Sponsor

Tuesday, 12 March 2013

Makalah Balance Score Card

silahkan klik ini :
untuk download Makalah Balance Score card 
1.     Konsep Balance Scorecard
Pada dasarnya setiap perusahaan dalam melakukan kegiatan selalu akan menghasilkan produk akhir (barang/jasa). Dalam proses menghasilkan produk/jasa tentunya tidak terlepas dari rencana strategis yang harus dikomunikasikan dan dilaknsanakan oleh orang-orang yang harus melaksanakan rencana strategis tersebut. Namun persiapan rencana strategis yang banyak menggunakan sumber daya baik waktu, uang dan energi hanya terbuang sia-sia karena tidak adanya alat komunikasi antara manajemen dan karyawan yang akan melaksanakan rencana bisnis strategis itu. Model baju rencana bisnis yang indah, desain tas sekolah  yang memikat menunjujkan persiapan rencana bisnis yang profesional, tetapi kebanyakan rencana bisnis tersebut tidak berdampak bagi orang-orang yang harus melaksankan rencana-rencana bisnis tersebut. Pertanyaan yang timbul dalam fenomena tersebut adalah mengapa rencana bisnis strategis banyak yang gagal? Menurut Evans (2002) dalam Balanced Scorecard Collaborative bahwa terdapat faktor penghambat dalam implementasi rencana strategis yaitu:
1.      Hambatan visi (vision barrier) – tidak banyak orang dalam organisasi yang memahami strategi organisasi mereka hanya sekitar 5% yang memahami (berdasarkan survei).
2.      Hambatan orang (people barrier) – banyak orang dalam organisasi memiliki tujuan yang tidak terkait dengan strategi organisasi, hanya 25% dari manajer yang memiliki insentif terkait dengan strategi perusahaan.
3.      Hambatan sumber daya (resources barrier) – yaitu tidak mengalokasikan pada hal-hal yang penting dalam organisasi, sekitar 60% organisasi tidak mengkaitkan anggarannya dengan strategi perusahaan.
4.      Hambatan manajemen (management barrier) – manajemen menghabiskan terlalu sedikit waktu untuk stategi organisasi dan terlalu banyak waktu untuk pembuatan keputusan taktis jangka pendek.
Berdasarkan kenyataan diatas maka dibutuhkan suatu cara baru untuk mengkomunikasikan rencana strategis perusahaan kepada setiap orang yang terlibat dalam pelaksanaan rencana strategis perusahaan. Dengan menggunakan Balanced Scorecard, rencana-rencana strategis akan mencapai setiap orang dalam perusahaan.
1.1 Pengertian Balance Scorecard
Menurut Kaplan dan Norton (1996), Balance Scorecard merupakan alat pengukur kinerja eksekutif yang memerlukan ukuran komprehensif dengan empat perspektif, yaitu persfektif keuangan,perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Sementara itu Anthony, Banker, Kaplan, dan Young (1997) mendefinisikan Balanced Scorecard sebagai: “a measurement and management system that views a business unit’s performance from four perspectives: financial, customer, internal business process, and learning and growth.
Dengan demikian, Balanced Scorecard merupakan suatu alat pengukur kinerja perusahaan yang mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan, baik secara keuangan maupun nonkeuangan dengan menggunakan empat perspektif yaitu, perspektif keuangan,perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.
Selain itu, Balanced Scorecard juga memberikan kerangka berpikir untuk menjabarkan strategi perusahaan ke dalam segi operasional. Kaplan dan Norton (1996) mengatakan bahwa perusahaan menggunakan focus pengukuran scorecard untuk menghasilkan berbagai proses manajemen, meliputi:
1.      Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi
2.      Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis
3.      Merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis
4.      Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis

Dengan Balanced Scorecard, tujuan suatu perusahaan tidak hanya dinyatakan dalam ukuran keuangan saja, melainkan dinyatakan dalam ukuran dimana perusahaan tersebut menciptakan nilai terhadap pelanggan yang ada pada saat ini dan akan datang, dan bagaimana perusahaan tersebut harus meningkatkan kemampuan internalnya termasuk investasi pada manusia, sistem, dan prosedur yang dibutuhkan untuk memperoleh kinerja yang lebih baik di masa mendatang.
Melalui Balanced Scorecard diharapkan bahwa pengukuran kinerja keuangan dan nonkeuangan dapat menjadi bagian dari sistem informasi bagi seluruh pegawai dan tingkatan dalam organisasi. Saat ini Balance Scorecard tidak lagi dianggap sebagai pengukur kinerja, namun telah menjadi sebuah rerangka berpikir dalam pengembangan strategi.
Balanced Scorecard menerjemahkan visi dan strategi perusahaan kedalam tujuan konkrit terorganisasi disepanjang jalur 4 perspektif yang berbeda: finansial, pelanggan, proses internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan. Prinsip dasar Balanced Scorecard adalah memfokuskan pada pelanggan, proses internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan sekarang, perusahaan akan mengamankan posisi finansial masa depannya. Mengenali keseimbangan antara pengukuran jangka pendek dan menengah ini penting bagi perusahaan yang ingin cenderung menginginkan kesuksesan finansial jangka pendek yang seringkali juga diinginkan oleh para pemegang saham. Dibandingkan dengan konsep manajemen strategis umum, Balanced Scorecard memiliki beberapa konsep penting:
1.      Menambahkan 3 perspektif tambahan pada perspektif finansial yang telah ada.
2.      Konsep penting kedua adalah penggunaan indikator leading dan lagging. Indikator lagging adalah pengukuran yang menjelaskan sesuatu telah terjadi, karena itu jika perusahaan bereaksi pada pengukuran itu akan menjadi terlambat. Contohnya adalah ukuran finansial itu sendiri. Indikatorleading sebaliknya menceritakan sesuatu mengenai masa depan. Contohnya jika perusahaan memperbaiki indeks kepuasan pelanggannya, maka perusahaan akan dalam jalur yang benar mendapatkan penjualan tahunan yang lebih baik.
3.      Hubungan sebab-akibat. Jika kita memiliki sejumlah indikator yang terkait dalam cara dimana kinerja sekarang satu indikator menjadi indikasi kinerja yang baik di masa depan dari indikator yang lain, maka kita telah membangun peta hubungan sebab-akibat.
4.      Penerapan Balanced Scorecard secara berjenjang diseluruh organisasi. Umumnya perusahaan multinasional dengan beberapa unit bisnis pertama-tama akan menciptakan Balanced Scorecard bagi tingkat perusahaan kemudian membangun kartu nilai tingkat unit bisnis di tingkat anak perusahaan. SBU akan mengambil sasaran (dan bahkan indikator) scorecard perusahaan sebagai awal pertimbangan dan mengerti bagaimana mereka memberi sumbangan pada target perusahaan.

Jadi Balanced Scorecardmerupakan suata framework untuk mengkomunikasikan misi dan strategi kemudian menginformasikan kepada seluruh anggota organisasi tentang faktor-faktor yang menjadi penentu sukses organisasi saat ini dan dimasa yang akan datang.
2.     Sejarah Balance Scorecard
Awal 1992, Robert Kaplan dan David Norton mempublikasikan dalam Harvard Business Review metode pengukuran mereka: ‘The Balanced Scorecard – Measures That Drive Performance’. Balanced Scorecardyang diperkenalkan oleh Robert S Kaplan dan David P Norton meliputi tolak ukur keuangan yang menerangkan akibat dari aktivitas yang telah dilakukan suatu organisasi dan dilengkapi tolak ukur operasional terhadap kepuasan pelanggan, proses internal, serta aktivitas inivasi dan perbaikan organisasi.
Balanced Scorecardadalah alat yang menyediakan pada para manajer pengukuran komprehensif bagaimana organisasi mencapai kemajuan lewat sasaran-sasaran strategisnya. Metode ini menjelaskan bagaimana aset intangible dimobilisasi dan dikombinasikan dengan aset intangible dan tangible untuk menciptakan proposisi nilai pelanggan yang berbeda dan hasil finansial yang lebih unggul (Kaplan dan Norton, 2001). Norton dan Kaplan menempatkan Balanced Scorecardsebagai alat bagi organisasi (termasuk yang berasal dari sektor publik dan non-profit) untuk mengelola kebutuhan pemegang saham relevannya. Lebih jauh mereka menyarankan Balanced Scorecardsebagai alat untuk memperbaiki aliran informasi dan komunikasi antara top eksekutif dan manajemen menengah dalam perusahaan.
Balanced Scorecardingin memperbaiki sistem konvensional pengontrolan dan akuntansi dengan memperkenalkan fakta lebih kualitatif dan non-finansial. Pertimbangan sasaran finansial serupa dengan sistem tradisional manajemen dan akuntansi. Satu perbaikan penting dari Balanced Scorecardterletak pada fokusnya mendorong nilai bagi profitabilitas masa depan perusahaan. Perspektif pasar bertujuan mengidentifikasi segmen pelanggan dan pasar relevan yang berkontribusi pada sasaran finansial. Dalam istilah manajemen barbasis pasar dari perusahaan, dimensi ini membuat mampu mencapai proses-proses dan produk internal yang sejalur dengan keperluan pasar. Dalam dimensi internal processes, perusahaan harus mengidentifikasi dan menstrukturkan secara efisien proses-proses pendorong nilai internal yang vital terkait dengan sasaran pelanggan dan pemegang Balance Sorecard Dalam PengelolaanSDA– LH Andie Tri Purwanto. Perspektif organizationaldevelopment akhirnya mencoba menggambarkan semua aspek terkait dengan staf dan organisasional yang vital pada proses reengineering organisasi.
Norton dan Kaplan (1997) merekomendasikan integrasi sistematis Balanced Scorecardkedalam sistem manajemen perusahaan yang telah ada. Untuk hal ini mereka mendiskusikan terutama fase-fase penataan (set-up) dan implementasi strategi. Balanced Scorecardmenjadi alat mentransformasikan strategi kedalam aksi pelaksanaan, Norton dan Kaplan menekankan pentingnya pelatihan teratur dan tambahan dan komunikasi strategi internal (seperti dengan leaflet, majalah, intranet, dst) dan pengukuran-pengukuran sasaran-sasaran terdefinisi di seluruh perusahaan. Melalui penataan sasaran lebih ambisius, menetapkan definisi pengukuran-pengukuran strategis, dan integrasi strategi terkait jangka panjang kedalam proses penganggaran tahunan, Balanced Scorecardakan memperbaiki sistem manajemen perusahaan yang ada saat ini.
Asumsi dasar dalam penerapan Balanced Scorecardadalah pada dasarnya organisasi adalah institusi pencipta kekayaan, karena itu semua kegiatannya harus dapat menghasilkan tambahan kekayaan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

3.     Perkembangan Terkini Implementasi Balance Scorecard
Membangun suatu sistem Balanced Scorecard tidak dapat mengandalkan keahlian teknis saja. Sebagai suatu sistem yang bernilai tamabah bagi perusahaan, keahlian perusahaan merupakan bagian krusial dalam memilih personil yang terlibat dalam proses pengembangan. Paket-paket software Balanced Scorecard yang semakin fleksibel mempermudah proses pengembangan tanpa membutuhkan programmer. Yang diperlukan adalah spesialisasi industri dan proses bisnis yang dapat mendefinisikan proses dan performance measures.
Langkah-langkah yang umum dilakukan dalam pengembangan suatu sistem balanced scorecard adalah sebagai berikut:
1.      Menentukan Performance Measures Sesuai Dengan Strategi Perusahaan.
Kesulitan yang sering dihadapi disini adalah seringkali tidak jelasnya strategi perusahaan, sehingga tidak menentukan langkah ini menjadi hal yang relative sulit. Kesadaran manajemen perusahan sebagai user dari sistem yang sangat penting. Banyak perusahaan yang tertarik pada konsep balanced scorecard sebetulnya belum memilik strategi yang baku. Kegiatan ini bersifat strategi. Untuk memudahkan dicarinya informasi, bantuan konsultan manajemen strategik banyak dapat membantu.
2.      Menentukan Bagaimana Informasi Yang Diperlukan Oleh Performance Measures Dapat Ditemukan.
Berbeda dengan kegiatan sebelumnya, kegiatan ini memerlukan tenaga ahli yang mampu menggali informasi dari berbagai sumber. Seorang yang memiliki latar belakang bisnis proses (untuk membangun eksplisit) akan dapat sangat membantu dalam menentukan bagaimana informasi yang menunjang kalkulasi Performance Measures. Langkah terakhir ini relatif lebih mudah.
Setelah mengetahui faktor-faktor bisnis apa saja yang hendak diukur dan mengetahui bagaimana cara mendpatkan informasi penunjang untuk mendapatkan informasi tersebut, keahlian yang dibutuhkan ialah seorang yang dapat melakukan setting/dalam paket balanced scorecard yang hendak dipakai. Pengetahuan orang tersebut mengenai teknologi informasi akan sangat membantu dalam menghasilkan kerja secara efisien.
Implementasi Balanced Scorecardpada awalnya merupakan papan nilai yang dinilai seimbang antar berbagai perspektif untuk menentukan keberhasilan satu organisasi ataupun perusahaan. Permasalahan ini menjadi krusial bukan saja karena ini menyangkut banyak hal, akan tetapi karena dengan adanya ukuran yang seimbang diharapkan bahwa capaian dan kinerja satu organisasi dapat berkelanjutan (sustainable).
Apa yang harus dicatat dari berbagai publikasi Kaplan dan Norton bahwa untuk mengimplementasikan Balanced Scorecardsekalipun dibutuhkan strategi.Sehingga, dapat diketahui bahwa dalam Balanced Scorecardsangat dinyatakan bahwa rancangan strategi implementasi mutlak dilaksanakan. Hal ini merupakan koreksi terhadap keleamahan strategi pada umumnya.
Beberapa langkah awal dalam mengimplementasikan Balanced Scorecard:
1.      Memperjelas visi dan strategi perusahan
2.      Mengembangkan sasaran strategis:
-          Mengidentifikasi proses bisnis yang ada dimana sustainabilitas dapat menambah nilai dan memperbaiki kinerja
-          Menentukan bagaimana program lingkungan yang ada mendukung sasaran sustainabilitas dalam perspektif pelanggan dan finansial
-          Belajar bagaimana sustainabilitas dapat menggantikan proses dan produk untuk memenuhi kebutuhan pelanggan
-          Mengerti bagaimana mengantisipasi dan mempengaruhi kebutuhan pelanggan masa depan terkait praktek berkelanjutan.
3.      Meluncurkan inisitiatif strategi lintas bisnis dan
4.      Membimbing setiap SBU untuk mengembangkan strateginya masing-masing dan konsisten dengan yang dimiliki perusahaan.

4.     Keunggulan Balance Scorecard
Balanced Scorecard memiliki keunggulan dalam hal cakupan pengukuran yang lengkap dengan mempertimbangkan kinerja keuangan dan nonkeuangaan, kuantitatif, kualitatif obyektif dan subjektif. Dan yang menarik Balanced Scorecard tidak hanya mengukur hasil akhir tapi juga aktivitas-aktivitas penentu hasil akhir.
Dalam perkembangannya Balanced Scorecardtelah banyak membantu perusahaan untuk sukses mencapai tujuannya. Balanced Scorecardmemiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki sistem strategi manajemen tradisional. Strategi manajemen tradisional hanya mengukur kinerja organisasi dari sisi keuangan saja dan lebih menitik beratkan pengukuran pada hal-hal yang bersifat tangible, namun perkembangan bisnis menuntut untuk mengubah pandangan bahwa hal-hal intangible juga berperan dalam kemajuan organisasi. Balanced Scorecardmenjawab kebutuhan tersebut melalui sistem manajemen strategi kontemporer, yang terdiri dari empat perspektif yaitu: keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Balanced Scorecard memiliki keunggulan yang menjadikan sistem manajemen strategik saat ini berbeda secara signifikan dengan sistem manajemen strategik dalam manajemen tradisional (Mulyadi,2001). Manajemen strategik tradisional hanya berfokus ke sasaran-sasaran yang bersifat keuangan, sedangkan sistem manajemen strategik kontemporer mencakup perspektif yang luas yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Selain itu berbagai sasaran strategik yang dirumuskan dalam sistem manajemen strategik tradisional tidak koheren satu dengan lainnya, sedangkan berbagai sasaran strategik dalam sistem manajemen strategik kontemporer dirumuskan secara koheren. Di samping itu, Balanced Scorecard menjadikan sistem manajemen strategik kontemporer memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh sistem manajemen strategik tradisional, yaitu dalam karakteristik keterukuran dan keseimbangan.
Menurut Mulyadi (2001), keunggulan pendekatan Balanced Scorecard dalam system perencanaan strategic adalah mampu menghasilkan rencana strategic yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Komprehensif
Balanced Scorecard menambahkan perspektif yang ada dalam perencanaan strategik, dari yang sebelumnya hanya pada perspektif keuangan, meluas ke tiga perspektif yang lain, yaitu: pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan perspektif rencana strategik ke perspektif nonkeuangan tersebut menghasilkan manfaat sebagai berikut:
a. Menjanjikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berjangka panjang,
b. Memampukan perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompleks.
2. Koheren
Balanced Scorecard mewajibkan personel untuk membangun hubungan sebab akibat di antara berbagai sasaran strategik yang dihasilkan dalam perencanaan strategik. Setiap sasaran strategik yang ditetapkan dalam perspektif nonkeuangan harus mempunyai hubungan kausal dengan sasaran keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dengan demikian, kekoherenan sasaran strategik yang dihasilkan dalam sistem perencanaan strategik memotivasi personel untuk bertanggung jawab dalam mencari inisiatif strategik yang bermanfaat untuk menghasilkan kinerja keuangan. Sistem perencanaan strategik yang menghasilkan sasaran strategik yang koheren akan menjanjikan pelipatgandaan kinerja keuangan berjangka panjang, karena personel dimotivasi untuk mencari inisiatif strategik yang mempunyai manfaat bagi perwujudan sasaran strategik di perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan. Kekoherenan sasaran strategik yang menjanjikan pelipatgandaan kinerja keuangan sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif.
3. Seimbang
Keseimbangan sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik penting untuk menghasilkan kinerja keuangan berjangka panjang. Jadi perlu diperlihatkan garis keseimbangan yang harus diusahakan dalam menetapkan sasaran-sasaran strategic di keempat perspektif.
4. Terukur
Keterukuran sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik menjanjikan ketercapaian berbagai sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem tersebut. Semua sasaran strategik ditentukan oleh ukurannya, baik untuk sasaran strategik di perspektif keuangan maupun sasaran strategik di perspektif nonkeuangan.
Dengan Balanced Scorecard, sasaran-sasaran strategik yang sulit diukur, seperti sasaran-sasaran strategik di perspektif nonkeuangan, ditentukan ukurannya agar dapat dikelola, sehingga dapat diwujudkan. Dengan demikian keterukuran sasaran-sasaran strategik di perspektif nonkeuangan tersebut menjanjikan perwujudan berbagai sasaran strategik nonkeuangan, sehingga kinerja keuangan dapat berlipat ganda dan berjangka panjang.
5.       Faktor Yang Memacu Perusahaan Mengimplementasikan Balance Scorecard
Balanced Scorecard merupakan alat manajemen kontemporer (contemporary management tool). Kebutuhan perusahaan untuk mengimplementasikan Balanced Scorecard dipacu oleh faktor-faktor berikut ini:
1.      Lingkungan bisnis yang dimasuki oleh perusahaan sangat kompetitif dan turbulen.
2.      Sistem manajemen yang digunakan oleh perusahaan tidak pas dengan tuntutan lingkungan bisnis yang dimasuki oleh perusahaan.
3.      Sistem pengelolaan kinerja personel tidak selaras dengan sistem manajemen strategik

Lingkungan bisnis yang dimasuki oleh perusahaan sangat kompetitif dan turbulen. Lingkungan bisnis seperti ini menuntut kemampuan perusahaan untuk:
1.      Membangun keunggulan kompetitif melalui distinctive capability.
Di dalam lingkungan bisnis kompetitif, produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan hanya akan dipilih oleh customer jika memiliki keunggulan tertentu dibandingkan dengan persaingan. Keunggulan hanya dapat diwujudkan melalui usaha cerdas, terencana, sistematik, dan dengan langkah-langkah besar serta berjangka panjang. Balanced Scorecard menyediakan rerangka untuk membangun keunggulan kompetitif melalui empat perspektif: keuangan, customer, proses, dan pembelajaran dan pertumbuhan. Diperlukan usaha cerdas, terencana, sistematik, dan waktu lama untuk membangun kepercayaan dan kepuasan customer, hubungan kemitraan dengan pemasok, proses bisnis yang produktifdan cost effective, kompetensi dan komitmen personel, sistem informasi yang mendukung proses layanan bagi customer, dan organisasi nirbatas yang berkapabilitas untuk belajar, berkapasitas untuk berubah, serta berakuntabilitas tinggi.
2.      Membangun dan secara berkelanjutan memutakhirkan peta perjalanan untuk mewujudkan masa depan perusahaan.
Lingkungan bisnis kompetitif pasti akan bergolak karena terjadinya berbagai perubahan yang diciptakan oleh para produsen untuk menarik perhatian customer. Untuk memasuki lingkungan bisnis bergolak seperti itu, perusahaan memerlukan peta perjalanan yang secara akurat mencerminkan kondisi lingkungan bisnis yang akan dimasuki oleh perusahaan. Oleh karena lingkungan bisnis senantiasa bergolak, peta perjalanan yang digunakan oleh perusahaan untuk membangun masa depannya tidak akan berumur panjang; peta perjalanan perlu dimutakhirkan secara berkelanjutan agar menggambarkan secara pas kondisi lingkungan bisnis yang akan dimasuki oleh perusahaan. Manajemen memerlukan sistem untuk membangun dan secara berkelanjutan memutakhirkan peta perjalanan untuk mewujudkan masa depan perusahaan.
3.      Menempuh langkah-langkah strategik dalam membangun masa depan perusahaan.
Lingkungan bisnis kompetitif menuntut perusahaan untuk menempuh langkah-langkah strategik dalam membangun masa depannya. Langkah-langkah kecil tidak akan mampu menjadikan perusahaan mencapai keunggulan kompetitif yang dituntut oleh persaingan. Untuk memotivasi personel dalam memikirkan dan melaksanakan langkah-langkah strategik, perusahaanmembutuhkan sistem manajemen strategik. Sistem manajemen ini menjanjikan dihasilkannya sasaran strategik dan langkah strategik untuk membangun masa depan perusahaan
4.      Mengerahkan dan memusatkan kapabilitas dan komitmen seluruh personel dalam membangun masa depan perusahaan.
Lingkungan bisnis turbulen menjadikan masa depan perusahaan sangat kompleks dan sulit untuk diprediksi dengan tepat. Dibutuhkan pemikiran dari banyak pihak dan banyak ahli untuk membuat skenario masa depan yang diperkirakan akan terjadi. Perusahaan membutuhkan sistem manajemen yang mampu menampung dan mensintesakan berbagai pemikiran dari seluruh personel untuk membangun skenario masa depan perusahaan. Masa depan perusahaan terlalu kompleks untuk dipikirkan oleh sebagian kecil personel. Di samping itu, lingkungan bisnis kompetitif menuntut kekohesivan seluruh personel dalam menghadapi lingkungan seperti itu, sehingga perusahaan memerlukan sistem manajemen yang mampu mengerahkan dan memusatkan kapabilitas dan komitmen seluruh personel dalam membangun masa depan perusahaan.

Sistem manajemen yang tidak pas dengan tuntutan lingkungan bisnis sebagaimana yang digambarkan di atas memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.      Sistem manajemen yang digunakan hanya mengandalkan anggaran tahunan sebagai alat perencanaan masa depan perusahaan.
Jika dalam lingkungan bisnis kompetitif dan turbulen sekarang ini perusahaan hanya mengandalkan anggaran tahunan sebagai alat perencanaan masa depannya, perusahaan akan sangat rentan dalam persaingan. Anggaran tahunan hanya akan menghasilkan langkah-langkah kecil ke depan yang hanya mempunyai masa pelaksanaan satu tahun atau kurang. Langkah-langkah strategik hanya dapat direncanakan dengan baik jika perusahaan menggunakan sistem perencanaan laba jangka panjang yang didesain untuk itu. Sistem perumusan strategi, sistem perencanaan strategik, dan sistem penyusunan program merupakan sistem manajemen yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk memikirkan dan merumuskan langkah-langkah strategik dalam membangun masa depan perusahaan.
2.    Tidak terdapat kekoherenan antara rencana laba jangka panjang (atau dikenal dengan istilahcorporate plan) dengan rencana laba jangka pendek dan implementasinya.
Banyak perusahaan telah menyusun rencana laba jangka panjang (berupa corporate plan), namun jarang sekali rencana laba jangka panjang tersebut diterjemahkan ke dalam rencana laba jangka pendek. Terdapat matarantai yang hilang, yang seharusnya menghubungkan antara penyusunan rencanalaba jangka panjang dengan rencana laba jangka pendek. Sebetulnya sistem manajemen dalam perusahaan-perusahaan ini lebih baik dibandingkan dengan sistem manajemen perusahaan-perusahaan yang hanya mengandalkan pada anggaran tahunan untuk membangun masa depan mereka. Namun, karena rencana laba jangka panjang tidak koheren dengan rencana laba jangka pendek, pada dasarnya perusahaan-perusahaan ini juga hanya mengandalkan anggaran tahunan untuk membangun masa depan mereka. Ketidakkoherenan antara rencana laba jangka panjang dengan rencana laba jangka pendek ini menyebabkan perusahaan tidak responsif terhadap perubahan lingkungan bisnis yang diprakirakan akan terjadi.
3.      Sistem manajemen yang digunakan tidak mengikutsertakan secara optimum seluruh personel dalam membangun masa depan perusahaan.
Dalam manajemen tradisional, masa depan perusahaan dirumuskan oleh manajemen puncak dengan bantuan staf perencanaan. Manajemen menengah dan bawah serta karyawan mengimplementasikan rencana laba jangka panjang dan rencana laba jangka pendek yang telah dirumuskan oleh manajemen puncak dan staff tersebut. Sistem manajemen seperti ini cocok untuk lingkungan bisnis yang stabil, yang di dalamnya prediksi masih dapat diandalkan untuk memperkirakan masa depan perusahaan. Untuk menghadapi lingkungan bisnis kompetitif dan turbulen, masa depan perusahaan sangat sulit untuk diprediksikan. Dibutuhkan penginderaan secara terus menerus terhadap trend perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis dan diperlukan kecepatan respon terhadap trend perubahan yang teridentifikasi. Penginderaan secara terus menerus dan kecepatan respon terhadap trendperubahan hanya dapat dilakukan oleh perusahaan jika perusahaan menggunakan sistem manajemen yang melibatkan secara optimum seluruh personel dalam membangun masa depan perusahaan.

Sistem Manajemen Kinerja Personel tidak Selaras dengan Sistem Manajemen Strategik Berbasis Balanced Scorecard
Semestinya sistem manajemen kinerja personel didesain sebagai bagian terpadu sistem manajemen strategik berbasis Balanced Scorecard. Pengelolaan perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis bergolak dan kompetitif perlu dilakukan secara bersistem dengan Balanced Scorecard sebagai intinya. Melalui sistem manajemen strategik berbasis Balanced Scorecard,perusahaan akan mampu beroperasi dengan sense and respond mode—suatu mode operasi yangfit dengan tuntutan lingkungan bisnis bergolak dan kompetitif. Oleh karena itu, seluruh personel (manajer dan karyawan) perusahaan perlu diukur kinerja mereka, karena mereka mengelola perusahaan melalui sistem manajemen strategik berbasis Balanced Scorecard. Dengan demikian sistem pengelolaan kinerja personel semestinya didesain selaras dengan sistem manajemen strategik berbasis Balanced Scorecard.
Namun, pada umumnya sistem pengukuran kinerja perusahaan-perusahaan Indonesia memiliki keterbatasan berikut ini:
1.      Basis yang digunakan untuk pemberian penghargaan adalah posisi (position-based reward)—yaitu posisi seseorang dalam jenjang organisasi, bukan kinerja (performance-based reward)—yaitu kinerja yang dihasilkan oleh personel dalam mewujudkan sasaran-sasaran strategik yang telah disepakati melalui inisiatif strategik yang telah ditetapkan. Position-based reward tidak memotivasi personel untuk mengelola secara strategik perusahaan mereka, karena secara sederhana posisi personel tidak mencerminkan kinerja yang dihasilkan melalui pengelolaan.
2.      Job description digunakan sebagai basis untuk menentukan kinerja personel, padahal  job description merupakan pekerjaan (work) personel, bukan kinerja (performance) personel. Balanced Scorecard disamakan dengan key performance indicator (KPI) dan KPI ditentukan berdasarkan job description personel. Job description personel biasanya disusun terlepas dari strategi yang dipilih perusahaan untuk bersaing dalam memperebutkan pilihan customer. Dengan pemberian penghargaan atas kinerja yang ditetapkan berdasarkan job description, penghargaan tidak memotivasi personel dalam mewujudkan strategi perusahaan, sehingga peluang terwujudnya strategi perusahaan menjadi rendah. Dalam memasuki lingkungan bisnis kompetitif, strategi memegang peran penting untuk mengerahkan dan mengarahkan seluruh kompetensi dan komitmen personel dalam mewujudkan visi perusahaan. KPI ditetapkan pada proses penyusunan anggaran, sehingga mencakup kinerja yang diharapkan dapat dihasilkan oleh personel hanya untuk tahun anggaran yang akan datang. Sebagai akibatnya, KPI yang dihasilkan tidak benar-benar bersifat kunci (key) karena hanya berupa kinerja kecil yang dicapai dalam jangka pendek (setahun atau kurang).
3.      Bahkan masih banyak perusahaan Indonesia yang memfokuskan ukuran kinerja eksekutif mereka ke ukuran kinerja keuangan (rentabilitas, solvabilitas, dan likuiditas). Ukuran kinerja ini memfokuskan perhatian dan usaha eksekutif ke pencapaian kinerja jangka pendek, karena ukuran kinerja keuangan diambilkan dari informasi akuntansi yang hanya menggunakan satu tahun sebagai periode laporannya. Sebagai akibatnya eksekutif menjadi berpandangan jangka pendek dan mengabaikan pembangunan daya saing perusahaan dalam jangka panjang. Sistem pengukuran kinerja eksekutif yang berfokus ke kinerja keuangan ini tidak sejalan dengan sistem manajemen strategik berbasis Balanced Scorecard.

6.       Perubahan Lingkungan Bisnis Menuntuk Perubahan Tipe Perencanaan yang Digunakan Oleh Organisasi
Dunia bisnis adalah kegiatan yang terus menerus berubah dan berkembang. Hal itu disebabkan karena ciri khususnya adalah persaingan. Persaingan melahirkan inovasi teknologi alat produksi, alat pemasaran, alat keuangan, dan alat pengukuran kinerja. Perubahan, perkembangan, dan inovasi itu merupakan proses pembelanjaran bagi manajemen untuk menigkatkan pertumbuhan pendapatan, laba, dan nilai perusahaan.
Sektor publik merupakan sektor yang didirikan dengan tujuan memberikan pelayanan kepada masyarakat bukan untuk mendapatkan keuntungan (profit). Meskipun sektor publik bukan bertujuan mencapai profit, sektor publik dapat mengukur efektivitas dan efisiennya dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Untuk itu sektor publik dapat menggunakan Balanced Scorecarddalam pengukuran kinerjanya.
Untuk  dapat  memenuhi  kebutuhan  sektor  publik  yang  berbeda  dengan  sektor  bisnis, maka sebelum digunakan ada beberapa perubahan yang terjadi antara  lain: 
1.      perubahan framework dimana yang menjadi driver dalam Balanced Scorecard untuk sektor publik adalah misi untuk melayani masyarakat.
2.      perubahan  posisi  antara  perspektif  keuangan  dengan perspektif  pelanggan. 
3.      perspektif  customers  diganti  dengan  perspektif  customers dan stakeholders. 
4.      perubahan  perspektif  learning and growth menjadi  Pespektif Employees and Organization Capacity. 
Bagaimanapun juga, penerapan Balanced Scorecard organisasi pemerintah memerlukan beberapa penyesuaian, karena:
1.      Fokus utama sektor publik adalah masyarakat (publik) dan kelompok-kelompok tertentu (interest group), sedangkan fokus utama sektor bisnis adalah pelanggan dan pemegang saham.
2.      Tujuan  utama  organisasi  publik  adalah  bukan  maksimalisasi  hasilhasil  finansial (anggaran)  melalui  pelayanan  kepada  pihakpihak  yang  berkepentingan  (stakeholders) sesuai dengan visi dan misi organisasi pemerintah. 
3.      Mendefinisikan ukuran dan target dalam perspektif customers/stakeholders membutuhkan pandangan dan kepedulian yang tinggi, sebagai konsekuensi dari peran kepengurusan organisasi pemerintah dan membutukan definisi yang jelas serta hasil yang diinginkan. Misalnya, penentuan siapa yang menjadi stakeholder pemeliharaan sumber daya kelautan (perikanan dan lain-lain, tujuan strategis, ukuran kinerja, target kinerja dan program tindakan yang membutuhkan definisi yang jelas.

Yang menjadi fokus utama dalam sektor publik adalah misi organisasi, secara umum misi suatu organisasi adalah melayani dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dari misi tersebuit diformulasikan strategi-strategi yang akan dilakuakan untuk pencapaian misi tersebut.
Strategi  tersebut  kemudian  diterjemahkan  kedalam  4  perspektif,  yaitu:  perspektif  customers and stakeholders,  perspektif  financial,  perspektif  internal business process  dan  perspektif employees and organization capacity. 

7.       Konsep Manajemen Strategik
Manajemen strategis adalah proses untuk membantu organisasi dalam mengidentifikasi apa yang ingin mereka capai, dan bagaimana seharusnya mereka mencapai hasil yang bernilai. Besarnya peranan manajemen strategis semakin banyak diakui pada masa-masa ini dibanding masa-masa sebelumnya. Dalam perekonomian global yang memungkinkan pergerakan barang dan jasa secara bebas diantara berbagai negara, perusahaan-perusahaan terus ditantang untuk semakin kompetitif. Banyak dari perusahaan yang telah meningkatkan tingkat kompetisinya ini menawarkan produk kepada konsumen dengan nilai yang lebih tinggi, dan hal ini sering menghasilkan laba diatas rata-rata (Michael A. Hitt &  R. Duane Ireland & Robert E. Hoslisson (1997,XV) 
Manajemen strategi diwujudkan dalam bentuk perencanaan berskala besarmencakup seluruh komponen dilingkungan sebuah organisasi yang dituangkan dalam bentuk rencana strategis yang dijabarkan menjadi perencanaan operasional, yang kemudian dijabarkan pula dalam bentuk program kerja dan proyek tahunan. Rencana strategis berorientasi pada jangkauan masa depan. Visi, misi, pemilihan strategi yang menghasilkan strategi induk, dan tujuan strategi organisasi untuk jangka panjang merupakan acuan dalam merumuskan rencana strategi, namun dalam teknik penempatannya sebagai keputusan manajemen puncak secara tertulis semua acuan tersebut terdapat didalamnya.
Rencana strategis dijabarkan menjadi rencana operasional yang antara lain berisi program-program operasional termasuk proyek-proyek, dengan sasaran jangka sedang masing-masing juga sebagai keputusan manajemen puncak. Penetapan rencana strategis dan rencana operasi harus melibatkan manajemen puncak karena sifatnya sangat mendasar/prinsipil dalam pelaksanaan seluruh misi organisasi, untuk mewujudkan, mempertahankan dan mengembangkan eksistensi jangka sedang termasuk panjangnya. Pengimplementasian strategi dalam program-program termasuk proyek-proyek untuk mencapai sasarannya masing-masing dilakukan melalui fungsi-fungsi manajemen lainnya yang mencakup pengorganisasian, pelaksanaan, penganggaran dan kontrol.
Sistem manajemen strategis adalah proses merumuskan dan mengimplementasikan strategi untuk mewujudkan visi secara terus menerus secara terstruktur. Strategi adalah pola tindakan terpilih untuk mencapai tujuan tertentu. Pada mulanya, sistem manajemen strategis bercirikan: mengandalkan anggaran tahunan, berjangka panjang dan berfokus pada kinerja keuangan. Penerapan sistem manajemen strategis yang demikian di banyak perusahaan swasta mengalami kegagalan. Sebab-sebabnya antara lain: hanya 25% manajer yang memiliki insentif yang terhubung ke strategi, 60% perusahaan tidak menghubungkan anggarannya ke strategi,  85% dari tim eksekutif menghabiskan waktu kurang dari satu jam untuk membahas strategi tiap bulan, dan hanya 5% pegawai yang memahami strategi.
Namun sistem manajemen strategis tetap diperlukan karena perusahaan dituntut untuk berkembang secara terencana dan terukur, sehingga memerlukan peta perjalanan menghadapi masa depan yang tidak pasti, memerlukan langkah-langkah strategis, dan perlu  mengarahkan kemampuan dan komitmen SDM untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Balanced scorecard yang dikembangkan oleh Norton dan Kaplan memberikan solusi terhadap tuntutan ini. Peran balanced scorecard dalam sistem manajemen strategis adalah: memperluas perspektif dalam setiap tahap sistem manajemen strategis, membuat fokus manajemen menjadi seimbang, mengaitkan berbagai sasaran secara koheren, dan mengukur kinerja secara kuantitatif.Dengan menggunakan manajemen strategis, perusahaan akhirnya dapat memahami kekuatan bersaing dan mengembangkan keunggulan kompetitif berkelanjutan secara sistematis dan konsisten.

8.       Beda Manajemen Strategik Dalam Manajemen Tradisional Dengan Manajemen Strategik Dalam Manajemen Kontemporer
Balanced Scorecarddiyakini dapat mengubah strategi menjadi tindakan, menjadikan strategi sebagai pusat organisasi, mendorong terjadinya komunikasi yang lebih baik antar karyawan dan manajemen, meningkatkan mutu pengambilan keputusan dan memberikan informasi peringatan dini, serta mengubah budaya kerja. Potensi untuk mengubah budaya kerja ada karena dengan Balanced Scorecard, perusahaan lebih transparan, informasi dapat diakses dengan mudah, pembelajaran organisasi dipercepat, umpan balik menjadi obyektif, terjadwal, dan tepat untuk organisasi dan individu; dan membentuk sikap mencari konsensus karena adanya perbedaan awal dalam menentukan sasaran, langkah-langkah strategis yang diambil, ukuran yang digunakan, dll.
Kelebihan sistem manajemen strategis berbasis Balanced Scorecarddibandingkan konsep manajemen yang lain adalah bahwa ia menunjukkan indikator outcome dan output yang jelas, indikator internal dan eksternal, indikator keuangan dan non-keuangan, dan indikator sebab dan akibat. vpaling tepat disusun pada saat-saat tertentu, misalnya ketika ada merjer atau akuisisi, ketika ada tekanan dari pemegang saham, ketika akan melaksanakan strategi besar dan ketika organisasi berubah haluan atau akan mendorong proses perubahan. balanced scorecardjuga diterapkan dalam situasi-situasi yang rutin, antara lain: pada saat menyusun rencana alokasi anggaran, menyusun manajemen kinerja, melakukan sosialisasi terhadap kebijakan baru, memperoleh umpan balik, meningkatkan kapasitas staf.
Mengenai kesesuaian dengan kondisi lingkungan bisnis saat ini, Balanced Scorecardjuga menampakkan kelebihannya dibandingkan pengukuran kinerja tradisional. John Corrigan (1996) menjelaskan “ The Balanced Scorecard represents an opportunity for organizations to develop a measurement systems that enhances performance within the dynamics of today’s business environment”
Ancella Hermawan (1996) menyatakan bahwa dengan Balanced Scorecard suatu unit bisnis tidak hanya dinyatakan dalam suatu ukuran finansial, melainkan dijabarkan lebih lanjut ke dalam pengukuran bagaimana suatu unit usaha menciptakan nilai bagi pelanggan yang ada sekarang dan di masa yang akan datang, bagaimana unit usaha harus meningkatkan kemampuan internalnya serta berinvestasi pada manusia, system, dan prosedur yang dibutuhkan untuk memperoleh kinerja yang lebih baik di masa yang akan datang.
Konsep Balanced Scorecardmerubah fokus perspektif perencanaan dari sekedar pada fokus finansial anggaran tahunan dan berjangka pendek, menjadi perspektif perencanaan komprehensif yang mencakup aspek finansial, bisnis internal, dan pembelajaran/ pertumbuhan.

Keunggulan Balance Scorecard dibanding konsep manajemen tradisional
Sistem Manajemen Strategik dalam
Manajemen Tradisional
Sistem Manajemen Strategik dalam Manajemen Kontemporer
§  Hanya berfokus pada perspektif keuangan.
§  Sistem perencanaan yang mengandalkan pada anggaran tahunan
§  Sistem perencanaan menyeluruh yang tidak koheren.
§  Perencanaan jangka panjang yang tidak bersistem.
§  Mencakup perspektif yang komprehensif: keuangan pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran / pertumbuhan
§  Koheren; membangun hubungan sebab-akibat diantara berbagai sasaran strategis yang dihasilkan dalam perencanaan strategis
§  Terukur; semua sasaran strategi ditentukan ukurannya baik untuk sasaran strategis perspektif keuangan maupun perspektif non keuangan.
§  Seimbang; keseimbangan sasaran strategis yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategis penting untuk menghasilkan kinerja keuangan jangka panjang.
§  Adaptif dan Responsif terhadap Perubahan Lingkungan Bisnis;Pengukuran aspek keuangan tradisional melaporkan kejadian masa lalu tanpa menunjukkan cara meningkatkan kinerja di masa depan. Aspek customer, inovasi dan pengembangan, learning memberikan pedoman terhadap customer yang selalu berubah preferensinya.
§  Fokus terhadap tujuan perusahaan;
-     Perspektif Keuangan.Terwujudnya tanggung jawab ekonomi melalui penerapan pengetahuan manajemen dalam pengolahan bisnis dan peningkatan produktivitas yang dikuasai personil.
-     Perspektif Customer.Terwujudnya tanggung jawab sosial sehingga perusahaan dikenal secara luas sebagai perusahaan yang akrab dengan lingkungan.
-     Perspektif Proses Bisnis Internal.Terwujudnya pelipatgandaan kinerja seluruh personil perusahaan melalui implementasi.
-     Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan. Terwujudnya keunggulan jangka penjang perusahaan lingkungan bisnis global melalui pengembangan dan pemfokusan potensi sumber daya manusia.

Setiap sistem tetap ada kelemahannya, demikian juga Balanced ScorecardKelemahan Balanced Scorecard antara lain:
1.    Perangkat yang lebih secara efektif mengukur implementasi strategi daripada mengukur    penentuan strategi.
2.    Meski berperan penting dalam memperkuat hubungan antara inisiatif perbaikan pelanggan dan strategi organisasi, namun tidak mengindikasikan bagaimana pelanggan baru dan pasar baru dapat diidentifikasi.
3.    Secara umum Balanced Scorecardmenyediakan pada pihak eksekutif bentuk kerangka kerja komprehensif untuk menerjemahkan visi dan strategi organisasi kedalam bentuk set ukuran kinerja.

9.  Balance Scorecard Sebagai Inti Sistem Manajemen Strategik
Di era informasi seperti saat ini, setiap perusahaan menghadapi lingkungan usaha yang sangat berbeda dibanding era sebelumnya.Perusahaan menghadapi lingkungan bisnis yang sangat kompetitif di tingkat lokal maupun internasional, baik di dalam lingkupindustri perusahaan itu sendiri maupun dari industri yang berbeda.Dalam situasi lingkungan bisnis yang sangat kompetitif, setiap perusahaan harus memiliki sistem manajemen strategi yang tidak hanya sekedar mampu merespons perubahan yang terjadi, tetapi juga sistem manajemen yang mampu menciptakan masa depan perusahaan melalui perubahan-perubahan yang dilaksanakan sejak saat ini. Perusahaan memerlukan sistem manajemen yang mampu memotivasi personel dalam menempuh langkah-langkah strategis demi melipatgandakan kinerja perusahaan. Manajemen strategik merupakan sistem manajemen yang akan menelorkan langkah-langkah strategis dalm membangun masa depen perusahaan.
Manajemen strategi adalah suatu proses yang digunakan oleh manajemen dan karyawan untuk merumuskan serta mengimplementasikan strategi dalam penyediaan customer value terbaik untuk mewujudkan visi organisasi. Dengan kata lain, manajemen srategi merupakan suatu upaya manajemen dan karyawan untuk membangun masa depan organisasi. Sedangkan strategi adalah pola tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan visi organisasi melalui misi.
Dalam upaya mencapai tujuan organisasi, tedapat begitu banyak hal dan persoalan yang harus dikerjakan dengan serius oleh manajemen perusahaan.Balanced Scorecard membantu organisai untuk menghadapi dua masalah fundamental, yaitu:

1.    Mengimplementasikan strategi dengan sukses.
2.    Mengukur kinerja organisasi secara efektif
Mengimplementasikan strategi secara efektif menjadi permasalahan tersendiri. Setidaknya terdapat empat pembatas implementasi strategi di organisasi: pembatas visi, pembatas orang, pembatas sumber daya, dan pembatas manjemen.
Secara tradisional, pengukuran terhadap bisnis berkisar pada aspek keuangan, yang kemudian banyak mendatangkan kritik. Ukuran keuangan tidaklah konsisten dengan lingkuangan bisnis saat ini, memiliki daya prediktif yang lemah, mengakibatkan munculnya hambatan fungsional, menghambat cara berpikir jangka panjang, dan tidak lantas bisa relevan bagi kebanyakan level organisasi.
Banyak metode yang telah dikembangkan untukmelakukan pengukuran kineja perusahaan.Dalam manajemen tradisional, ukuran kinerja yang biasa digunakan adalah ukuran keuangan.Hal ini disebabkan karena ukuran keuangan yang paling mudah dideteksi, sehingga pengukuran kinerja personel juga diukur dengan daasar keuangan. Kinerja lain seperti peningkatan komitmen personel, peningkatan kompetensi, dan sebagainya sering kali diabaikan. Dalam pendekatan Balanced Scorecard, pengukuran kinerja didasarkan  padaaspek keuangan maupun nonkeuangan. Aspek nonkeuangan mendapat perhatian yang cukup serius karena pada dasarnya peningkatan kinerja keuangan bersumber dari aspek nonkeuangan, yaitu peningkatan cost-effectiveness proses bisnis, peningkatan komitmen organisasi, dan peningkatan kepercayaan pelanggan terhadap produk yang dihasilkan, sehingga apabila peruahaa akan melakukan pelipatgandaankinerja, maka fokus perusahaan haruslah ditujukan pada peningkatan kinerja di bidang nonkeuangan karena dari situlah kinerja keuangan berasal.
Balanced Scorecard adalah suatu mekanisme system manajemen yang mampu menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam tindakan nyata di lapangan.Balanced Scorecard adalah salah satu alat manajemen yang terbukti telah membantu banyak perusahaan dalam mengimplementasikan strategi bisnisnya.
Balanced Scorecard menekankan ukurankinerja terpadu dan merupakan bagian dari system informasi kepada karyawan (information system for employee) pada setiap jenjang organisai. “Karyawan garis depan (front line employee) harus memahami konsekuensi keuangan dari keputusan dan tindakan mereka; sementara para eksekutif senior harus memahami berbagai faktor yang mendorong keberhasilan keuangan jangka panjang. Tujuan dan ukuran dalam Balanced Scorecard lebih dari sekedar sekumpulan ukuran kinerja keuangan dan nonkeuangan khuusus; semua tujuan dan ukuran ini diturunkan dari proses atas ke bawah (top-down) yang digerakkan oleh misi dan strategi unit bisnis.Balanced Scorecard harus menerjemahkan misi dan strategi unit bisnis ke dalam berbagia tujuan dan ukuran.Balanced Scorecard menyatakan adanya keseimbangan antara berbagai ukuran eksternal para pemegang sahamdan pelanggan, dengan berbagai ukuran internal proses bisnis penting, inovasi, serta pembelanjaan dan pertumbuhan. Keseimbangan juga dinyatakan antara semua ukuran hasil – apa yang dicapai oleh perusahaan pada waktu yang lalu – dengan semua ukuran faktor pendorong kinerja masa depan perusahaan.Scorecard juga menyatakan keseimbangan antara semua ukuran hasil yang objektif dan mudah dikuantifikasi dengan faktor penggerak kinerja berbagai ukuran hasil yang subjektif dan agak berdasarkan pertimbangan sendiri.Balanced Scorecard lebih dari sekedar sistem pengukuran taktis atau operasional.Perusahaan yang inovatif menggunakan Scorecard sebagai sebuah sistem manajemen strategis untuk mengelola strategi jangka panjang. Perusahaan menggunakan fokus pengukuran Scorecard demi menghasilkan berbagai proses manajemen penting:
1.    Memperjelas dan Menerjemahkan Visi serta Strategi
Proses Scorecard dimulai dengan tim manajemen puncak yang bersama-sama bekerja menerjemahkan strategi unit bisnis ke dalam berbagai tujuan strategis yang spesifik. Untuk menetapkan bebagai tujuan keuangan, tim iniharus mempertimbangkan apakah akan menitikberatkan pada pertumbuhan pendapatan dan pasar, profitabilitas, atau menghasilkan arus kas (cash flow). Khusus untuk perspektif pelanggan, tim manajemen harus menyatakan dengan jelas pelanggan dan segmen pasar yang diputuskan akan dimasuki. Setelah tujuan keuangan dan pelanggan ditetapkan, perusahaan kemudian mengidentifikasi berbagai tujuan dan ukuran proses bisnis internal. Identifikasi semacam ini merupakan salah satu inovasi dan manfaat utama dari pendekatanScorecard.Keterkaitan yang terakhir, yaitu tujuan pembelanjaran dan pertumbuhan, memberialasan logis terhadap kebutuhan investasi yang besar untuk melatih ulang para pekerja menyangkut teknologi dan sistem informasi, serta dalam meningkatkan berbagai prosedur organisasional. Semua investasi dalam sumber daya manusia, sistem, dan prosedur menghasilkan inovasi serta perbaikan yang nyata pada proses bisnis internal untuk kepentingan pelanggan dan, pada akhirnya, untuk kepentingan para pemegang saham.
2.    Mengkomunikasikan dan Mengkaitkan Berbagai Tujuan serta Ukuran Strategis
Tujuan dan ukuran strategis Balanced Scorecard dikomunikasikan ke seluruh organisasi melalui surat edaran, papan bulletin, video, dan bahkan  secara elektronis melalui jaringan komputer. Komunikasi tersebut memberi informasi kepada semua pekerja mengenai berbagai tujuan penting yang harus dicapai agar strategi organisasi berhasil.Beberapa perusahaan berusaha menguraikakan ukuran strategis tingkat tinggi Scorecard unit bisnis ke dalam ukuran yang lebih spesifik pada tingkat operasional.Scorecard juga memberidasar untuk  mengomunikasikan strategi unit bisnis dan eksekutif korporasi serrta anggota dewan direksi. Dialog tersebut tidakhanya mengenai sasaran-sasaran keuangan jangka pendek, tetapi juga mengenai perumusan dan pelaksanaan strategi yang menghasilkan terobosan kinerja masa depan. Diakhir proses pengomunikasian dan pengaitan, setiap orang dalam perusahaan sudah harus memahami tujuan jangka panjang unit bisnis dan juga strategi untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
3.    Merencanakan, Menetapkan Sasaran, dan Menyelaraskan Berbagai Inisiatif Starategis
Balanced Scorecard akan memberi dampak terbesar  ketika dimanfaatkan untuk mendorong perubahan perusahaan. Untuk itu para eksekutif senior harus menentukan sasaran bagi berbagai ukuran Scorecarduntuk tiga atau lima tahu, yang jika berhasil dicapai, akan mengubah perusahaan. Sasaran-sasaran tersebut harus mencerminkan adanya perubahan kinerja unit bisnis.Jika unit bisnis tersebut adalah perusahaan publik, maka pencapaian sasaran harus menghasilkan harga saham yang meningkat dua kali lipat atau lebih. Sedangkan sasaran keuangan antara lain pelipatagandaan tingkat pengembalian atas investasi modal atau peningkatan penjualan sebesr 150% selama lima tahun berikutnya. Untuk mencapai tujuan keuangan yang ambisius seperti itu, para manajer harus mengidentifikasi rentang sasaran pelanggan, proses bisnis internal, serta tujuan pembelanjaan dan pertumbuhan. Sasaran-sasaran ini dapat berasal dari berbagai sumber. Sasaran ukuran pelanggan harus berasal  dari upaya untuk memenuhi atau melampaui ekspektasi pelanggan. Benchmarking dapat dipakai agar praktek terbaik yang dapat disertakan untuk memeriksa apakah sasaran-sasaran yang diusulkan sacara imternal mampu membuat unit bisnis memenuhi berbagai ukuran strategi yang telah diterapkan.
4.    Meningkatkan Umpan Balik dan Pembelanjaan Strategis
Proses manajemen yang terakhir menyertakan Balanced Scorecard dalam suatukerangka pembelanjran strategi. Proses ini adalah yang paling inovatif dan merupakan aspek yang paling penting dari seluruh proses manajemen Scorecard. Proses ini memberikan kapabilitas bagi pembelajaran perusahaan pada tingkat eksekutif. Balanced Scorecard memungkinkan manajer memantau dan menyesuaikan pelaksanaan strategi dan, jika perlu, membuat perubahan-perubahan mendasar terhadap strategi itu sendiri. Proses pembelajaran strategis mendorong timbuulnya proses penetapan visi dan strategi baru di mana tujuan dalam berbagai perspektif ditinjau ulang, diperbaharui, serta diganti agar sesuai dengan pandangan terkini mengenai hasil strategis dan pendorong kinerja yang dibutuhkan untuk periode mendatang.

Banyak perusahaan menerapkan konsep untuk memningkatkan sistem pengukuran kinerja mereka. Penerapan konsep ini memberikan klarifikasi, konsensius, dan fokus pada peningkatan yang diharapkan dalam kinerja. Dengan demikian empat proses manajemen baru yang secara terpisah dan bersama-sama memberikan andil untuk mengaitkan sasaran strategik jangka panjang dengan jangka pendek.























DAFTAR PUSTAKA

Warindrani, Armila Krisna. 2006. Akuntansi Manajemen. Yogyakartra: Graha Ilmu.
Mulyadi. 2001. Balanced Scorecard: Alat Manajemen Kontemporer untuk Pelipatganda Kinerja Keuangan Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.
Garrison, Norren, dan Brewer. 2007. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba Empat.
Rudianto. 2013. Akuntansi Manajemen: Informasi Untuk Pengambilan Keputusan Strategis. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dr. Ari Purwantidan M.Ak. dan Dr. Darsono Prawironegoro. 2013. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Mitra Wacana Media.

No comments: