A. Sejarah Singkat
LEAN MANUFACTURING
Perusahaan-perusahaan AS selalu berusaha mencari
berbagai strategi efisiensi yang dapat menurunkan biaya, meningkatkan output,
menjadi lebih kompetitif, dan meningkatkan pangsa pasar. Orientasi proses dan
produksi masal yang berjaya sebelum masa PD II telah berubah menjadi orientasi
hasil, fokus pada output, dan sistem produksi.
Perusahaan-perusahaan Jepang setelah masa PDII
berusaha membangun kembali diri mereka. Masalah-masalah yang mereka hadapi
sangat berbeda, bahkan bertolak belakang dengan apa yang ada di Barat. Pada
saat Barat bergelimang dengan sumber-sumber daya, mereka mengalami kekurangan
sumber daya manusia, material, maupun finansial. Kondisi ini memaksa mereka untuk
mengembangkan praktek-praktek manufaktur baru yang rendah biaya.
Pimpinan-pimpinan perusahaan Jepang terdahulu seperti Eiji Toyoda, Taiichi
Ohno, dan Shingeo Shingo dari Toyota Motor Company, mengembangkan sebuah sistem
produksi yang disiplin dan berfokus pada proses yang sekarang dikenal sebagai “Toyota
Production System” atau “Lean Production”. Tujuan dari sistem ini
adalah untuk meminimumkan penggunaan sumber-sumber daya yang tidak memberi
nilai tambah pada produk.
Konsep “Lean Manufacturing” dipopulerkan di Amerika
oleh Massachusetts Institute of Technology dalam studi mengenai pergerakan dari
produksi masal kearah produksi seperti yang dijabarkan dalam The Machine that Changed the World
(Womack, Jones & Roos, 1990). Disana dibahas mengenai perbedaan besar
antara kinerja perusahaan otomotif Amerika dan Jepang. Buku tersebut juga
membahas elemen-elemen penting yang menyebabkan lean production bisa mewujudkan
kinerja tinggi.
Istilah lean digunakan
karena metode bisnis Jepang menggunakan lebih sedikit usaha manusia, investasi,
ruang produksi, material, dan waktu dalam semua aspek operasional. Persaingan
antara perusahaan-perusahaan otomotif Jepang dan AS selama 25 tahun belakangan
menyebabkan prinsip-prinsip lean
diadopsi keseluruh bisnis manufaktur AS.
B. APAKAH LEAN
MANUFACTURING ?
Lean Manufacturing bisa didefinisikan sebagai:
“Pendekatan sistematis untuk mengidentifikasikan dan mengeliminasi sampah (aktifitas-aktifitas tanpa nilai
tambah) melalui perbaikan berkesinambungan dengan aliran produk berdasarkan
kehendak konsumen (pulll system)
dalam mengejar kesempurnaan. “
VALUE (NILAI)
Di dalam lean production, nilai
dari suatu produk ditentukan hanya oleh konsumen. Produk harus memenuhi
kebutuhan konsumen baik waktu maupun harga. Beribu kesulitan dan hal-hal rumit
yang dilakukan oleh produsen untuk menghasilkan suatu produk sebenarnya tidak
dipandang oleh konsumen. Untuk dapat melihat nilai dari mata konsumen, perusahaan harus melakukan analisis
komprehensif terhadap keseluruhan proses bisnis mereka. Identifikasi nilai dalam lean production berarti
memahami seluruh aktifitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk tertentu,
kemudian mengoptimalkan keseluruhan proses dari sudut pandang konsumen. Cara
pandang ini sangat penting karena akan sangat membantu dalam mengidentifikasi
aktifitas-aktifitas mana yang jelas-jelas memberikan nilai tambah, mana yang
tidak memberikan nilai tambah tapi tidak bisa dihindarkan, dan mana yang tidak
memberikan nilai tambah dan bisa dihindarkan.
CONTINOUS IMPROVEMENT
(PERBAIKAN BERKESINAMBUNGAN)
Perubahan ke iklim lean
tidak bisa terjadi hanya dalam semalam. Mental untuk melakukan perbaikan yang
berkesinambungan sangat dibutuhkan untuk dapat meraih tujuan perusahaan.
Istilah “perbaikan berkesinambungan” (continous
improvement) berarti peningkatan perbaikan terhadap produk, proses, atau
pelayanan sepanjang waktu, dengan tujuan untuk mengurangi sampah (kesia-siaan) untuk meningkatkan tempat kerja secara
fungsional, pelayanan konsumen, atau kinerja produk (Suzaki, 1987). Prinsip-prinsip
perbaikan berkesinambungan, seperti yang telah diterapkan oleh
perusahaan-perusahaan terkemuka, berhasil memberikan perbaikan kinerja yang
luar biasa yang hampir mustahil dicapai oleh kompetitor mereka.
Lean Production yang diterapkan secara benar, akan memberikan hasil
sebuah organisasi yang belajar.
Seperti yang dialami semua organisasi, kesalahan pasti terjadi. Tetapi,
kesalahan tersebut tidak akan diulangi lagi karena ini adalah sebuah bentuk sampah (kesia-siaan) yang ingin dibuang
oleh metode dan filosofi lean production.
CUSTOMER FOCUS
Perusahaan lean manufacturing, berpikir lebih banyak tentang
konsumen daripada tentang mesin, tenaga kerja, atau overhead. Masukan dan umpan
balik dari konsumen ditekankan untuk memastikan kualitas dan kepuasan
pelanggan, yang pada akhirnya akan mendukung penjualan.
PERFECTION
(KESEMPURNAAN)
Konsep kesempurnaan dalam lean production berarti adanya kesempatan
tak terbatas untuk meningkatkan penggunaan segala bentuk asset. Pengurangan
segala bentuk kesia-siaan secara sistematis akan menurunkan biaya operasional
dan memenuhi kebutuhan konsumen dengan nilai maksimum dan harga rendah.
Kesempurnaan tidak akan pernah bisa tercapai, tetapi mengejarnya adalah sebuah
tujuan yang patut dilakukan karena akan membantu menjaga praktek-praktek yang
sia-sia.
FOCUS ON WASTE
Sasaran Lean Manufacturing adalah menghilangkan segala bentuk sampah (kesia-siaan) di setiap area
produksi, termasuk hubungan pelanggan, desain produk, jaringan supplier, dan
manajemen pabrik. Tujuannya adalah menggunakan lebih sedikit tenaga manusia,
lebih sedikit inventory, lebih sedikit waktu untuk menghasilkan produk, dan
lebih sedikit tempat untuk menjadi lebih responsif terhadap permintaan konsumen
sementara menghasilkan produk dengan kualitas prima dengan cara yang paling
efisien dan ekonomis.
Pada dasarnya, sampah
(kesia-siaan) adalah segala sesuatu yang tidak ingin dibayar oleh konsumen.
Beberapa tipe kesia-siaan dalam lean manufacturing system termasuk:
Overproduction : memproduksi lebih banyak dari
yang permintaan, atau memproduksi sebelum diinginkan. Hal ini terlihat pada
simpanan material. Ini adalah akibat dari produksi berdasarkan permintaan
spekulatif.
Produksi berlebihan juga berarti membuat lebih banyak dari yang
dibutuhkan oleh proses berikutnya, membuat sebelum diinginkan oleh proses
berikutnya, atau membuat lebih cepat dari yang dibutuhkan oleh proses
berikutnya.
Penyebab over produksi :
·
Logika just-in-case (untuk jaga-jaga)
·
Penggunaan otomatisasi yang
salah
·
Proses setup yang lama
·
Penjadwalan yang salah
·
Ketidakseimbangan beban kerja
·
Rekayasa berlebihan
·
Inspeksi berlebihan
·
dll
Waiting (menunggu): waktu menunggu dalam proses harus dihilangkan. Prinsipnya adalah
memaksimalkan penggunaan / efisiensi pekerja daripada memaksimalkan penggunaan
mesin-mesin.
Penyebab menunggu termasuk:
·
Ketidakseimbangan beban kerja
·
Pemeliharaan yang tidak
terencana
·
Waktu setup yang lama
·
Penggunaan otomatisasi yang
salah
·
Masalah kualitas yang tidak
selesai
·
Penjadwalan yang salah
·
dll
Work in Process (WIP): adalah material antar operasi yang timbul karena lot produksi yang
besar atau proses-proses dengan waktu siklus yang panjang.
Penyebab inventory berlebihan:
·
Melindungi perusahaan dari
inefisiensi dan masalah-masalah tak terduga
·
Kompleksitas produk
·
Penjadwalan yang salah
·
Peramalan pasar yang buruk
·
Beban kerja tidak seimbang
·
Supplier yang tidak bisa
diandalkan
·
Kesalahan komunikasi
·
Sistem reward
Proses yang sia-sia: harus dihilangkan dengan cara bertanya mengapa sebuah proses
diperlukan dan mengapa sebuah produk diproduksi. Semua langkah proses yang
tidak diperlukan harus dihilangkan. Beberapa penyebabnya:
·
Perubahan produk tanpa
perubahan proses
·
Logika just-in-case
·
Keinginan konsumen yang
sebenarnya tidak jelas
·
Proses berlebihan untuk
menutupi downtime
·
Kurang komunikasi
·
Redundant approvals
·
Extra copies/informasi
berlebihan
·
dll
Transportasi: tidak ada nilai tambah pada produk. Daripada memperbaiki
transportasi, akan lebih baik bila dikurangi atau dihilangkan. Beberapa
penyebab transportasi tinggi:
·
Layout pabrik yang buruk
·
Pemahaman yang buruk terhadap
aliran proses produksi
·
Ukuran lot besar, lead time
besar, dan area penyimpanan yang besar
Gerakan: gerakan dari pekerja, mesin, dan perpindahan (karena lokasi tools
dan parts) adalah kesia-siaan. Daripada melakukan otomatisasi terhadap gerakan
sia-sia, operasionalnya sendiri yang seharusnya diperbaiki. Penyebabnya antara
lain:
·
efektifitas manusia/mesin yang
buruk
·
metode kerja yang tidak
konsisten
·
layout fasilitas yang buruk
·
pemeliharaan dan organisasi
tempat kerja yang buruk
·
gerakan tambahan saat menunggu
Membuat produk cacat: adalah kesia-siaan yang sempurna. Mencegah timbulnya cacat lebih
baik daripada mencari dan memperbaiki cacat. Penyebabnya antara lain:
·
Kontrol proses yang lemah
·
Kualitas buruk
·
Tingkat inventory tidak seimbang
·
Perencanaan maintenance yang
buruk
·
Kurangnya pendidikan / training
/ instruksi kerja
·
Desain produk
·
Keinginan konsumen tidak
dimengerti
Underutilizing
people: tidak memanfaatkan kemampuan SDM yang ada.
Penyebabnya antara lain:
·
Budaya bisnis, politik
·
Perekrutan yang buruk
·
Rendah / tidak adanya investasi
untuk training
·
Strategi upah rendah, turnover
tinggi
Hampir semua bentuk kesia-siaan dalam proses produksi dapat masuk
setidaknya satu dari kategori diatas. Seorang yang memahami konsep ini, akan melihat
bahwa sampah (kesia-siaan) adalah
musuh utama yang akan sangat menghambat kinerja bisnis dan mengancam kemakmuran
kecuali dapat dihilangkan sepanjang waktu tanpa ampun. Lean Manufacturing
adalah sebuah pendekatan untuk menghilangkan kesia-siaan dengan mengurangi
biaya dalam keseluruhan proses produksi, dalam operasi-operasi didalam proses,
dan dalam penggunaan tenaga kerja. Fokusnya adalah membuat seluruh proses
mengalir, bukan perbaikan satu atau beberapa operasi individu.
C. ELEMEN
DASAR LEAN MANUFACTURING
·
Menghilangkan kesia-siaan
·
Reliabilitas peralatan
·
Kemampuan proses
·
Aliran berkelanjutan
·
Material mengalir satu persatu
·
Persediaan minimum dalam proses
produksi, raw material, WIP, dan produk jadi
·
Mengurangi cacat
·
Mengurangi lead time
·
Anti kesalahan
·
Sistem kualitas Stop-the-Line
·
Sistem kanban
·
Standar kerja
·
Manajemen visual (MBWA)
·
In station process control
·
Level production
·
Perubahan yang cepat
·
Kerja tim
·
Point of use storage
D. KUNCI
KEBERHASILAN LEAN
Dibawah ini terdapat beberapa pertimbangan untuk implementasi lean yang sukses:
Persiapkan dan motivasi
SDM
·
Sebarluaskan orientasi
Continuous Improvement, Kualitas
·
Rekrut dan Training SDM dengan
skill yang tepat
·
Ciptakan pemahaman bersama
mengenai perlunya perubahan lean
Employee Involvement
(keterlibatan karyawan)
·
Dorong pengambilan keputusan
dan pengembangan sistem hingga ke level terendah
·
Latih dan dayagunakan SDM
Share informasi dan manage
harapan-harapan
Identifikasi dan
dayagunakan para juara, terutama manager-manager operasional
·
Hilangkan hambatan-hambatan
(misal: people, layout, systems)
·
Buatlah directive tetapi juga
empowering
Ciptakan atmosfir
percobaan (experimentation atmosphere)
·
Toleransi terhadap kesalahan,
kesabaran, dll
·
Kemauan untuk mengambil resiko
Jalankan ukuran kinerja,
evaluasi, dan sistem rewards yang realistis
·
Tujuan kinerja yang jelas pada
saat implementasi
·
Ukur hasil, bukan jumlah
aktifitas / kejadian
·
Satukan perbaikan-perbaikan,
jangka panjang, untuk membuat sebuah target kinerja makro (mis: inventory
turns, quality, delivery, overall cost reductions)
Jalankan pilot projects
sebelum menerapkan budaya ke seluruh organisasi
·
Setelah beberapa keberhasilan
dalam operasional, barulah kembangkan keseluruh organisasi.
No comments:
Post a Comment