%)
dan diatas 45 tahun berjumlah 27 orang (10%). Data tersebut menunjukan bahwa
sebagian besar umur responden berada pada rentang bawah sampai dengan 45 tahun
Hal ini menunjukan perawat yang
bekerja di rumah sakit kepolisian said sukanto kramat jati jakarta timur tahun
2008 berumur di bawah sampai dengan 45 tahun
3. tingkat pendidikan
Tabel 5.5
Distribusi frekuensi
perawat berdasarkan tingkat
pendidikan di rumah sakit kepolisian pusat
raden said
sukanto jakarta tahun
2008
Tingkat pendidikan
|
jumlah
|
Persentase
|
Rendah
|
109
|
40,59
|
Tinggi
|
160
|
59,5
|
Total
|
269
|
100,0
|
Berdasarkan tabel diats ,tingkat
pendidikan responden digolongkan menjadi 2 yaitu pendidikan rendah yaitu SPK
yang jumlahnya 109 orang (40,5%) dan pendidikan tinggi yang terdiri dari d3 dan
s1 keperawatan yang bejumlah 160 orang (59,5%).
Hal ini menunjukan bahwa
mayoritas perawat rumah sakit kepolisian raden said sukanto kramat jati jakarta
tahun 2008 mempunyai tingkat pendidikan yaitu DII dan SI keperawatan
4. jabatan
Tabel 5.6
Distribusi perawat
berdasrkan jabatan di
Rumat sakit
kepolisian pusat raden said sukanto kramat
Jati jakar ta tahun
2008
jabatan
|
frekuensi
|
Persentase
|
Kepala ruangan
|
17
|
6,3
|
Perawat pelaksana
|
252
|
93,7
|
Total
|
269
|
100,0
|
Peneliti menggolongkan jabatan
responden menjadi 2 yatiu kepal ruangan yang berjumlah 17 orang (6,3%) dan
perawat pelaksana sebanyak 252 orang (93,7%)
5. pengetahuan tentang SOP (
standrt operating procedure) dalam mem berikan asuhan keperawatan
Tabel 5.7
Distribusi perawat
berdasrkan pengetahuan tentang SOP
( standrt operating procedure) dalam
memberikan asuhan keperawatan di
Rumat sakit
kepolisian pusat raden said sukanto kramat
Jati jakar ta tahun
2008
jabatan
|
Frekuensi
|
Persentase
|
tinggi
|
139
|
51,67
|
Rendah
|
130
|
48,32
|
Total
|
269
|
100,0
|
Tingkat pengetahuan responden di
bagi menjadi 2 kelompok yatu responden yang mempunyai pengetahuan rendah dan
pengetahun tinggi .berdasrkan tebl diats jumlah responden yang mempunyai
pengetahuan yang lebih tinggi lebih besar dari pada yang memepunyai pengtahuan
yang rendah.responden yang mempunyai pengetahuan tinggi sebanyak 139 orang
(51,67%) dan responden yang mempunyai penegetahuan rendah sebayak 130 orang
(48,32%)
Data tersebut menunjukan bahwa
mayoritas tingkat pengetahuan perawat tentang pengetahuan tentang SOP ( standrt
operating procedure) dalam mem berikan asuhan keperawatan tinggi
6. prilaku penerapan sop (
standart operating procedure ) dalam memebrikan asuhan keperawatan
Tabel 5.8
Distribusi frekuensi
perawat berdasrkan prilaku
penerapan sop (
standart operating procedure ) dalam
memebrikan asuhan
keperawatan di rumah Sakit kepolisian
pusat raden said sukanto kramat jatiJakarta
tahun 2008
Umur
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Baik
|
140
|
52,0
|
Buruk
|
129
|
48,0
|
Total
|
269
|
100,0
|
Peneliti menggolongkan prilaku
penerapan sop ( standart operating procedure ) dalam
memebrikan asuhan keperawatan
menjadi 2 kategori yaitu kategori baik dan buruk.berdasrkan tebl diatas
perilaku penerapan SOP dengan kategori baik sebanyak 140 orang (52,0%)
sedangkan perilaku penarapan SOP dengan kategori buruk sebanyak 129 orang
(48,0%)
hal ini menujukan bahwa sebagian
besar perilaku penerapan sop ( standart
operating procedure ) dalam memebrikan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat di rumah sakit kepolisian pusat raden said sukanto jakarta tahun 2008
berada pada kategori baik.
5.2.2 analisa bivariat
Analisa biveriat digunakan untuk
menganalisa hubungan antara 2 variabel .
1. hubungan jenis kelamin dengan
perilaku penerapan SOP ( standart operating procedure ) dalam memberikan asuhan
keperawatan
Tabel 5.9
Distribusi frekuensi
perawat berdasrkan hubungan jenis kelamin
dengan prilaku penerapan sop ( standart
operating procedure ) dalam
memebrikan asuhan
keperawatan di rumah Sakit kepolisian
pusat raden said sukanto kramat jatiJakarta
tahun 2008
Jenis kelamin
|
Prilaku penerapan SOP
|
total
|
OR (95%CI)
|
p-value
|
|
baik
|
buruk
|
||||
Laki – laki
|
8 (27,6)
|
21 (72,4)
|
29
|
0,312(0,133-0,732)
|
0,009
|
perempuan
|
132(55,0)
|
108 (45,0)
|
240
|
Dari hasil peneliatian di
dapatkan bahwa 8 oarang responden (27,6%) responden yang dalam hal ini adalah
perawat laki – laki mempunyai prilaku penrapan sop dalam memeberikan
keperawatan asuhan di kategorikan baik,sedangkan sebanyak 132 orang (55,0%)
perawat perempuan yang mempunyai prilaku penrapan sop dalam memeberikan
keperawatan asuhan di kategorikan baik,.hal ini menujukan bahwa proporsi
perempuan yang mempunyai prilaku penerapan sop dalam memeberikan keperawatan
oleh perawat rumah sakit kepolisian pusat raden said sukanto kramat jati
jakarta dengan kategori baik jauh lebih besar dibandingkan dengan laki – laki.
Berdasarkan hasil uji statistik
didapatkan p-value sebesar 0,009 . hal ini berarti nilai p value lebih kecil
dari pada a,dimana nilai a = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
teradapat hubungan yang signifikan antara variabel jenis kelamin responden
terhadap prilaku penerapan sop dalam
memberikan asuhan keperawatan .analisa keeratan variabel di dapatakan nilai OR
= (95% CI:0,133-0,732) yang artinya perempuan mempunyai peluang besar sebaesar
o,312 kali prilaku penerapan sop dalam memberikan asuhan keperawatan yang baik
dengan responden yang berjenis kelamin laki - laki .
2.
hubungan umur dengan perilaku penerapan SOP (
standart operating procedure ) dalam memberikan asuhan keperawatan
Tabel 5.10
Distribusi hubungan
perawat dengan prilaku
penerapan sop (
standart operating procedure ) dalam
memebrikan asuhan
keperawatan di rumah Sakit kepolisian
pusat raden said sukanto kramat jatiJakarta
tahun 2008
Umur responden
|
Prilaku penerapan SOP
|
total
|
OR (95%CI)
|
p-value
|
|
baik
|
buruk
|
||||
Di bawah sampai dengan 45 tahun
|
134 (55,4)
|
108 (44,6)
|
242
|
4,34(1,69-11,14)
|
0,002
|
Diatas 45 tahun
|
6 (22,2)
|
21 (77,8)
|
27
|
Berdasarkan tabel diats di
dapatkan bahwa sebanyak (55,4%) responden dengan umur di bawah 45 tahun
mempunyai prilaku penerapan sop dalam memeberikan asuhan keperawatan dengan
kategopri baik,sedangkan diatas 45 tahun sebanyak 6 orang (22,2%) mempunyai prilaku
penerapan sop dalam memberikan asuhan keperawatan dengan kategori baik hal ini
menunjukan bahwa proporsi perawat yang berumur di bawah sampai dengan 45 tahun
di ruymah sakit kepolisian pusat raden said sukanto karamat jati mempunyai
prilaku penerapan sop dalam memeberikan asuhan dengan kategori baik jauh lebih
besar di bandingkan dengan perawat yang berumur diatas 45 tahun
Dari hasil uji statistik di
dapatkan nilai p-value sebesar 0,002 sehingga nilai p value lebih kecil dari
pada nilai a,dimana nialai a sebesar 0,05 sehingga dapat di ambil kesimpulan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel umur responden terhadap
prilaku penerapan sop dalam memberikan asuhan keperawatan .analisa keeeratan
hubungan didapatkan OR = 4.34 (95% CI:1,69-11,14) yang artinya umur di bawah
sampai dengaN 45 tahun berpeluang mempeunyai prilaku penerapan sop dalam
memeberikan asuhan keperawatan dengan kategori baik sebanyak 4,34 kaqli di
bbandingkan dengan umur responden diatas 45 tahun
3.
hubungan tingkat pendidkan dengan perilaku
penerapan SOP ( standart operating procedure ) dalam memberikan asuhan
keperawatan
Tabel 5.11
Distribusi hubungan
tingkat pendidikan perawat dengan
prilaku
penerapan sop (
standart operating procedure ) dalam
memebrikan asuhan
keperawatan di rumah Sakit kepolisian
pusat raden said sukanto kramat jatiJakarta
tahun 2008
Tingkat pendidikan
|
Prilaku penerapan SOP
|
total
|
OR (95%CI)
|
p-value
|
|
baik
|
buruk
|
||||
pendidikan rendah (spk)
|
52(47,7%)
|
57(52,3%)
|
109
|
0,75(0,48-1,22)
|
0,29
|
pendidikan tinggi (d3 dan s1
keperawatan )
|
88(55,0%)
|
72(45,0%)
|
160
|
berdasarkan tabel diats dari 109 responden yang
,emeiliki tingkat pendidikan kategori rendah sebanyak 52 orang (47,7%) yang
memepounyai prilaku penerapan sop dalam memberikan asuhan keperawatan baik, sedangkan
160 orang yang berasal dari pendidikan tinggi sebayak 88 orang (55,0%) yang
mempunyai prilaku penerapan sop dalam memeberikan asuhan keperawatan dengan
kategori baik ,hal ini menunjukan bahwa secara proposional perawat yang
mempunyai tingkat pendidikan tinggi mempunyai prilaku penerapan sop dalam
memberikan asuhan keperawatan lebih besar di bandingkan dengan perawat yang
mempunyai tingkat pendidikan rendah
dari hasil uji statistik di dapatkan nilai p value
sebesar 0,29 sehinggga p value lebih bedsar dari pada nilai a sebesar 0,005
sehingga dapat di ambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara variabel tingkat pendiudiakan dengan prilaku penerapan sop
dalam memberikan asuhan keperawatan analisis keeratan hubungan di dapatkan or –
0,75 (95% CI:0,48 – 1,22) yang artinya pendidikan tinggi mempunyai peluan 0,75
kali lebihb besar memepunyai prilaku penerapan sop dalam memeberikan asuhan
keperawatan yang baik di bandingkan perawat yang berasal dari pendidikan rendah
4.
hubungan jabatan dengan prilaku penerapan sop
(standart operating procedure ) dalam memeberikan suhan keperawatan
Tabel 5.12
Distribusi hubungan jabatan perawat dengan prilaku
penerapan sop ( standart operating
procedure ) dalam
memebrikan
asuhan keperawatan di rumah Sakit kepolisian
pusat raden said sukanto kramat jatiJakarta tahun 2008
Jabatan
|
Prilaku penerapan SOP
|
total
|
OR (95%CI)
|
p-value
|
|
baik
|
buruk
|
||||
Kepala ruangan
|
10 (58,8%)
|
7(41,2%)
|
17
|
1,34(0,49-3,36)
|
0,74
|
Perawat pelaksana
|
130(51,6%)
|
122(48,4%)
|
252
|
Berdasarkan tabel diats dari 17 responden dengan
jabatan sebagai kepala ruangan 10 orang (58,8%) mempunyai perilaku penerapan
sop dalam memeberikan asuhan keperawatan dengan kategori baik sedangkan dari
252 responden dengan jabatan sebagai perawat pelaksana ,130 orang (51,6%)
mempunyai perilaku penerapan sop dalam memeberikan asuhan keperawatan baik.hal
ini menunjukan bahwa secara proporsional perawat kepala ruangan mempunyai
prilaku penerapan sop dalam memberikan asuhan keperawatan lebih besar dibandingkan
dengan perawat pelakssana
Dari nilai or dapat diketahui bahwa kepala ruangan
memiliki kecendrungan mempunyai perilaku penerapan sop dalam memberikaqn asuhan
keperawaqtaqn yang baik sebesar 1,34 kali lebih besar di bandingkan dengan
nilai p value 0,74 atau lebih besar dari nilai a. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna anatar varoabel jabatan terhadap
perilaku penerapan sop dalam memeberikan keperawatan.
5.
Hubungan pengetahuan dengan prilaku penerapan
sop (standart operating procedure ) dalam memeberikan suhan keperawatan
Tabel 5.12
Distribusi hubungan pengetahuan dengan prilaku
penerapan sop ( standart operating
procedure ) dalam
memebrikan
asuhan keperawatan di rumah Sakit kepolisian
pusat raden said sukanto kramat jatiJakarta tahun 2008
Tingkat pengetahuan
|
Prilaku penerapan SOP
|
total
|
OR (95%CI)
|
p-value
|
|
baik
|
buruk
|
||||
Tinggi
|
84(60,4%)
|
55(39,6%)
|
139
|
2,02(1,24-3,28)
|
0,006
|
Rendah
|
56(43,1%)
|
74(56,9%)
|
130
|
Tingkat pengetahun responden tentang sop dalam
memberikan asuhan keperawatan dikategorikan menjadi 2 yaitu kategori tinggi dan
rendah, dari tabel diats dapat diketahui bahwa dari 139 responden yang
berpengetahuan tinggi, terdapat 84 orang (60,4%) yang mempunyai perilaku
penerapan sop dalam memeberikan asuhan keperawatan baik. Sedangkan dari 130
responden yang memeiliki tingkat pengetahuan yang rendah ,terdapat 56 (43,1%)
orang responden yang mempunyai perilaku penerapan sop dalam memeberikan asuhan
keperawatan dengan kategori baik,hal ini menunjukan bahawa secarea proporsional
perawat tingkat pengetahuannya tinggi mempunyai perilaku penerapan sop dalam
memberikan asuhan keperawatan lebih besar dibandingkan dengan perawat yang
mempunyai tingkat pengetahuan rendah.
Dari hasil uji statistik di dapatkan p-value sebesar
0,006 hal ini berarti nilai p-value lebih kecil dari pada nilai a yaitu 0,005,
sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan tentang sop dalam memberikan asuhan keperawatan dengan perilaku
penerapan sop dalam memeberikan asuhan keperawatan.analisis keeratan hubungan
di dapatkan nilai or sebesar 2,02 artinya tingkat pengetahuan perawat tentang
sop dalam memberikan asuhan keperawatan dengan kategori tinggi memp[unyai
peluang untuk mempunyai perilaku penerapan sop dalam memebrerikan asuhan
keperawatan dengan kategori baik 2,02 kali lebih besar dibandingkan dengan
perawat yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah.
5.3 Hasil
Wawancara
5.3.1 membaca
sop asuhan keparawatan sebelum melakuakan asuhan keperawatan
pada Pasien
berdasarkan
hasil wawancara terhadap 67 orang responden menujukan bahwa semua tidak membaca
sop asuhan keperawatan sebelum memberikan asuhan keperawatan pada pasien
.alasan mereka tidak membaca sop asuhan keperawatan adalah karena keterbatasan
waktu dimana junmlah tenaga perawat yang sedikit namun yang harus diberikan
asuhan keperawatan cukup besar dan tidak sebanding dengan jumlah perawat.
Sehingga mereka tidak sempat untuk membaca sop asuhan keperawatan
5.3.2 perilaku
penerapan sop dalam memeberikan asuhan keperawatan
setelah
dilakukan wawancara terhadap 67 orang respoinden semua respionden menyatakan
selalu mempedomani sop dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien .mereka
mengatakan bahwa mereka berusaha menerapkan sop dalam memeberikan asuhan
keperawatn pada pasien walaupun terdapat keterbatasan waktu tenaga dan alat.
5.3.3 hambatan
penerapan sop dalam memeberikan asuhan keperawatan
Dari 67 orang responden yang di wawancarai peneliti
sebbanyak 20 orang (29,9%) responden yang mengatakan bahawa hambatan dalam
penerapan sop dalam memberikan asuhan keperawatan adalah jumlah tenaga perawat
yang kuarang sehingga jika jumlah pasien cukup besar mereka haqrus dapat
memebagi waktu agar semua pasien dapat diberikan asuhan keperawatan ,sebayank
15 orang (22,4%) responden yang mengatakan bahwa selain tenaga perawat ,sarana
dan prasarana juaga dapat menjadi hamabatan dalam penerapan sop dalam memeber kan
asuhan keperawatan , sebanyak 13 orang
responden (19,4%) mengatakan hambatan
dalam peneraqpan sop dalam memeberikan asuhan keperawatan akibat kurangnya
sarana dan prasarana yang ada ,disamping hal tersebut ada juga responden yang
mengatakan bahwa sifat individu dapat menjadi hambatan dalam penerapan sop
dalam memeberiokan asuhan keperawatan yaitu sebanyak 9 orang (13,4%). Sedangkan
sisanya mengatakan bahawa hambatan dalam penerapan sop dalam memebrikan asuhan
keperawatan adalah keadaan emergency yaitu sebanyak 3 orang (4,5%),kurangnya
pengetahuan sebanyak 3 orang (4,5%) dan gaji sebanyak 1 orang (1,5%).
Sedamngkan responden yang mengatakan tidak ada hambatan penerapan sop dalam
memeberikan asuhan keperawatan sebayak 3 orang (4,5%)
No comments:
Post a Comment