silahkan klik link ini :
untuk download Makalah Perencanaan Produksi Pada manajemen Operasional
PERENCANAAN
PRODUKSI
10.1.
Pendahuluan
Perencaaan
produksi adalah pernyataan rencana produksi ke dalam bentuk agregat.
Perencanaan produksi ini merupakan alat komunikasi antara manajemen teras ( top
management ) dan manufaktur. Di samping itu juga,perencanaan produksi merupakan
pegangan untuk merancang jadwal induk produksi. Beberapa fungsi lain perencanan
produksi adalah :
1.
Menjamin rencana penjualan dan rencana
produksi konsisten terhadapa rencana strategis perusahaan
2.
Sebagai alat ukur performansi proses
perencanaan produksi
3.
Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap
rencana produksi
4.
Memonitor hasil produksi aktual terhadap
rencana produksi dan membuat penyesuaian.
5.
Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai
target produksi dan rencana startegis
6.
Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan Jadwal
induik Produksi.
10.2.
Tujuan Perencanaan Produksi
Tujuan perencanan
produiksi adalah:
1.
Sebagai langkah awal untuk menentukan
aktivitas prduksi yaitu sebaga referensi perencanaan lebih rinci dari rencana
agregat menjadi item dalam jadwal induk produksi.
2.
Sebagai masukan rencana sumber daya sehingga
perencanaansumber dayadapat dikembangkan untuk mendukung perencanaan produksi.
3.
Meredam ( stabilisasi ) produksi dan tenaga
kerja terhadap fluktuasi permintaan.
10.3.
Karakteristik Perencanaan Produksi
Agar manajemen teras dapat memfokuskan
seluruh tingkat produksitanpa harus rinci, maka perencanaan produksi dinyatakan
dalam kelompokproduk atau famili (agregat). Satuan unit yang dipakai dalam
perencanaanproduksi bervariasi dari satu pabrik ke pabrik lain.Hal ini
bergantung dari jenisproduk seperti : ton, liter, kubik, jam mesin atau jam
orang.Jika satuan menitsudah ditetapkan maka faktor konversi harus ditetapkan
sebagai alat komunikasi dengan deperatemen lainnya seperti departemen pemasaran
dan akuntansi. Satuan unit di atas harus dikonversikan dalam bentuk satuan
rupiah. Disamping menjaga faktor konversi diperlukan untuk menterjemahkan
perencanaan produksi ke jadwal produksi induk produksi.
Perencanaan produksi mempunyai waktu
perencanaan yang cukup panjang, biasanya 5 tahun. Rencana ini digunakan untuk
perencanaan sumber daya seperti ekspansi, pembelian mesin. Proses peramalan
telah memberikan informasi mengenai besarnya permintaan akan produk yang
direncanakan. Langkah selanjutnya adalah membuat rencana produksinya itu
sendiri. Dalam hal ini tidak semua permintaan dari hasil peramalan mungkin bisa
diproduksi karena kapasitas produksi yang dimiliki tidak mencukupi. Pada
dasarnya perencanaan produksi adalah upaya menjabarkan hasil peramalan menjadi
rencana produksi yang layak dilakukan dalam bentuk jadwal rencana produksi
Banyak metode yang dapat dilakukan untuk maksud tersebut, salah satunya adalah
perencanaan agregat yang akan dijelaskan pada buku ini.
10.4.
Perencanaan Agregat.
Perencanaan agregat merupakan salah
satu metode dalam perencanaanproduksi. Dengan menggunakan perencanaan agregat
maka perencanaan produksi dapat dilakukan dengan menggunakan satuan produk
penggantisehingga keluaran dari perencanaan produksi tidak dinyatakan dalam
tiap jenis produk (inidividual produk).Pengertian agregat tersebut dapat
dijelaskan dengan contoh pada
Gambar 10.1. dibawah ini sebagai
berikut :
GAMBAR
Gambar
10.1. Pengertian Perencanaan Agregat Melalui Produk
Jadi di dalam perencanaan agregat,
tidak dihasilkan rencana dalam bentuk individual produk melainkan dalam betuk
agregat produk. Penggunaan satuan agregat ini dilakukan mengingat keuntungan –
keuntungan yang dapat diperoleh antara lain :
a.
Kemudahan dalam pengolahan data
Dengan
menggunakan satuan agregat maka pengolahan data tidak dilakukan untuk setiap
individual produk. Keuntungan ini akan semakin terasa jika pabrik tempat
perencanaan dilakukan memproduksi banyak jenis produk.
b.
Ketelitian hasil yang didapatkan
Dengan
hanya mengolah satu jenis data produk maka kemungkinan untuk menerapkan metode
yang canggih semakin besar sehingga ketelitian hasil yang didapatkan semakin
baik.
c.
Kemudahan untuk melihat dan memahami mekanisme
sistem produksi yang terjadi dalam implementasi rencana.
10.4.1.
Strategi Perencanaan Agregat
Ada beberapa strategi yang dapat
dilakukan untuk melakukan perencanaan yaitu dengan melakukan manipulasi
persediaan, laju produksi, jumlah tenaga kerja, kapasitas atau variabel
terkendali lainnya. Jika perubahan dilakukan terhadap suatu variabel sehingga
terjadi perubahan laju produksi disebut sebagai strategi murni (pure strategy).
Sebaliknya, strategi
gabungan (mixed strategy), merupakan
gabungan perubahan dua atau lebih strategi murni sehingga diperoleh perencanaan
produksi fleksibel. Seandainya datangnya permintaan dari konsumen bersifat
rutin dan dapat diketahui dengan pasti baik besarnya maupun waktunya maka perencanaan
produksi tidak diperlukan lagi. Namun pada kenyataannya pola permintaan ini
tidak dapat ditentukan dengan pasti.Masalah tersebut mengakibatkan perusahaan
harus menemukan cara atau strategi berproduksi
agar fluktuasi permintaan tersebut
dapat diantisipasi tentu saja dengan cara yang ekonomis sehingga tujuan
perusahaan mencari keuntungan dapat tercapai. Jadi dalam perencanaan agregat,
tidak dihasilkan rencana dalam bentuk individual produk melainkan dalam betuk
agregat produk. Penggunaan satuan agregat ini dilakukan mengingat keuntungan –
keuntungan yang dapat
diperoleh antara lain :
a. Kemudahan
dalam pengolahan data
Dengan menggunakan satuan agregat maka
pengolahan data tidak dilakukan untuk setiap individual produk. Keuntungan ini
akansemakin terasa jika pabrik tempat perencanaan dilakukan memproduksi banyak
jenis produk.
b.
Ketelitian hasil yang didapatkan
Dengan
hanya mengolah satu jenis data produk maka kemungkinan untuk menerapkan metode
yang canggih semakin besar sehingga ketelitian hasil yang didapatkan semakin
baik.
c.
Kemudahan untuk melihat dan memahami mekanisme
sistem produksi yang terjadi dalam implementasi rencana.
Secara garis besar terdapat tiga
strategi murni yang dapat dilakukan
untuk menghadapi fluktuasi permintaan
ini, yaitu :
1.
Melakukan pengaturan setiap saat atas jumlah
tenaga kerja yang dipergunakan dalam hal ini merekrut tenaga kerja baru bila
permintaan meningkat dan memberhentikan sebagian tenaga kerja bila permintaan menurun.
2.
tetap mempertahankan jumlah tenaga kerja
tetapi yang diatur adalah kecepatan produksi, misalnya jika permintaan
meningkat kecepatan produksi ditingkatkan misalkan dengan mengadakan jam
lembur.
3. tetap
mempertahankan baik jumlah tenaga kerja maupun kecepatan produksi dan untuk
mengatasi fluktuasi permintaan diadakan persediaan (inventory).Masing-masing
strategi akan memberikan konsekuensi ongkos. Dalam kenyataannya mengandalkan
pada strategi tersebut secara murni seringkali menimbulkan ongkos yang masih
tidak ekonomis sehingga strategi yang digunakan adalah mengkombinasikan ketiga
strategi tersebut.
10.4.1.1.
Strategi Perencanaan Agregat Secara Murni (Pure Strategy)
Dikatakan pure strategy, jika
perubahan dilakukan terhadap suatu variabel sehingga terjadi perubahan laju
produksi.
Beberapa strategi murni yaitu:
a. Mengendalikan jumlah persediaan.
Persediaan dapat dilakukan pada
saatkapasitas produksi dibawah permintaan ( demand ). Persediaan ini selanjutnya
dapat digunakan pada saat permintaan berada diatas kapasitas produksi.
b. Mengendalikan jumlah tenaga
kerja.
Manajer dapat melakukan perubahan jumlah
tenaga kerja dengan menambah atau mengurangi tenaga kerja sesuai dengan laju
produksi yang diinginkan. Tindakan lain yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan
jam lembur.
c. Subkontrak.
Subkontrak dapat dilakukan untuk
menaikkan kapasitasperusahaan pada saat perusahaan sibuk sehingga permintaan
dapatdipenuhi.
d. Mempengaruhi demand.
Karena perubahan permintaan merupakan factor
utama dalam masalah perencanaan agregat, maka pihak manajemen dapat melakukan
tindakan, yaitu dengan mempengaruhi pola permintaan itu sendiri. Sebagai contoh
PT.TELKOM memberi potongan jasa pulsa telponpada malam hari, potongan harga
supermarket pada 10 hari pertama awal bulan, dll.
10.4.1.2.
Strategi Perencanaan Agregat Secara Gabungan (Mixed Strategy)
Setiap pure strategy akan melibatkan
biaya yang besar dan sering pure strategy menjadi tidak layak, oleh karena itu
kombinasi dari pure strategy ini menjadi mixed strategy lebih sering digunakan
Ketika suatu perusahaan mempertimbangkan kemungkinan dari pencampuran strategi
yang bervariasi dengan tidak terbatasnya rasio untuk melakukan strategi yang
bervariasi tersebut, maka perusahaan baru akan menyadari tantangan yang sedang dihadapinya.
Bagian pengendalian produksi dan bagian pemasaran harus menghasilkan master
schedule yang mencakup beberapa kebijakasanaan perubahan dan prosedur
pengoperasian. Karena masalah yang kompleks ini , maka dalam pengendalian
keputusan diperlukan diskusi tentang THE VALUEOF DECISION RULES.
10.5.
Nilai dari Aturan – aturan Pengambilan Keputusan (The Value of Decision Rules).
Untuk menentukan perubahan production
level merupakan keputusan yang sulit, dan akan melibatkan uang dan waktu dalam
jumlah yang sangat besar. Dengan menentukan decision rules, manager
pengendalian produksi dan manager pengoperasian akan menetapkan aturan mainnya.
Setelah penerapan beberapa kebijaksanaan dan mengurangi perubahan terhadap
kebijaksanaan ini, maka keputusan mingguan dapat diambil untuk menyelesaikan
masalah – masalah pengoptimal sumber daya. Untuk mengoptimalkan aturan ini ,
perlu ditinjau struktur biaya yang terjadi.
10.5.1.
Ongkos – ongkos
A. Ongkos
Upah Normal dan Ongkos Lembur (Normal and Overtime Cost)
Perbandingan antara ongkos produksi
dan tingkat produksi adalah merupakan suatu perbandingan kurva garis lurus
(10.2.).Kenaikan yang tiba –tiba mungkin disebabkan oleh adanya penambahan
peralatan yang baru.Ongkos produksi regular time diasumsikan untuk para pekerja
fulltime. Ongkosini akan meningkat sesuai dengan bertambahnnya jumlah pekerja.
Adapun grafik ongkos ini dapat dilihat pada gambar 10.2, berikut :
GAMBAR
Tetapi
selain itu perusahaan juga harus menentukan berapa factor biaya ,antara lain
mempertahankan jumlah tenaga kerja yang perubahanna disebabkan oleh tekanan
sosial ,pendapat masyarakat, tingginya biaya pelatihan. Dengan memasukkan
faktor – faktor ini biaya tenaga kerja akan menjadi konstan, seperti terlihat
pada gambar IV.3, dibawah ini :
GAMBAR
Bentuk
kurva dan ongkos waktu lembur (overtime) dari jumlah tenaga kerja dapat dilihat
pada gambar 10.4. Biaya ini dijaga agar tetap minimum, pada saat fasilitas
dioperasikan pada level yang optimum . Biaya akan meningkat jika perusahaan
beroperasi pada kapasitas yang rendah. Dengan peningkatan permintaan, maka
produksi akan semakin terjadwal
GAMBAR
B. Ongkos Perubahan Kecepatan
Produksi.
Biaya
akibat perubahan tingkat produksi bisa disebabkan oleh jumlah tenaga kerja
perubahan biaya, pemberhentian dan perekrutan tenaga kerja, dapat dilihat
gambar 10.5. di halaman sebelah sebagai berikut :
GAMBAR
Dengan bertambahnya jumlah tenaga
kerja, biaya – biaya yang dikeluarkan antara lain : Ongkos rekrut, ongkos
pelatihan, yang menyebabkan turunnya produktivitas selama periode tertentu.
Begitu juga dengan pemberhentian tenaga kerja. Biaya peningkatan produksi dan
penurunan tingkat produksi adalah berbeda.
C. Ongkos
Persediaan, Permintaan /Kekurangan Pesanan.
Tingkat persediaan agregat yang optimum,
merupakan pendekatan dari jumlah rata – rata safety stock dan ½ dari optimum
batch size, yang ditentukan dari tiap item, seperti yang terlihat pada gambar
IV.6, dibawah ini :
GAMBAR
Total
ongkos selama periode yaitu :
Ci = I1r +
I2r + I3r +. . .+ Inr = r Ii
Ongkos
persediaan berkisar antara 5% sampai 90% dari harga item tersebut. Total ongkos
persediaan adalah merupakan jumlah dari ongkos persediaan semua item.
Biaya
backorder dan lost sales merupakan masalah keuangan yang sama. Jika sering terjadi
lost sales, maka keadaan ini akan membuka peluang bagi kompetitor dan
menyebabkan semua biaya produksi meningkat . Biaya lost sales sangat sulit
diperkirakan. Dari angka peramalan permintaan, biaya inventory,back order,
digambarkan pada gambar 10.7. pada halaman sebelah sebagai berikut :
GAMBAR
D. Ongkos
Subkontrak.
Alternatif lain untuk merubah tingkat
produksi dan persediaan, sebuah perusahaan bisa memilih subkontrak untuk
memenuhi permintaan. Subkontrak bisa juga tidak menguntungkan, karena akan akan
menyebabkan biaya yang lebih besar dan akan membuka peluang kompetitor. Selain
itu subkontrak juga sulit dijalankan, karena untuk mencari supplier yang on
time dan reliable tidak mudah.
10.6.
Metode – Metode Perencanaan Agregat.
Banyak metode yang telah dikembangkan
untuk perencanaan agregat ini tetapi pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi
dua kelompok yaitu:
a. Dengan pendekatan Optimasi :
·
progamma linier
·
aturan HMMS (Linier Decision Rule)
·
search Decision Rule, dll
b. Dengan pendekatan Heuristik :
·
metode grafik
·
metode koefisien manajemen
·
metode parametric, dll
Tidak semua metode ini akan dijelaskan
pada buku ini Namun pada prinsipnya semua metode yang ada akan menghasilkan
kecepatan produksi pada periode perencanaan yang dibuat, jumlah tenaga kerja
yang digunakan, serta tingkat persediaan yang terjadi.
10.6.1.
Perencanaan Agregat dengan Metode Grafis
Metode grafis ini adalah metode
perencanaan agregat yang sangat sederhana dan mudah dipahami. Dasar metode ini
sebenarnya adalah “trial and error” dengan melihat gambaran antara permintaan
kumulatif dan rata-rata permintaan kumulatifnya. Secara garis besar langkah
perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.
Gambarkan histogram permintaan dan tentukan
kecepatan produksi (Pt) rata-rata yang diperlukan untuk memenuhi permintaan.
2.
Gambarkan grafik permintaan kumulatif terhadap
waktu serta grafik permintaan rata-rata kumulatif terhadap waktu.
Identifikasikan periode - periode tempat terjadinya kekurangan barang (back
order) dan
periode-periode adanya kelebihan barang (inventory).
3.
Tentukan strategi yang akan digunakan untuk
menanggulangi kekurangan dan kelebihan barang tersebut.
4.
Hitung ongkos yang ditimbulkan oleh setiap
strategi dan pilih yangmemberikan ongkos terkecil.
Contoh berikut ini akan memberikan
gambaran metode grafis ini.Perusahaan ABC telah meramalkan permintaan akan
produknya secara agregat yang dapat diliihat pada Tabel 10.1, sebagai berikut :
GAMBAR
GAMBAR
GAMBAR
Histogram
dan kumulatif permintaan di atas menggambarkan bagaimana permintaan menyimpang
dari rata-rata kebutuhan. Dengan menggunakan strategi murni beberapa alternatif
yang dapat dilakukan yaitu :
1.
Alternatif 1 : Mengendalikan jumlah tenaga
kerja Alternatif ini melibatkan penambahan dan pengurangan jumlah tenaga kerja
sesuai dengan kebutuhan. Laju produksi akan sama denganpermintaan. Biaya
rencana ini yaitu Rp 138.000,-
( lihat tabel IV. 2).
GAMBAR
2.
Alternatif 2: Mengendalikan jumlah persediaan
Jika perusahaan tidak ingin melakukan
perubahan jumlah tenaga kerja, maka strategi yang dapat dilakukan yaitu
memproduksi dengan laju ratarata permintaan dan fluktuasi permintaan dipenuhi
menggunakan persediaan. Rencana ini dihitung pada tabel 3 dan berdasarkan perhitungan
di bawah, kekurangan maksimum sebesar 270 unit terjadi pada periode 5. Karena
adanya ketidakpastian dalam peramalan maka kekurangan ini dipenuhi mulai dari
periode pertama. Biaya rencana total Rp.96.500,-, (lihat tabel IV.3)
GAMBAR
3.
Alternatif 3: Subkontrak
Perusahaan menginginkan memproduksi
sejumlah permintaan minimum dan sisa permintaan dipenuhi dengan
subkontrak.Biaya rencana total Rp.108.000,- dihitung pada tabel 10.4.
GAMBAR
4.
Alternatif 4 : Strategi Hibrid
Strategi hibrid dilakukan dengan
menggabungkan beberapa strategimurni dengan kebijaksanaan sebagai berikut :
1.
Laju produksi konstan sebesar 200 unit/3 bulan
dan dimungkinkan untuk melakukan lembur sebesar 25 % jika permintaan melebihi
laju produksi.
2.
Jika dengan lembur belum terpenuhi,
penambahan-pengurangan tenaga kerja akan dilakukan.
Perhitungan setiap langkah kebijaksanaan diatas dapat dilhat pada tabel
10.5, pada halaman disebelah sebagai berikut :
GAMBAR
Berdasarkan hasil perhitungan Tabel
10.5, biaya rencana total Rp 101500,-. Jika dilakukan analisa, subkontrak
ternyata lebih murah dibandingkan melakukan penambahan pengurangan tenaga
kerja. Berdasarkan hasil diatas, beberapa kombinasi strategi murni masih dapat
dilakukan.
Walaupun metode grafik tidak memberi
solusi optimum, tetapi sangat membentuk sebagai pegangan untuk melakukan
operasi harian.
10.6.2.
Perencanaan Agregat Metode Tabular ( model transportasi )
Metode transportasi digunakan untuk
model program linier. Berikut ini akan dibahas suatu kasus menggunakan model
transportasi dengan data-data :
GAMBAR
Persediaan awal : 100 unit
Persediaan akhir yang diinginkan :
150unit
Biaya jam normal : Rp 100/unit
Biaya jam lembur : Rp 125/ unit
Biaya Subkontrak: Rp 150/unit
Biaya Persediaan : Rp 20/unit/periode
Penyelesaian masalah menggunakan
metode transportasi menghasilkan
perencanaan produksi dengan biaya
total Rp 445750.Tabel perhitungan dapat
dilihat pada gambar IV.6, dibawah ini
GAMBAR
Keterangan
:
1. Total
Cost : 400 (100) + 300 (140) + 800 (100) + 250 (145) + 900 (100) + 250
(125) +
500 (100) + 350 (125)
2. Yang diproduksi adalah :
GAMBAR
Berarti yang diproduksi Permintaan
Sistem
produksi tidak Back Order seghingga kebutuhan pada periode I tidak
mungkin
dipenuhi oleh periode 2.
Jadwal
Produksi induksinya adalah :
Kwartal I
700
unit
II
1050
unit
III
1150
unit
IV
1250
unit
10.6.3.
Perencanaan Agregat dengan Metode Programma Linier
Metode
transportasi melakukan perhitungan dengan variabel yang relatif kecil.Jika
variabel penambahan pengurangan tenaga kerja dilibatkan, maka model
transportasi akan menggunakan biaya denda ( penalty cost ) akibat aktifitas
tersebut. Dengan menggunakan programma linier, biaya-biaya tersebut dapat
dihitung secara eksplisit. Programma linier memberi solusi strategi hibrid
sehingga biaya total minimum.
Asumsi
yang digunakan untuk meggunakan model ini yaitu :
1.
Laju permintaan ( demand rate ) Dt diketahui
dan diasumsikan deterministik
2.
Biaya produksi pada jam kerja normal linier
dan asumsikan biaya produksi normal,biaya produksi lembur dan biaya subkontrak
secara berturut memiliki besaran C3>C2>C1
3.
Biaya perubahan biaya produksi berfungsi
linier. 4. Batas atas dan batas bawah mempresentasikan ketersediaan kapasitas produksi
dan tempat penyimpanan
4.
Biaya yang timbul berkaitan dengan adanya
persediaan/backlog Dalam model ini diasumsikan bahwa yang menjadi fungsi tujuan
adalah minimisasi biaya produksi, penambahan-pengurangan tenaga kerja, lembur menganggur
dan persediaan.
Minimisasi
:
GAMBAR
Dengan kendala :
GAMBAR
Dimana :
t,v = biaya produksi/ unit secara
berturut-turut untuk jam normal
Pt,Ot = jumlah unit yang diproduksi berturut untuk
jam normal dan lembur
h,f = berturut biaya penambahan dan
pengurangan tenaga kerja/ unit
At,Rt = berturut jumlah kenaikan dan penurunan
unit produksi
c = biaya penyimpanan/unit
Dt = ramalan permintaan Kendala kesatu
dan kedua merupakan kemampuan produksi
maksimum pada jam kerja normal
(Pt) dan jam kerja lembur (Ot) tidak melebihi
kapasitas
(Mt &
Yt) = Kendala ketiga menggambarkan hubungan persediaan.Kendala keemapt dan
kelima menunjukkan hubungan
penambahan dan pengurangan tenaga kerja jika
laju produksi meningkat
atau menurun.
Berikut ini contoh perencanaan
produksi menggunakan program linier :
D1 =200
unit M1 = 180
D2 = 50
unit M2 = 120
D3 =75
unit M3 = 120
v =
Rp75/unit c = Rp 5/unit
h = Rp
30/unit f = Rp 10/unit
r = Rp
10/unit P0 = 150
Y1 = 30 Y2
= 20
Y3 = 20 I0
= 0
Formulasi
masalah :
Minimisasi
:
C + 10(P1 + P2 + P3) + 30(A1+A2 +A3) +10(R1+ R2 +R3) +15(O1+O2 +O3) + 5(I1+ I 2 + I3)
Kendala:
GAMBAR
GAMBAR
Solusi
permasalahan diatas sebagai berikut:
P1 = 170
O1 = 30 I1 = 30 A1 = 20
P2 = 62.5
O2 = 0 I2 = 12.5 A2 = 0
P3 = 62.5
O3 = 0 I3 = 0 A3 = 0
R1 = 0 R2
= 107,5 R3 = 0 C = RP
5137,5
No comments:
Post a Comment