Sponsor

Friday 7 March 2014

Makalah Perencanaan Produksi Pada manajemen Operasional


silahkan klik link ini :
untuk download  Makalah Perencanaan Produksi Pada manajemen Operasional



PERENCANAAN PRODUKSI
10.1. Pendahuluan
Perencaaan produksi adalah pernyataan rencana produksi ke dalam bentuk agregat. Perencanaan produksi ini merupakan alat komunikasi antara manajemen teras ( top management ) dan manufaktur. Di samping itu juga,perencanaan produksi merupakan pegangan untuk merancang jadwal induk produksi. Beberapa fungsi lain perencanan produksi adalah :
1.       Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadapa rencana strategis perusahaan
2.       Sebagai alat ukur performansi proses perencanaan produksi
3.       Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi
4.       Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan membuat penyesuaian.
5.       Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target produksi dan rencana startegis
6.        Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan Jadwal induik Produksi.
10.2. Tujuan Perencanaan Produksi
   Tujuan perencanan produiksi adalah:
1.       Sebagai langkah awal untuk menentukan aktivitas prduksi yaitu sebaga referensi perencanaan lebih rinci dari rencana agregat menjadi item dalam jadwal induk produksi.
2.       Sebagai masukan rencana sumber daya sehingga perencanaansumber dayadapat dikembangkan untuk mendukung perencanaan produksi.
3.       Meredam ( stabilisasi ) produksi dan tenaga kerja terhadap fluktuasi permintaan.

10.3. Karakteristik Perencanaan Produksi
Agar manajemen teras dapat memfokuskan seluruh tingkat produksitanpa harus rinci, maka perencanaan produksi dinyatakan dalam kelompokproduk atau famili (agregat). Satuan unit yang dipakai dalam perencanaanproduksi bervariasi dari satu pabrik ke pabrik lain.Hal ini bergantung dari jenisproduk seperti : ton, liter, kubik, jam mesin atau jam orang.Jika satuan menitsudah ditetapkan maka faktor konversi harus ditetapkan sebagai alat komunikasi dengan deperatemen lainnya seperti departemen pemasaran dan akuntansi. Satuan unit di atas harus dikonversikan dalam bentuk satuan rupiah. Disamping menjaga faktor konversi diperlukan untuk menterjemahkan perencanaan produksi ke jadwal produksi induk produksi.
Perencanaan produksi mempunyai waktu perencanaan yang cukup panjang, biasanya 5 tahun. Rencana ini digunakan untuk perencanaan sumber daya seperti ekspansi, pembelian mesin. Proses peramalan telah memberikan informasi mengenai besarnya permintaan akan produk yang direncanakan. Langkah selanjutnya adalah membuat rencana produksinya itu sendiri. Dalam hal ini tidak semua permintaan dari hasil peramalan mungkin bisa diproduksi karena kapasitas produksi yang dimiliki tidak mencukupi. Pada dasarnya perencanaan produksi adalah upaya menjabarkan hasil peramalan menjadi rencana produksi yang layak dilakukan dalam bentuk jadwal rencana produksi Banyak metode yang dapat dilakukan untuk maksud tersebut, salah satunya adalah perencanaan agregat yang akan dijelaskan pada buku ini.
10.4. Perencanaan Agregat.
Perencanaan agregat merupakan salah satu metode dalam perencanaanproduksi. Dengan menggunakan perencanaan agregat maka perencanaan produksi dapat dilakukan dengan menggunakan satuan produk penggantisehingga keluaran dari perencanaan produksi tidak dinyatakan dalam tiap jenis produk (inidividual produk).Pengertian agregat tersebut dapat dijelaskan dengan contoh pada
 Gambar 10.1. dibawah ini sebagai berikut :



 GAMBAR



Gambar 10.1. Pengertian Perencanaan Agregat Melalui Produk
Jadi di dalam perencanaan agregat, tidak dihasilkan rencana dalam bentuk individual produk melainkan dalam betuk agregat produk. Penggunaan satuan agregat ini dilakukan mengingat keuntungan – keuntungan yang dapat diperoleh antara lain :
a.       Kemudahan dalam pengolahan data
Dengan menggunakan satuan agregat maka pengolahan data tidak dilakukan untuk setiap individual produk. Keuntungan ini akan semakin terasa jika pabrik tempat perencanaan dilakukan memproduksi banyak jenis produk.
b.      Ketelitian hasil yang didapatkan
Dengan hanya mengolah satu jenis data produk maka kemungkinan untuk menerapkan metode yang canggih semakin besar sehingga ketelitian hasil yang didapatkan semakin baik.
c.       Kemudahan untuk melihat dan memahami mekanisme sistem produksi yang terjadi dalam implementasi rencana.
10.4.1. Strategi Perencanaan Agregat
Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk melakukan perencanaan yaitu dengan melakukan manipulasi persediaan, laju produksi, jumlah tenaga kerja, kapasitas atau variabel terkendali lainnya. Jika perubahan dilakukan terhadap suatu variabel sehingga terjadi perubahan laju produksi disebut sebagai strategi murni (pure strategy). Sebaliknya, strategi

gabungan (mixed strategy), merupakan gabungan perubahan dua atau lebih strategi murni sehingga diperoleh perencanaan produksi fleksibel. Seandainya datangnya permintaan dari konsumen bersifat rutin dan dapat diketahui dengan pasti baik besarnya maupun waktunya maka perencanaan produksi tidak diperlukan lagi. Namun pada kenyataannya pola permintaan ini tidak dapat ditentukan dengan pasti.Masalah tersebut mengakibatkan perusahaan harus menemukan cara atau strategi berproduksi
agar fluktuasi permintaan tersebut dapat diantisipasi tentu saja dengan cara yang ekonomis sehingga tujuan perusahaan mencari keuntungan dapat tercapai. Jadi dalam perencanaan agregat, tidak dihasilkan rencana dalam bentuk individual produk melainkan dalam betuk agregat produk. Penggunaan satuan agregat ini dilakukan mengingat keuntungan – keuntungan yang dapat
            diperoleh antara lain :
a.       Kemudahan dalam pengolahan data
Dengan menggunakan satuan agregat maka pengolahan data tidak dilakukan untuk setiap individual produk. Keuntungan ini akansemakin terasa jika pabrik tempat perencanaan dilakukan memproduksi banyak jenis produk.
b.      Ketelitian hasil yang didapatkan
Dengan hanya mengolah satu jenis data produk maka kemungkinan untuk menerapkan metode yang canggih semakin besar sehingga ketelitian hasil yang didapatkan semakin baik.
c.       Kemudahan untuk melihat dan memahami mekanisme sistem produksi yang terjadi dalam implementasi rencana.
Secara garis besar terdapat tiga strategi murni yang dapat dilakukan
untuk menghadapi fluktuasi permintaan ini, yaitu :
1.       Melakukan pengaturan setiap saat atas jumlah tenaga kerja yang dipergunakan dalam hal ini merekrut tenaga kerja baru bila permintaan meningkat dan memberhentikan sebagian tenaga kerja bila permintaan menurun.
2.       tetap mempertahankan jumlah tenaga kerja tetapi yang diatur adalah kecepatan produksi, misalnya jika permintaan meningkat kecepatan produksi ditingkatkan misalkan dengan mengadakan jam lembur.

3.       tetap mempertahankan baik jumlah tenaga kerja maupun kecepatan produksi dan untuk mengatasi fluktuasi permintaan diadakan persediaan (inventory).Masing-masing strategi akan memberikan konsekuensi ongkos. Dalam kenyataannya mengandalkan pada strategi tersebut secara murni seringkali menimbulkan ongkos yang masih tidak ekonomis sehingga strategi yang digunakan adalah mengkombinasikan ketiga strategi tersebut.
10.4.1.1. Strategi Perencanaan Agregat Secara Murni (Pure Strategy)
Dikatakan pure strategy, jika perubahan dilakukan terhadap suatu variabel sehingga terjadi perubahan laju produksi.
Beberapa strategi murni yaitu:
a. Mengendalikan jumlah persediaan.
Persediaan dapat dilakukan pada saatkapasitas produksi dibawah permintaan ( demand ). Persediaan ini selanjutnya dapat digunakan pada saat permintaan berada diatas kapasitas produksi.
b. Mengendalikan jumlah tenaga kerja.
Manajer dapat melakukan perubahan jumlah tenaga kerja dengan menambah atau mengurangi tenaga kerja sesuai dengan laju produksi yang diinginkan. Tindakan lain yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan jam lembur.
c. Subkontrak.
Subkontrak dapat dilakukan untuk menaikkan kapasitasperusahaan pada saat perusahaan sibuk sehingga permintaan dapatdipenuhi.
d. Mempengaruhi demand.
Karena perubahan permintaan merupakan factor utama dalam masalah perencanaan agregat, maka pihak manajemen dapat melakukan tindakan, yaitu dengan mempengaruhi pola permintaan itu sendiri. Sebagai contoh PT.TELKOM memberi potongan jasa pulsa telponpada malam hari, potongan harga supermarket pada 10 hari pertama awal bulan, dll.
10.4.1.2. Strategi Perencanaan Agregat Secara Gabungan (Mixed Strategy)
Setiap pure strategy akan melibatkan biaya yang besar dan sering pure strategy menjadi tidak layak, oleh karena itu kombinasi dari pure strategy ini menjadi mixed strategy lebih sering digunakan Ketika suatu perusahaan mempertimbangkan kemungkinan dari pencampuran strategi yang bervariasi dengan tidak terbatasnya rasio untuk melakukan strategi yang bervariasi tersebut, maka perusahaan baru akan menyadari tantangan yang sedang dihadapinya. Bagian pengendalian produksi dan bagian pemasaran harus menghasilkan master schedule yang mencakup beberapa kebijakasanaan perubahan dan prosedur pengoperasian. Karena masalah yang kompleks ini , maka dalam pengendalian keputusan diperlukan diskusi tentang THE VALUEOF DECISION RULES.
10.5. Nilai dari Aturan – aturan Pengambilan Keputusan (The Value of Decision Rules).
Untuk menentukan perubahan production level merupakan keputusan yang sulit, dan akan melibatkan uang dan waktu dalam jumlah yang sangat besar. Dengan menentukan decision rules, manager pengendalian produksi dan manager pengoperasian akan menetapkan aturan mainnya. Setelah penerapan beberapa kebijaksanaan dan mengurangi perubahan terhadap kebijaksanaan ini, maka keputusan mingguan dapat diambil untuk menyelesaikan masalah – masalah pengoptimal sumber daya. Untuk mengoptimalkan aturan ini , perlu ditinjau struktur biaya yang terjadi.

10.5.1. Ongkos – ongkos
A. Ongkos Upah Normal dan Ongkos Lembur (Normal and Overtime Cost)
Perbandingan antara ongkos produksi dan tingkat produksi adalah merupakan suatu perbandingan kurva garis lurus (10.2.).Kenaikan yang tiba –tiba mungkin disebabkan oleh adanya penambahan peralatan yang baru.Ongkos produksi regular time diasumsikan untuk para pekerja fulltime. Ongkosini akan meningkat sesuai dengan bertambahnnya jumlah pekerja. Adapun grafik ongkos ini dapat dilihat pada gambar 10.2, berikut :




 GAMBAR



Tetapi selain itu perusahaan juga harus menentukan berapa factor biaya ,antara lain mempertahankan jumlah tenaga kerja yang perubahanna disebabkan oleh tekanan sosial ,pendapat masyarakat, tingginya biaya pelatihan. Dengan memasukkan faktor – faktor ini biaya tenaga kerja akan menjadi konstan, seperti terlihat pada gambar IV.3, dibawah ini :



GAMBAR



Bentuk kurva dan ongkos waktu lembur (overtime) dari jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada gambar 10.4. Biaya ini dijaga agar tetap minimum, pada saat fasilitas dioperasikan pada level yang optimum . Biaya akan meningkat jika perusahaan beroperasi pada kapasitas yang rendah. Dengan peningkatan permintaan, maka produksi akan semakin terjadwal



 GAMBAR



B. Ongkos Perubahan Kecepatan Produksi.
Biaya akibat perubahan tingkat produksi bisa disebabkan oleh jumlah tenaga kerja perubahan biaya, pemberhentian dan perekrutan tenaga kerja, dapat dilihat gambar 10.5. di halaman sebelah sebagai berikut :




 GAMBAR





Dengan bertambahnya jumlah tenaga kerja, biaya – biaya yang dikeluarkan antara lain : Ongkos rekrut, ongkos pelatihan, yang menyebabkan turunnya produktivitas selama periode tertentu. Begitu juga dengan pemberhentian tenaga kerja. Biaya peningkatan produksi dan penurunan tingkat produksi adalah berbeda.
C. Ongkos Persediaan, Permintaan /Kekurangan Pesanan.
Tingkat persediaan agregat yang optimum, merupakan pendekatan dari jumlah rata – rata safety stock dan ½ dari optimum batch size, yang ditentukan dari tiap item, seperti yang terlihat pada gambar IV.6, dibawah ini :



 GAMBAR


Total ongkos selama periode yaitu :
Ci = I1r + I2r + I3r +. . .+ Inr = r Ii
Ongkos persediaan berkisar antara 5% sampai 90% dari harga item tersebut. Total ongkos persediaan adalah merupakan jumlah dari ongkos persediaan semua item.
Biaya backorder dan lost sales merupakan masalah keuangan yang sama. Jika sering terjadi lost sales, maka keadaan ini akan membuka peluang bagi kompetitor dan menyebabkan semua biaya produksi meningkat . Biaya lost sales sangat sulit diperkirakan. Dari angka peramalan permintaan, biaya inventory,back order, digambarkan pada gambar 10.7. pada halaman sebelah sebagai berikut :



 GAMBAR




D. Ongkos Subkontrak.
Alternatif lain untuk merubah tingkat produksi dan persediaan, sebuah perusahaan bisa memilih subkontrak untuk memenuhi permintaan. Subkontrak bisa juga tidak menguntungkan, karena akan akan menyebabkan biaya yang lebih besar dan akan membuka peluang kompetitor. Selain itu subkontrak juga sulit dijalankan, karena untuk mencari supplier yang on time dan reliable tidak mudah.
10.6. Metode – Metode Perencanaan Agregat.
Banyak metode yang telah dikembangkan untuk perencanaan agregat ini tetapi pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu:
a. Dengan pendekatan Optimasi :
·         progamma linier
·         aturan HMMS (Linier Decision Rule)
·         search Decision Rule, dll
b. Dengan pendekatan Heuristik :
·          metode grafik
·          metode koefisien manajemen
·          metode parametric, dll
Tidak semua metode ini akan dijelaskan pada buku ini Namun pada prinsipnya semua metode yang ada akan menghasilkan kecepatan produksi pada periode perencanaan yang dibuat, jumlah tenaga kerja yang digunakan, serta tingkat persediaan yang terjadi.
10.6.1. Perencanaan Agregat dengan Metode Grafis
Metode grafis ini adalah metode perencanaan agregat yang sangat sederhana dan mudah dipahami. Dasar metode ini sebenarnya adalah “trial and error” dengan melihat gambaran antara permintaan kumulatif dan rata-rata permintaan kumulatifnya. Secara garis besar langkah perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.       Gambarkan histogram permintaan dan tentukan kecepatan produksi (Pt) rata-rata yang diperlukan untuk memenuhi permintaan.
2.       Gambarkan grafik permintaan kumulatif terhadap waktu serta grafik permintaan rata-rata kumulatif terhadap waktu. Identifikasikan periode - periode tempat terjadinya kekurangan barang (back order) dan
periode-periode adanya kelebihan barang (inventory).
3.       Tentukan strategi yang akan digunakan untuk menanggulangi kekurangan dan kelebihan barang tersebut.
4.       Hitung ongkos yang ditimbulkan oleh setiap strategi dan pilih yangmemberikan ongkos terkecil.
Contoh berikut ini akan memberikan gambaran metode grafis ini.Perusahaan ABC telah meramalkan permintaan akan produknya secara agregat yang dapat diliihat pada Tabel 10.1, sebagai berikut :


 GAMBAR





 GAMBAR






 GAMBAR



Histogram dan kumulatif permintaan di atas menggambarkan bagaimana permintaan menyimpang dari rata-rata kebutuhan. Dengan menggunakan strategi murni beberapa alternatif yang dapat dilakukan yaitu :
1.       Alternatif 1 : Mengendalikan jumlah tenaga kerja Alternatif ini melibatkan penambahan dan pengurangan jumlah tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan. Laju produksi akan sama denganpermintaan. Biaya rencana ini yaitu Rp 138.000,-
( lihat tabel IV. 2).



 GAMBAR


2.       Alternatif 2: Mengendalikan jumlah persediaan
Jika perusahaan tidak ingin melakukan perubahan jumlah tenaga kerja, maka strategi yang dapat dilakukan yaitu memproduksi dengan laju ratarata permintaan dan fluktuasi permintaan dipenuhi menggunakan persediaan. Rencana ini dihitung pada tabel 3 dan berdasarkan perhitungan di bawah, kekurangan maksimum sebesar 270 unit terjadi pada periode 5. Karena adanya ketidakpastian dalam peramalan maka kekurangan ini dipenuhi mulai dari periode pertama. Biaya rencana total Rp.96.500,-, (lihat tabel IV.3)




 GAMBAR



3.       Alternatif 3: Subkontrak
Perusahaan menginginkan memproduksi sejumlah permintaan minimum dan sisa permintaan dipenuhi dengan subkontrak.Biaya rencana total Rp.108.000,- dihitung pada tabel 10.4.




 GAMBAR


4.       Alternatif 4 : Strategi Hibrid
Strategi hibrid dilakukan dengan menggabungkan beberapa strategimurni dengan kebijaksanaan sebagai berikut :
1.       Laju produksi konstan sebesar 200 unit/3 bulan dan dimungkinkan untuk melakukan lembur sebesar 25 % jika permintaan melebihi laju produksi.
2.       Jika dengan lembur belum terpenuhi, penambahan-pengurangan tenaga kerja akan dilakukan.
Perhitungan setiap langkah kebijaksanaan diatas dapat dilhat pada tabel 10.5, pada halaman disebelah sebagai berikut :


 GAMBAR



Berdasarkan hasil perhitungan Tabel 10.5, biaya rencana total Rp 101500,-. Jika dilakukan analisa, subkontrak ternyata lebih murah dibandingkan melakukan penambahan pengurangan tenaga kerja. Berdasarkan hasil diatas, beberapa kombinasi strategi murni masih dapat dilakukan.
Walaupun metode grafik tidak memberi solusi optimum, tetapi sangat membentuk sebagai pegangan untuk melakukan operasi harian.

10.6.2. Perencanaan Agregat Metode Tabular ( model transportasi )

Metode transportasi digunakan untuk model program linier. Berikut ini akan dibahas suatu kasus menggunakan model transportasi dengan data-data :


 GAMBAR


Persediaan awal : 100 unit
Persediaan akhir yang diinginkan : 150unit
Biaya jam normal : Rp 100/unit
Biaya jam lembur : Rp 125/ unit
Biaya Subkontrak: Rp 150/unit
Biaya Persediaan : Rp 20/unit/periode
Penyelesaian masalah menggunakan metode transportasi menghasilkan
perencanaan produksi dengan biaya total Rp 445750.Tabel perhitungan dapat
dilihat pada gambar IV.6, dibawah ini



 GAMBAR




Keterangan :
1. Total Cost : 400 (100) + 300 (140) + 800 (100) + 250 (145) + 900 (100) + 250
(125) + 500 (100) + 350 (125)
2. Yang diproduksi adalah :

 GAMBAR

Berarti yang diproduksi        Permintaan
Sistem produksi tidak Back Order seghingga kebutuhan pada periode I tidak
mungkin dipenuhi oleh periode 2.
Jadwal Produksi induksinya adalah :
Kwartal I 700 unit
II 1050 unit
III 1150 unit
IV 1250 unit
10.6.3. Perencanaan Agregat dengan Metode Programma Linier
Metode transportasi melakukan perhitungan dengan variabel yang relatif kecil.Jika variabel penambahan pengurangan tenaga kerja dilibatkan, maka model transportasi akan menggunakan biaya denda ( penalty cost ) akibat aktifitas tersebut. Dengan menggunakan programma linier, biaya-biaya tersebut dapat dihitung secara eksplisit. Programma linier memberi solusi strategi hibrid sehingga biaya total minimum.
Asumsi yang digunakan untuk meggunakan model ini yaitu :
1.       Laju permintaan ( demand rate ) Dt diketahui dan diasumsikan deterministik
2.       Biaya produksi pada jam kerja normal linier dan asumsikan biaya produksi normal,biaya produksi lembur dan biaya subkontrak secara berturut memiliki besaran C3>C2>C1
3.       Biaya perubahan biaya produksi berfungsi linier. 4. Batas atas dan batas bawah mempresentasikan ketersediaan kapasitas produksi dan tempat penyimpanan
4.       Biaya yang timbul berkaitan dengan adanya persediaan/backlog Dalam model ini diasumsikan bahwa yang menjadi fungsi tujuan adalah minimisasi biaya produksi, penambahan-pengurangan tenaga kerja, lembur menganggur dan persediaan.
Minimisasi :
 GAMBAR
Dengan kendala :


 GAMBAR












Dimana :
t,v           = biaya produksi/ unit secara berturut-turut untuk jam normal
Pt,Ot     = jumlah unit yang diproduksi berturut untuk jam normal dan lembur
h,f          = berturut biaya penambahan dan pengurangan tenaga kerja/ unit
At,Rt      = berturut jumlah kenaikan dan penurunan unit produksi
c              = biaya penyimpanan/unit
Dt           = ramalan permintaan Kendala kesatu dan kedua merupakan kemampuan produksi
               maksimum pada jam kerja normal (Pt) dan jam kerja lembur (Ot) tidak melebihi
               kapasitas
(Mt & Yt) = Kendala ketiga menggambarkan hubungan persediaan.Kendala keemapt dan
                    kelima menunjukkan hubungan penambahan dan pengurangan tenaga kerja jika
                    laju produksi meningkat atau menurun.
Berikut ini contoh perencanaan produksi menggunakan program linier :
D1 =200 unit M1 = 180
D2 = 50 unit M2 = 120
D3 =75 unit M3 = 120
v = Rp75/unit c = Rp 5/unit
h = Rp 30/unit f = Rp 10/unit
r = Rp 10/unit P0 = 150
Y1 = 30 Y2 = 20
Y3 = 20 I0 = 0
Formulasi masalah :
Minimisasi :
C + 10(P1 + P2 + P3) + 30(A1+A2 +A3) +10(R1+ R2 +R3) +15(O1+O2 +O3) + 5(I1+ I 2 + I3)
Kendala:
 GAMBAR

 GAMBAR
Solusi permasalahan diatas sebagai berikut:
P1 = 170 O1 = 30 I1 = 30 A1 = 20
P2 = 62.5 O2 = 0 I2 = 12.5 A2 = 0
P3 = 62.5 O3 = 0 I3 = 0 A3 = 0
R1 = 0 R2 = 107,5 R3 = 0 C = RP
5137,5

No comments: