1.Definisi Diagram Fasa
Diagram fase yang paling sederhana adalah diagram
tekanan-temperatur dari zat tunggal, seperti air. Sumbu-sumbu
diagram berkoresponden dengan tekanan dan temperatur.
Diagram fase pada ruang tekanan-temperatur menunjukkan garis kesetimbangan atau
sempadan fase antara tiga fase padat, cair, dan gas
2. Tipe-tipe Diagram Fasa
Penandaan diagram fase menunjukkan titik-titik di
mana energi bebas bersifat non-analitis. Fase-fase dipisahkan dengan sebuah
garis non-analisitas, di mana transisi fase
terjadi, dan disebut sebagai sempadan fase.
Pada diagaram sebelah kiri, sempadan fase antara
cair dan gas tidak berlanjut sampai tak terhingga. Ia akan berhenti pada sebuah
titik pada diagaram fase yang disebut sebagai titik
kritis. Ini menunjukkan bahwa pada temperatur dan tekanan yang
sangat tinggi, fase cair dan gas menjadi tidak dapat dibedakan, yang dikenal
sebagai fluida superkritis.
Pada air, titik kritis ada pada sekitar 647 K dan 22,064 MPa (3.200,1 psi)
Keberadaan titik kritis cair-gas menunjukkan
ambiguitas pada definisi di atas. Ketika dari cair menjadi gas, biasanya akan
melewati sebuah sempadan fase, namun adalah mungkin untuk memilih lajur yang
tidak melewati sempadan dengan berjalan menuju fase superkritis. Oleh karena
itu, fase cair dan gas dapat dicampur terus menerus.
Sempadan padat-cair pada diagram fase kebanyakan
zat memiliki gradien
yang positif. Hal ini dikarenakan fase padat memiliki densitas
yang lebih tinggi daripada fase cair, sehingga peningkatan tekanan akan
meningkatkan titik leleh. Pada beberapa
bagian diagram fase air, sempadan fase padat-cair air memiliki gradien yang
negatif, menunjukkan bahwa es mempunyai densitas yang lebih kecil daripada air.
3. Tinjauan
Komponen-komponen umum diagram fase adalah garis
kesetimbangan atau sempadan fase, yang merujuk pada garis yang
menandakan terjadinya transisi fase.
Titik
tripel adalah titik potong dari garis-garis kesetimbangan antara
tiga fase benda, biasanya padat, cair, dan gas.
Solidus
adalah temperatur di mana zat tersebut stabil dalam keadaan padat. Likuidus
adalah temperatur di mana zat tersebut stabil dalam keadaan cair. Adalah
mungkin terdapat celah di antara solidus dan likuidus; di antara celah
tersebut, zat tersebut terdiri dari campuran kristal dan cairan.
4. Sifat-Sifat Termodinamika Lainnya
Selain temperatur dan tekanan, sifat-sifat termodinamika
lainnya juga dapat digambarkan pada diagram fase. Contohnya meliputi volume jenis,
entalpi jenis,
atau entropi
jenis. Sebagai contoh, grafik komponen tunggal Temperatur vs. Entropi jenis (T
vs. s) untuk air/uap
atau untuk refrigeran
biasanya digunakan untuk mengilustrasikan siklus termodinamika seperti siklus Carnot
dan siklus
Rankine.
Pada grafik dua dimensi,
dua kuantitas termodinamika dapat ditunjukkan pada sumbu horizontal dan
vertikal. Kuantitas termodinamika lainnya dapat diilustrasikan dengan bertumpuk
sebagai sebuah deret garis atau kurva. Garis-garis ini mewakili kuantitas
termodinamika pada nilai konstan tertentu.
5. Diagram Fasa 3D
Adalah mungkin untuk membuat grafik tiga dimensi
(3D) yang menunjukkan tiga kuantitas termodinamika. Sebagai contoh, untuk
sebuah komponen tunggal, koordinat 3D Cartesius dapat menunjukkan temperatur
(T), tekanan (P), dan volume jenis (v). Grafik 3D tersebut kadang-kadang
disebut diagram P-v-T. Kondisi kesetimbangan akan ditungjukkan sebagai
permukaan tiga dimensi dengan luas permukaan untuk fase padat, cair, dan gas.
Garis pada permukaan tersebut disebut garis tripel, di mana
zat padat, cair, dan gas dapat berada dalam kesetimbangan. Titik kritis masih
berupa sebuah titik pada permukaan bahkan pada diagram fase 3D. Proyeksi ortografi
grafik P-v-T 3D yang menunjukkan tekanan dan temperatur sebagai sumbu vertikal
dan horizontal akan menurunkan plot 3D tersebut menjadi diagram
tekanan-temperatur 2D. Ketika hal ini terjadi, permukaan padat-uap, padat-cair,
dan cair-uap akan menjadi tiga kurva garis yang akan bertemu pada titik tripel,
yang merupakan proyeksi ortografik garis tripel.
Diagram Fasa Fe-Fe3C
Diagram
Fe-Fe3C yaitu diagram yang menampilkan hubungan antara temperatur dan kandungan
karbon (%C) selama pemanasan lambat. Dari diagram fasa tersebut dapat diperoleh
hasil yaitu berupa informasi penting yaitu antara lain :
1. Fasa yang terjadi pada komposisi dan temperatur yang berbeda dengan pendinginan
1. Fasa yang terjadi pada komposisi dan temperatur yang berbeda dengan pendinginan
lambat.
2. Temperatur pembekuan dan daerah-daerah pembekuan paduan Fe -C bila dilakukan
2. Temperatur pembekuan dan daerah-daerah pembekuan paduan Fe -C bila dilakukan
pendinginan lambat.
3.Temperatur cair dari masing-masing paduan.
3.Temperatur cair dari masing-masing paduan.
4.Batas-batas
kelarutan atau batas kesetimbangan dari unsur karbon fasa tertentu.
5.Reaksi-reaksi metalurgis yang terjadi.
Besi merupakan salah satu logam yang memiliki sifat allotropi. Sifat allotropi yang dimiliki besi sendiri ada 3, yaitu :
• Delta iron (δ) mampu melarutkan karbon max 0,1% pada 1500° C
• Gamma iron (γ) mampu melarutkan karbon max 2 % pada 1130° C
• Alpha iron (α) mampu melarutkan karbon max 0,025% pada 723° C
5.Reaksi-reaksi metalurgis yang terjadi.
Besi merupakan salah satu logam yang memiliki sifat allotropi. Sifat allotropi yang dimiliki besi sendiri ada 3, yaitu :
• Delta iron (δ) mampu melarutkan karbon max 0,1% pada 1500° C
• Gamma iron (γ) mampu melarutkan karbon max 2 % pada 1130° C
• Alpha iron (α) mampu melarutkan karbon max 0,025% pada 723° C
Gambar 1.
Kurva pendinginan besi murni
Transformasi allotropik yang pada besi, Fe(δ) Æ Fe(γ) Æ Fe(α) terjadi secara difusi
sehingga membutuhkan waktu tertentu pada temperatur konstan Æ karena reaksi
mengeluarkan panas laten.
Diagram Fase Besi – Karbon
Dalam kondisi cair karbon dapat larut dalam besi. Dalam kondisi padat besi dan
karbon dapat membentuk :
• Larutan padat (solid solution)
• Senyawa interstitial (interstitial compound)
• Eutectic mixture : campuran antara austenite (γ) dan cementite (Fe3C)
• Eutectoid mixture : campuran antara ferrite (α) dan cementite (Fe3C)
• Grafit : karbon bebas, tidak membentuk larutan padat ataupun tidak berikatan
membentuk senyawa dengan Fe.
Struktur-struktur yang ada pada diagram fase besi – karbida besi :
• Cementite :
– Interstitial compound
– Karbida besi (Fe3C)
– Keras dang etas
– Kekuatan tarik rendah
– Kekuatan tekan tinggi
– Struktur kristal orthorhombic
– Struktur paling keras pada diagram Fe-Fe3C
• Austenite (γ)
– Interstitial solid solution; larutan padat karbon dalam besi γ
– Struktur kristal FCC (face centered cubic, kubus pemusatan bidang)
– Kelarutan karbon max 2 % pada temperatur 1130 C
– Tensile strength 1050 kg/cm2
– Tangguh
– Biasanya tidak stabil pada temperatur kamar
• Ledeburite
– eutectic mixture (γ+Fe3C)
– Campuran terdiri dari austenite dan cementite
– Mengandung 4,3 % berat karbon
– Terbentuk pada temperatur 1130 C (2065 F)
• Ferrite (α)
– Interstitial solid solution
– Larutan padat karbon dalam besi α
– Pada temperatur 723 C, batas kelarutan karbon 0,025 %
– Pada temperatur kamar, batas kelarutan karbon 0,008 %
– Pada temperatur 1492 C, batas kelarutan karbon 0,1 %
– Tensile strength rendah
– Keuletan tinggi
– Kekerasan < 90 HRB
– Struktur paling lunak pada diagram Fe-Fe3C
• Pearlite
– Eeutectoid mixture dari ferrite dan cementite (α+Fe3C)
– Terjadi pada temperatur 723 C
– Mengandung 0,8 % karbon
Transformasi allotropik yang pada besi, Fe(δ) Æ Fe(γ) Æ Fe(α) terjadi secara difusi
sehingga membutuhkan waktu tertentu pada temperatur konstan Æ karena reaksi
mengeluarkan panas laten.
Diagram Fase Besi – Karbon
Dalam kondisi cair karbon dapat larut dalam besi. Dalam kondisi padat besi dan
karbon dapat membentuk :
• Larutan padat (solid solution)
• Senyawa interstitial (interstitial compound)
• Eutectic mixture : campuran antara austenite (γ) dan cementite (Fe3C)
• Eutectoid mixture : campuran antara ferrite (α) dan cementite (Fe3C)
• Grafit : karbon bebas, tidak membentuk larutan padat ataupun tidak berikatan
membentuk senyawa dengan Fe.
Struktur-struktur yang ada pada diagram fase besi – karbida besi :
• Cementite :
– Interstitial compound
– Karbida besi (Fe3C)
– Keras dang etas
– Kekuatan tarik rendah
– Kekuatan tekan tinggi
– Struktur kristal orthorhombic
– Struktur paling keras pada diagram Fe-Fe3C
• Austenite (γ)
– Interstitial solid solution; larutan padat karbon dalam besi γ
– Struktur kristal FCC (face centered cubic, kubus pemusatan bidang)
– Kelarutan karbon max 2 % pada temperatur 1130 C
– Tensile strength 1050 kg/cm2
– Tangguh
– Biasanya tidak stabil pada temperatur kamar
• Ledeburite
– eutectic mixture (γ+Fe3C)
– Campuran terdiri dari austenite dan cementite
– Mengandung 4,3 % berat karbon
– Terbentuk pada temperatur 1130 C (2065 F)
• Ferrite (α)
– Interstitial solid solution
– Larutan padat karbon dalam besi α
– Pada temperatur 723 C, batas kelarutan karbon 0,025 %
– Pada temperatur kamar, batas kelarutan karbon 0,008 %
– Pada temperatur 1492 C, batas kelarutan karbon 0,1 %
– Tensile strength rendah
– Keuletan tinggi
– Kekerasan < 90 HRB
– Struktur paling lunak pada diagram Fe-Fe3C
• Pearlite
– Eeutectoid mixture dari ferrite dan cementite (α+Fe3C)
– Terjadi pada temperatur 723 C
– Mengandung 0,8 % karbon
Garis-garis penting dalam diagram Fe-Fe3C
1. Upper critical temperature (temperatur kritis atas), A3 : temperatur perubahan
allotropi
2. Lower critical temperature (temperatur kritis bawah), A1 : temperatur reaksi
eutectoid
3. Solvus line Acm : menunjukkan bats kelarutan karbon dalam austenite
1. Upper critical temperature (temperatur kritis atas), A3 : temperatur perubahan
allotropi
2. Lower critical temperature (temperatur kritis bawah), A1 : temperatur reaksi
eutectoid
3. Solvus line Acm : menunjukkan bats kelarutan karbon dalam austenite
Gambar 2.
Diagram kesetimbangan Fe-Fe3C
Diagram fasa Fe – Fe3C
Reaksi-reaksi yang terjadi pada diagram Fe – Fe3C
• Reaksi Peritectic pada temperatur :
S + L ↔ S1
δ + L ↔ γ
• Reaksi Eutectic pada temperatur 1130 C :
L ↔ S1 + S2
L ↔ γ + Fe3C (ledeburite)
• Reaksi Eutectoid pada temperatur 723 C :
S ↔ S1 + S2
γ ↔ α + Fe3C (pearlite)
Reaksi-reaksi yang terjadi pada diagram Fe – Fe3C
• Reaksi Peritectic pada temperatur :
S + L ↔ S1
δ + L ↔ γ
• Reaksi Eutectic pada temperatur 1130 C :
L ↔ S1 + S2
L ↔ γ + Fe3C (ledeburite)
• Reaksi Eutectoid pada temperatur 723 C :
S ↔ S1 + S2
γ ↔ α + Fe3C (pearlite)
No comments:
Post a Comment