Penalaran
Penalaran (reasoning) adalah pemikiran
logis yang menggunakan logika individual dan deduksi untuk menghasilkan
kesimpulan. Mari kita bahas penalaran induktif dahulu.
Penalaran
Induktif. Penalaran induktif adalah penalaran dari hal-hal spesifik ke
umum. Yakni, mengambil kesimpulan (membentuk konsep) tentang semua anggota
suatu kategori berdasarkan observasi dari beberapa anggtoa (Markman &
Gentner, 2001). Misalnya, saat murid dikelas sastra hanya membaca beberapa
puisi Emili Dickinson, dan diminta maenarik kesimpulan tentang sifat umum dari
puisinya, maka dia diminta menggunakan penalaran induktif. Saat murid ditanya
apakah konsep yang dipelajari di kelas matematika belaku untuk bidang lain,
seperti bisnis atau sains, sekali lagi, dia harus menggunakan penalaran
induktif. Resiko psikologi pendidikan sering kali juga dilakukan dengan
penalaran induktif, mempelajari beberapa sampel untukmengambil kesimpulan
tentang populasi dari sampel itu.
Perhatikan bahwa konklusi induktif tidak
pernah sepenuhnya pasti yakin, mungkintidak konklusif. Konklusi induktif
mungkin mendekati pasti, tetapi selalu ada kemungkinan kesimpulan itu keliru,
sebab sampel yang dipakai tidak merepresentasikan populasi secara sempurna
(Johnson-Larid, 2000).
Penalaran induktif adalah dasar untuk
analogi. Analogi adalah hubungan (korespondensi) kemiripan dalam beberapa hal
di antara hal-hal yang berbeda. Analogi dapat dipakai untuk meningkatkan
pemahaman atas konsep baru dengan membandingkannya dengan konsepyang sudah
dipelajari. Misalnya, di BAb 8 kita membuat analogi antara komputer dan memori
manusia.
Salah satu tipe analogi menggunakan
penalaran formal dan mempunyai empat bagian, di mana hubungan antara dua bagian
pertama dalah sama atau sangat mirip dengan dua bagian terakhir. Misalnya,
pecahkan analogi berikut ini: Beethoven adalah untuk music sebagaimana Picasso
untuk _______. Untuk menjawab dengan benar (“seni”), anda harus menemukan
hubungan antara Beethoven dan msik (yang pertama menciptakan yang kedua) dan
mengaplikasikan hubungan ini untuk Picasso (apa yang diciptkan Picasso?)
Analogi dapat membantu memecahkan problem,
terutama jika direpresentasikan secara visual. Benjamin Franklin memerhatikan
bahwa objek yang lebih lancirp menghasilkan percikan listrik yang lebih kuat
ketimbang objek yang tumpul saat keduanya diberi aliran listrik. Pada mulanya
dia percaya bahwa ini adalahobservasi yang tidak penting, tetapi kemudian dia
menyadari bahwa sebuah objek yang analogi tongkat lancip bisa dipakai untuk
menarik petir (analogi untuk percikan listrik), dan karenanya bisa mengalihkan
petir dari bangunan dan kapal.
Through
The Eyes of Students
Ruang
Berpikir
Baru-baru ini saya mengobrol dengan cucu
saya Jordan Bowiesm yang baru saja masuk ke grade dua di Apex, Nort Carolina.
Saya bertanya kepada bagaimana kelasnya tahun ini.
Dia menjawab, “Biasa saja. Tetapi ada satu
kelas baru yang aku datangi seminggu sekali. Namanya ruang berpikir”.
Kemudian saya bertanya pada apa yang
dipelajarinya di sana
Jordan menjawab, “Mereka mengajari saya
untuk tak langsung mengambil kesimpulan dan ibu saya senang mendengarnya.”
Penalaran
Deduktif. Berbeda dengan penalaran induktif, penalaran deduktif adalah penalaran
dari umum ke spesifik. Tokoh fiksi detektif Inggris Sherlock Holmes adalah ahli
dalam penalaran deduktif. Misalnya, dia eringkali mengaplikasikan “hukum” umum
sains atau perilaku manusia untuk memecahkan masalah tertentu. Gambar 9.4
menyajikan representasi visual dari perbedaan antara penalaran induktif dan
deduktif.
Penalaran induktif penalaran
deduktif
Spesifik umum
umum spesifik
Gambar
9.4.Penalaran Induktif dan deduktif
Piramida di sebelah kiri (mengarah ke atas) adalah
penalaran induktif dari spesifik ke umum piramida sebelah kanan (piramida
terbalik) adalah penalaran deduktif dari umum ke spesifik
Saat anda memecahkan teka-teki, anda juga
menggunakan penalaran deduktif. Ketikaanda mempelajari aturan umum dan kemudian
memahami bagaimana aturan itu berlaku dalam beberapa situasi tetapi tidak untuk
situasi yang lain, maka Anda melakukan penalaran deduktif. Saat para psikolog
pendidikan menggunakan teori dan intuisi untuk membuat prediksi, kemudian
mengevalusi prediksi ini dengan menggunakan observasi lanjutan, maka mereka
sedang menggunakan penalaran deduktif.
Penalaran deduktif hampr selalu pasti dalam
pengertan bahwa jika aturan atau asumsi awalnya benar, maka konklusinya akan
mengikuti logika secara benar. Misalnya, jika anda tahu kaidah umum bahwa anjing menggonggong dan kucing mengeong (dan
jika kaidah ini selalu benar), anda bisa mendeduksi dengan tepat apakah hewan
piaraan tetangga anda ang tampak aneh adalah anjing atau kucing berdasarkan
suara yang dikeluarkan hewan itu. Saat psikolog pendidikan mengembangkan
hipotesis dari suatu teori, mereka menggunakan bentuk penalaran deduktif karena
hipotesis adalah spesifik, ekstensilogis dari teori umum. Jika teori itu benar,
maka hipotesisnya akan juga benar.
Through
the Eyes of Teachers.
“Jelaskan”
Saya banyak menggunakan kata “jelaskan”
saya tidak menerima jawaban tanpa menyuruh murid menjelaskannya. Saya menemukan
bahwa ini akan membuat murid berpikir tentang jawaban danmemberi dukungan untuk
jawabannya.
Donna
Shelhorse
Short
pump Middie School
Henrico
Caounty, Virginia
Pemikiran
Kritis
Baru-baru ini dikalangan psikolog dan
pendidik muncul banyak minat pada pemikiran kritis, walaupun ini bukan ide yang
benar-benar baru (Kamin, dkk., 2001). Pendidik terkenal John Dewey (1933)
mengusulkan ide yang sama ketika dia berbicara tentang pentingnya menyuruh
murid untuk berpikir secara reflektif. Psikolog ternama Max Wertheimer (1945)
berbicara tentang arti penting dari berpikir produktif, bukan sekadar menebak
jawaban yang benar. Pemikirankritis adalah
pemikiran reflektif dan produktif, dan melibatkan evaluasi bukti. Banyak soal
“reflect” yang muncul dalam buku ini membutuhkan pemikiran yang kritis.
Berikut ini beberapa cara yang dapat
dignakan guru untukmemasukkan pemikiran kritis dalam pengajaran mereka.
·
Jangan hanya tanyakan tentang
apa yang akant erjadi, tetapi tanyakan juga “bagaimana “ dan “mengapa”?
·
Kaji dugaan “fakta” untuk
mengetahui apakah ada bukti yang mendukungnya.
·
Berdebatlah secara rasional,
bukan emosional
·
Akui bahwa terkadang ada lebih
dari satu jawaban atau penjelasan yang baik
·
Bandingkan berbagai jawaban
untuk suatu pertanyaan dan nilailah mana yang benar-benar jwaban terbaik
·
Evaluasi dan kalau mungkin
tanyakan apa yang dikatakan orang lain bukan sekadar menerima begitu saja
jawaban sebagai kebenaran.
·
Ajukan pertanyaan dan pikirkan
di luar apa yang sudah kita tahu untuk menciptakan ide baru dan informasi baru.
Jacqueline dan Martin Brooks (1993; 2001)
mengeluhkan bahwa hanya sedikit sekali sekolah yang benar-benar mengajar murid untuk
berpikir kritis. Menurut mereka, sekolah terlalu menghabiskan waktu
untukmengajar anak memberi satu jawaban yang benar secar aimitatif. Kebanyakan
sekolah tidak mendorong para murid untuk memperluas pemikiran mereka dengan
menciptakan ide baru dan memikirkan ulang kesimpulan yang sudah ada. Kedua
peneliti itu percaya bahwa guru lebih sering menyuruh murid membaca,
mendefinisikan, mendeskripsikan, menyatakan, dan mensintesiskan, mengkritik,
menciptakan, mengevaluasi, memikirkan dan memikirkan ulang.
Brooks dan Brooks menunjukan bahwa banyak
murid yang sukses menyelesaikan tugasnya, mengerjakan ujian dengan baik, dan
mendapat nilai baik, tetapi merka tidak belajar berpikir secara kritis dan
mendalam. Keduanya percaya bahwa sekolah hanya menghasilkan murid yang hanya
berpikir sangat dangkal, hanya mempelajari klit luar hanya berpikir sangat
dangkal, hanya mempelajari kulit luar suatu problem, tidak memperluas pemikiran
dan melakukan pemikiran yang mendalam.
Daniel Perkins dan Sarah Tishman (1997)
bekerja sama dengan para guru untuk memasukkan pelajaran pemikiran kritis di
kelas. Berikut ini beberapa keterampilan berpikir kritis yang mereka gunakan
untuk membantu perkembangan murid:
·
Berpikiran terbuka. Ajak murid
menghindari pemikiran sempit dan dorong mereka untuk mengeksplorasi opsi-opsi.
Misalnya, saat mengajar sastra Indonesia, guru bisa meminta kepada murid untuk
meneliti pendapat pakar yang berbeda-beda tentang novel-novel karya Pramoedya
Toer.
·
Rasa ingin tahu intelektual. Dorong
murid Anda untuk bertanya, merenungkan, menyelidiki dan meneliti. Aspek lain
dari keingintahuan intelektual adalah mengenali problem dan inkonsistensi.
Dalam pelajaran sejarah, misalnya, murid diajak membaca pendapat orangselain
Amerika tentang sejarah Amerika, misalnya pendapat orang Inggris dan suku
Indian tentang Negara Amerika.
·
Perencanaan dan strategi. Bekerja
samalah dengan murid Anda dalam menyusun rencana, menentukan tujuan, mencari
arah, dan menciptakan hasil.dalam pendidikan fisik/olahraga, mislanya, ajak
murid untuk menemukan cara terbaik memenangkan pertandingan basket.
·
Kehati-hatian intelektual. Dorong murid
Anda untuk mengecek ketidakakuratan dan kesalahan, bersikap cermat dan teratur.
Misalnya, saat murid menulis makalah, mereka mempelajari struktur isi dan
mengecek fakta yang mereka masukkan.
Through
The Eyes of Teachers
Mendorong
Anak untuk Menjadi Pengambil Resiko Intelektual
Alan Haskvitz, yang mengajar studi sosial
di Suzanne Middle School di Walnut, California, percaya pada konsep belajar
sambil berbuat dan arti penting dari usaha memotivasi murid untuk memperbaiki
komunitasnya. Murid-muridnya teah menulis ulang instruksi voting yang dipakai
di Los Angeles county, melobi untuk mendukung RUU pembangunan gedung tahan
gempa, dan melakukan upaya mengurangi tindakan corat coret di dinding kota.
Alan telah mengumpulkan ribuan sumber daya guru di website http://www.reacheverychildren.com.
Dia menantang murdi untuk menjadi pemikir independen dan beran imengambil
resiko secara intelektual. Dia menyuruh murid membuat pulau yang ideal dan
mendiskusikan segala sesuatu yang ada di pulau itu, mulai dari aspek
pemerintahan sampai geografinya.
Teaching
Strategies
Meningkatkan
Pemikiran Anak
Diktator Jerman Adolf Hitler pernah
mengatakan bahwa sungguh beruntung para penguasa jika kebanyakan orang tidak
mau berpikir . pendidikan seharusnya membantu murid menjadi pemikir yang lebih
baik. Setiap guru akan setuju dengan tujuan ini, namun car auntuk mencapainya
tidak selalu tersedia di sekolah. Berikut ini pedoman untuk membantu murid
menjadi pemikir yang lebih baik.
1.
Jadilah pemandu dalam membantu murid menyusun pemikiran mereka
sendiri. Anda tidak bisa dan tidak boleh mewakili
mereka untuk berpikir. Akan tetapi, anda
dapat dan seharusnya menjadi pemandu yang efektif dalam membantu murid untuk
berpikir sendiri. Guru yang membantu murid menyusun pemikirannya sendiri
(Brooks & Brooks, 1993; 2001).
Harus:
·
Menghargai pertanyaan murid
·
Memandang murid sebagai pemikir
yang membawa teori baru tentang dunia
·
Memahami sudut pandang murid
·
Mendorong murid melakukan
elaborasi jawabannya
·
Memperkuat rasa ingin tahu
intelektual murid.
Tidak boleh:
·
Memandang pikiran anak sebagai
wadah kosong dan menganggap anda berperan sebagai penuang informasi ke pikiran
murid
·
Terlalu mengandalkan buku wajib
·
Hanya mencari jawaban yang
benar untuk memvalidasi pembalajaran murid.
2.
Gunakan pertanyaan berbasis pemikiran.salah
satu cara menganalisis strategi pengajaran anda adalah mengetahui bagaimana
apakah anda menggunakan pendekatna berbasis pelajaran, pertanyaan berbasis
fakta, atau pertanyaan bersama (Stenberg & Spear-Swirling, 1996). Dalam
pendekatan berbasis pelajaran, guru memberikan informasi dalam bentuk
pengajaran. Ini adalah pendekatan yang amat membantu untuk menyajikan secara
cepat sekumpulan informasi, mislanya factor-faktor yang menyebabkan revolusi
peranci. Dalam pertanyaan berbasis fakta, guru mengajukan pertanyaan yang
didesain agar murid mendeskripsikan informasi factual. Misalnya, guru bisa
bertanya, “Kapan revolusi perancis terjadi? Siapa raja dan ratu Perancis pada
saat itu? Dalam pertanyaan berbasis pemikiran, guru mengajukanpertanyaan yang
menstimulasi pemikiran dan diskusi. Misalnya guru bertanya, “Bandingkan
revolusi perancis dan revolusi Amerika. Apa persamaannya? Apa perbedaannya?”
Masukkan pertanyaan berbasis pemikiran dalam pengajaran anda. Pertanyaan
tersebut akan membantu murid anda untuk mengkonstruksi pemahaman terhadap suatu
topic secara lebih mendalam.
3.
Beri model pemikir yang positif. Cari di
komunitas adna model peran positif yang dapat menunjukkan bagaimana cara
berpikir efektif, dan undang mereka ke kelas anda dan bicara dengan murid anda.
Juga pikirkan konteks dalam komunitas, seperti museum, akademi, universitas,
rumah sakit, pusat bisnis, dimana anda bisa diajak murid ke sana dan mengamati
serta berinteraksi dengan para pemikir yang kompeten di sana.
4.
Sebagai guru, jadilah model peran pemikir bagi murid Anda. Anda harus punya pikiran yang aktif dan selalu ingintahu. Karena
setiap hari anda berada di kelas, murid anda aan menyerap cara anda berpikir.
Pelajari apa yang kami bahas tentang berpikir di bab ini. Jadilah model
berpikir yang positif bagi murid anda dengan melatih strategi-strategi
tersebut.s
5.
Selalu ikuti perkembangan terkini di bidang pemikiran. Teruslah mempelajari perkembangan baru dalam pengajaran murid agar
menjadi pemikir yang efektif setelah Anda menjadi guru. Selama satu decade ke
depan aka nada program teknologi baru yang dengannya anda bisa meningkatkan
keterampilan berpikir untuk murid. Kunjungi perpustakaan dan bacalah
jurnal-jurnal pendidikan, dan hadiri konferensi professional yang membahas
informasi tentang pemikiran.
Pembuatan
Keputusan
Renungkan semua keputusan yang telah anda
buat sepanjang hidup anda. Kelas berapa dan pelajarna ap ayang harus saya
ajar? Haruskah saya melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih inggi setelah lulus kuliah atau langsung cari
kerja dahulu? Haruskah saya meniti karier sebelum berkeluarga? Haruskah saya
membeli rumah atau menyewa saja? Pembuatan
keputusan adalah pemikiran dimana individu mengevaluasi berbagai pilihan
dan memutuskan pilihan dan sekian banyak pilihan tersebut.
Dalam penalaran deduktif, orangmenggunakan
kaidah yang jelas untuk mengambil kesimpulan. Sebaliknya, saat kita membuat
keputusan, kaidahnya jarang yang jelas dan kita mungkin hanya punya pengetahuan
terbatas tentang konsekuensi dari
keputusan itu (Gigenrenzer & SElton, 2001; Tversky & Fox, 1995). Selain
itu, informasi penting tidak tersedia dan kita mungkin tidak bisa memercayai
semua informasi yang kita punya (Matlin, 2002).
Dalam sebuah tipe riset pembuatan keputusn,
investigator mempelajari cara orangmempertimbangkan biaya dan manfaat dari
berbagai hasil keputusan. Mereka menemukan bahwa orangmemilih hasil dengan
nilai yang diharapkan tertinggi (Smyth, dkk., 1994). Misalnya, dalam memilih universitas (yang
berhubungan dengan beberapa plus-minus dari berbagai universitas (yang
berhubungan dengan beberapa factor seperti biaya, mutu pendidikan, kehidupan
sosial, dan lain sebagainya), kemudian membuat keputusan berdasarkan bagaimana
universitas itu memenuhi criteria yang dipilihnya.dalam membuat keputusan,
murid mungkin lebih mempertimbangkan beberapa factor ketimbang factor lainnya
(misalnya, factor biaya lebih diperhatikan ketimbang mutu pendidikan dan
kehidupan sosial).
Hasil riset pembuatan keputusan lain
menunjukkan adanya bias dan kaidah yang tidak sempurna yang memengaruhi mutu
keputusan. Dalam banyak kasus, strategi pembuatan keputusan diadaptasikan agar
sesuai dengan beragam problem (NIsbett & Ross). Akan tetapi, kita cenderung
membuat sejumlah kesalahan dalam pemikiran kita (Stanovich, 1999, 2001).
Kesalahan yang biasa terjadi dipengaruhi oleh bias konfirmasi, kekerasan
keyakinan lama, bias terlallu percaya diri, bias hindslight, serta ketersediaan
dan keterwakilan heuristic.
Bias
Konfirmasi. Bias Konfirmasi adalah kecenderungan
untuk mencari dan menggunakan informasi yang lebih mendukung ide kita ketimbang
yang bertentnagan dengan ide kita (Betch, dkk., 2001). Jadi, dalam membuat
keputusan, murid mungkin sudah punya keyakinan bahwa cara tertentu akan
berhasil. Dia menguji beberapa cara dan menemukan bahwa cara itu behasil selama
beberapa waktu. Dia menyimpulkan bahwa cara ini sudah benar dan tidak meneliti
lebih jauh fakta bahwa dalam kebanyakan kasus, cara itu tidak berhasil.
Kita cenderung mencari dan mendengar orang
yang pandangannya sesuai dengan pandangan kita ketimbang mendengar pandangan
yang bertentangan dengan pandangan kita. Jadi, anda mungkin memiliki gaya
mengajar tertentu, seperti berceramah, yang anda sekali. Jika begitu, mungkin
anda akan cenderung mau mendengarkan pandangan guru lain yang gayanya sama dengan
anda ketimbang guru yang gayanya lain, seperti mengajar dengan gaya bekerja
sama dengan murid untuk memecahkan masalah.
Dalam sebuah studi, Deanna Kuhn dan
rekannya (1994) menyuruh partisipan mendengarkan rekaman sidang pengadilan
pembunuhan. Kemudian, mereka ditanya apa keputusannya danmengapa. Banyak
partisipan cepat-cepat menyusun cerita yang hanya diambil dari bukti yang
mendukung pandangan mereka sendiri, bukan dengan mempertimbangkan semua bukti
yang mungkin ada. Para partispan ini menunjukkan bias konfirmasi dengan
mengabaikan bukti yang bertentangan dengan versi mereka. Perhatikan betapa
mudahnya anda dan murid anda terjebak dalam bias konfirmasi ini.
Kekerasan
Keyakinan. Terkait dengan bias konfirmasi. Kekerasan keyakinan adalah tendensi untuk
mempertahankan keyakinan di hadapan bukti yang bertentangan. Orang kesulitan
meninggalkan satu ide atau strategi setelah mereka menganutnya. Misalnya,
Madonna. Kita sulit percaya bahwa dia akan menjadi ibu karena kita sudah
terlalu percaya bahwa Madonna adalah penyanyi cewek yang liar dan suka
hura-hura.
Ada contoh lain dari kekerasan keyakinan
yang membuat murid kesulitan. Mereka mungkin pernah mendapat nilai baik di SMA
cukup dengan belajar semalam sebelum ujian. Seorang murid yang tidak
menggunakan strategi yang baru misalnya memperpanjang masa studi mereka sering
kali akan mendapat nilai buruk.
Bias
kepercayaan Diri berlebihan. Bias kepercayaan diri yang berlebihan adalah kecenderungan untuk lebih percaya diri dalam menilai dan
membuat keputusan berdasarkan kemungkinan atau pengalaman masa lalu. Orang
terlalu percaya diri tentang berapa lama orang yang sakit parah akan hidup,
bisnis mana yang akan bangkrut, apakah seorang tersangka terbukti bersalah di
pengadilan, dan murid mana yang akanmasuk universitas (Kahneman & Tversky,
1995). Orang sering kali terlalu percaya pada penilaian mereka sendiri
ketimbang mempertimbangkan prediksi yang didasarkan pada pengukuran yang
objektif secara statistic.
Dalam sebuah studi, mahasiswa disuruh
membuat prediksi tentang diri mereka sendiri untuk tahun akademik mendatang
(Vallone, dkk., 1990). Mereka diminta memperkirakan apakah mereka akan
meninggalkan kuliah, masuk golput dalam pemilu, dan putus dengan pacar. Mereka
memprediksikan tidak akan melakukan itu semua walaupun kemungkinan besar mereka
akan melakukan itu semua.
Bias
Hindsight. Orang bukan hanya terlalu percaya diri
terhadap apa yang mereka prediksi akan terjadi di masa depan (bias terlalu
percaya diri); tetapi mereka juga cenderung melebih-lebihkan kinerja prediksi
mereka di masa lalu (Louie, Curren, & Harich, 2000). Bias hindsight adalah tendensi kita untuk memalsukan laporan,
setelah fakta terjadi, bahwa kita pernah memprediksi secara akurat suatu
kejadian.
Saat saya menuis bab ini, kompetisi
baseball baru saja dimulai. Banyak orang diberbagai kota memprediksikan bahwa
tim mereka akan masuk ke World Series. Menjelang bulan Oktober, setelah hampir
semua tim gagal maju, banyak dari orang itu berkata, “Kan sudah kubilang, tim mu
tidak akan maju babak selanjutnya.” Dalam sebuah studi terhadap mahasiswa yang
mengikuti kuliah pengantar psikologi, seorang professor menyuruh mereka
memprediksi hasil dari pengadilan O.J. Simpson (Demakis, 1997). Hasilnya banyak
mahasiswa yang ternyata tetap “sok tahu” walaupun prediksi mereka keliru, dan
ini menunjukkan adanya bias hinssight.
Ketersediaan
Heuristik. Suatu heuristic adalah kaidah praktis
yang dapat menunjukkan suatu solusi
masalah tapi tidak bisa dipastikan keberhasilannya. Sebuah heuristic yang dpat
menghasilkan pemikiran yang cacat adalah ketersediaan heuristic, sebuah
prediksi tentang probabilitas suatu kejadian berdasarkan frekuensi terjadinya
peristiwa itu di masa lalu. Ketika sebuah peristiwa baru saja terjadi, kita
cenderung memperkirakan bahwa peristiwa itu juga akan terjadi di masa depan
(McKelvie & Drumheller, 2001).
Misalnya, seberapa besar kemungkinan anda
akan berpikir bahwa diri anda akan menjadi korban kejahatan? Rasa takut pada
kejahatan cenderung meningka ketika media massa memberitakan pembunuhan secara
besar-besaran. Karena ekses informasi kejahatan ini, kita kemungkinan akan
menganggap bahwa kejahatan merajalela di mana-mana. Media memengaruhi kesalahan prediksi ini karena
media memberi kita informasi yang hidup tentang berita tornado, pembunuhan
serangan teroris dan wabah.
Keterwakilan
Heuristik. Keterwakilan Heuristik (representativeness)berarti
kita kadang membuat keputusan yang salah karena berdasarkan pada seberapa baik
sesuatu itu cocok dngan prototype yakni, contoh yang paling umum atau representative
bukan berdasarkan pad arelevansinya pada situasi tertentu. Misalnya, perhatian
deskripsi seorangteman makan malam seseorang ini: orang yang ahli kayu, ahli
gulat, pemelihara ular, ahli motor, dan pernah ditangkap polisi. Berapa besar
kemungkinan si teman itu adalah lelaki? Sebagian besar deskripsi itu cocok
dengan prototype lelaki ketimbang wanita, jadi anda mungkin akan memperkirakan
bahwa 99 pesen teman makan malam itu adalah seorang pria.
Dalam contoh ini, prototype membantu anda
karena orang yang cocok dngan deskripsi itu kebanyakan adalah pria. Namun,
terkadang prototype kita mempertimbangkan frekuensi kejadian di seluruh
populasi. Misalnya, apakah anda akan mengatakan bahwa teman makan malam itu
adalah anggota geng motor atau salesman? Anda mungkin akanmengatakan bahwa
besar kemungkinan dia adalah anggota geng motor, tetapi dalam kasus ini anda
salah. Mengapa? Walaupun hanya sedikit salesman yang sesuai dengan
cirri-ciriyang dideskripsikan di atas, jumlah total salesman jauh lebih banyak
ketimbang jumlah total anggota geng motor. Misalkan ada 10.000 anggota geng
motor di seluruh dunia versus 100 juta salesman di seluruh dunia. Jika 1 dari
100 anggota geng motor (1%) cocok dengan deskripsi itu,maka berarti akan hanya
ada 100 orang yang cocok dengan deskripsi itu. Jika 1 dari 100.000 salesman
cocok denga deskripsi di atas (0,01%), maka jumlahnya akan 1000 orang yang
cocok. Jadi, kemungkinan jumlah salesman yang cocok dengan deskripsi itu
ternyata 10 kali lebih banyak ketimbang jumlah anggota geng.
Dalam hidup kita banyak terdapat contoh di
mana kita menilai probabilitas berdasarkan keterwakilan saa dan tidak
mempertimbangkan populasi tempat sampel diambil. Jikakita ingin membuat
keputusan yang lebih baik, kita harus menghindari kesalahan logika yang disebutkan
di sini (Todd & Gigerenzer, 2001).
Teaching
Strategies
Membuat
keputusan Anda Menjadi Baik dan Membantu Murid Anda Membuat Keputusan yang Baik
1.
Pertimbangkan biaya dan manfaat dari berbagai hasil. Anda akan menghadapi banyak situasi dimana anda akan mendpat manfaat
dari melakukan suatu strategi. Misalnya, haruskah anda menghabiskan waktu
bersama teman dan keluarga ketimbang menyiapkan PR untuk murid Anda? Akankah
murid anda akan mendapat manfaat dari pembahasan topic tertentu secara
berkelompok atau sendiri-sendiri?
2.
Hindari bias konfirmasi. Apakah anda
cenderung hanya mencari orang yang pandangannya sesuai denga pandangan anda?
Apakah ada murid yang menghindari kawan yang pandangannya bertentangan
dengannya, dan jika iya, bagaimana anda bisa membantunya?
3.
Tolak kekerasan keyakinan. Apakah anda
menganut suatu keyakinan yang mngkin sudah using dan perlu diubah.? Apakah
murid meyakini sesuatu berdasarkan pada pengalaman masa lalunya dan mereka
memegang teguh pada keyakinan itu meski tidak cocok dengan situasi yang ada?
Jika iya, bagaimana anda bisa membantu mereka?
4.
Jangan terlalu percaya diri. Apakah anda
percaya pada keputusan anda sendiri ketimbang berdasarkan probabilitas atau
berdasarkan pengalaman masa lalu? Mungkinkah salah satu murid anda mengabaikan
fakta bahwa dia pernah mendapat hasil buruk pada ujian di masa lalu dan terlalu
percaya diri sehingga tidak mau tekun belajar?
5.
Hindari bias hindsight. Monitor
kecenderungan anda dan murid Anda untuk terlalu percaya pada situasi yang
pernah terjadi.
6.
Berhati-hatilah pada ketersediaan dan keterwakilan heuristic.
Pemikiran
Kreatif
Teresa Amabile ingat bahwa saat dia masih
TK, dia bersemangat masuk sekolah tiap hari, senang bermain dengan semua warna
dan kuas besar. Dia dan temannya juga punya akses bebas ke meja yang enuh
materi seni. Teresa ingat bagaimana dia
bercerita kepada ibunya setiap hari bahwa dia sangat ingin bermain dengan
krayon dan menggambar.
Sayangnya, pengalaman Teresa saat di TK
adalah pengalaman terbaik, dalam bidang seni. Saat dia masuk sekolah dasar,
semuanya mulai berubah. Dia tak lagi punya akses bebas ke materi seni setiap
hari, dan pelajaran seni hanya menjadi salah satu dari sekian banyak pelajarn,
sesuatu yang harus dikerjakannya hanya selama satu setengah jam setiap hari
Jumat.
Minggu demi minggu di masa sekolah dasar,
tugas seni jarang bervariasi. Bagi Teresa, kelas seni SD itu membatasi dan
melemahkan semangat. Dia ingat dirinya diberi foto karya lukis besar, yang
berbeda setiapminggunya; di grade 2, murid-murid diberi foto Adoration of the Magy karyaLeonarde da
Vinci dan disuruh menirunya. Bagi Teresa dan murid lainnya, itu adalah alatihan
yang menjengkelkan, karena pada usia itu mereka belum bisa menggambar secara
bik kuda dan peri-peri, apalagi menggambar sebagus karya agung itu. Teresa dan
kawannya tidak bisa menggambar sebaik seperti yang diinginkan gurunya. Dan,
mereka tidak dibantu untuk meningkatkan keahliannya. Jelas, keinginan Teresa
untuk terus menggambar menjadi cepat hilang.
Teresa Amabile akhirnya mendapat gelar Ph.D.
dibidang psikologi dankemudian menjadi peneliti terkemuka di bidang
kreativitas. Dewasa ini, harapan Teresa adalah agar guru tidak mematikan
semangat kreatif murid seperti yang pernah dialaminya sendiri (Goleman,
kaufman, & Ray, 1993).
Apa
itu kreativitas? Kreativitas adalah kemampuan
berpikir tentang sesuatu dengan cara baru dantak biasa dan menghasilkan solusi
yang unik atas suatu problem. J.P. Guilford (1967) membedakan antara pemikiran konvergen yang menghasilkan
satu jawaban benar dan merupakan karakteristik dari jenis pemikiran yang
dibutuhkan pada tes kecerdasan konvensional, dan pemikiran divergen, yang menghasilkan banyak jawaban untuk satu
pertanyaan dan merupakan karakteristik dari kreativitas (Michael, 1999).
Misalnya, pertanyaan konvergen untuk tes inteligensi konversional adalah
“Berapauang yang Anda dapatkan jika ditukar dengan 60 gram emas?” Pertanyaan
seperti ini hanya punya satu jawaban. Sebaliknya, perhatikan pertanyaan
berikut: “apa imaji yang muncul dipikiran anda ketika duduk sendiri di ruangan
gelap?” dan “apa kegunaan yang unik dari penjepit kertas?”
Apakah kecerdasan dan kreativitas saling
terkait? Meskipun sebagian besar murid kreatif apakah sangat cerdas
(berdasarkan ter IQ konvensional), tetapi kadang hal yang sebaliknya juga ada.
Banyak murid yang sangat cerdast ernyata tidak sangat kreatif (Stenberg, 2002).
Pengajaran
dan Kreativitas. salah satu tujuan penting adalah
membantu murid menjadi lebih kreatif. Strategi yang bisa mengilhami kreativitas
murid antara bertukar gagasan, dan mengatakan apa saja yang ada di pikiran
mereka yang tampaknya relevan dengan isu tertentu (Rickards, 1999; Stenberg
& Lubart, 1995). Partisipasi biasanya diminta menahan diri dengan
tidakmengkritik gagasan orang lain setidaknya sampai akhir sesi brainstorming.
Mengembangkan
Brainstorming. Brainstorming adalah teknik di mana
orang-rang dalam sebuah kelompok didorong untukmenghasilkan ide kreatif, saling
bertukar gagasan, dan mengatakan apa saja yang ada di pikiran mereka yang
tampaknya relevan dengan isu tertentu (Rickards, 1999; Stenberg & Lubert,
1995). Partisipan biasanya diminta menahan diri dengan tidak mengkritik gagasan
orang lain setidaknya sampai akhir sesi brainstorming.
Entah itu berbasis kelompok atau
individual, strategi kreativitas yang baik adalah mengeluarkan gagasan sebanyak
mungkin. Pelukis Spanyol terkenal abad ke-20 Pablo Picasso, menghasilkan lebih
dari 20.000 karya seni. Tidak semuanya masterpiece.
Semakin banyak ide yang dihasilkan murid, semakin besar peluang mereka
memunculkan sesuatu yang unik,
Orang-orang kreatif tidak takut gagal atau
keliru. Mereka mungkin mengalami puluhan kali jalan buntu sebelum menemukan ide
inovatif. Mereka siap menang dan siap kalah. Seperti Picasso, mereka siap
mengambil resiko.
Menyediakan
lingkungan yang memicu kreativitas. beberapa
situasi kelas membantu kreativitas, tapi ada juga yangmenghambatnya. Guru yang
mendorong kreativitas sering kali mengandalkan pada rasa ingin tahu anak. Guru
memberi latihan dan aktivitas yang memicu murid untuk mencari solusi problem.
Guru tidak memberi banyak pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang sederhana.
Guru juga mendorong kreativitas dengan mengajak murid berjalan-jalan ke lokasi
dimana kreativitas dihargai Howard Gardner (1993) percaya bahwa sains,
penemuan, dan museum anak menawarkan banyak kesempatan untuk memicu
kreativitas.
Jangan
terlalu mengatur Murid. Teresa Amabila (1993)
mengatakan bahwa menyuruh murid untukmelakukan sesuatu secara persis akan
membuat mereka merasa bahwa orisinalitas adalah sebuah kesalahan dan eksplorasi
adalah kesia-siaan. Sebaliknya, jika murid diberi tahu aktivitas-aktivitas apa
yang harus mereka lakukan kemudian membiarkan murid memilih sendiri
kesenangannya dan anda mendukung kecenderungan mereka. Amabila juga percaya
bahwa ketika guru mengawasi murid sepanjang waktu, makamurid juga merasa
dirinya diawasi terus menerus selama melakukan tugas. Apabila murid terus
menerus diawai, semangat kreativ dan petualangan mereka akan punah. Kreativitas
murid juga aka pudar jika guru terlalu menuntut murid mendapat nilai bagus
danmelakukan sesuatu secara sempurna, demikian menurut Amabile.
Chuck Jones (1993), pencipta Kartun Wile E.
coyote, Road Runner dan banyak tokoh kartun lainnya, mengatakan bahwa tugas
anak-anak adalah bermain dan bereksperimen, dan mencoba hal-hal yang berbda.
Jones memberikan beberapa contoh bagaimana orang tua mengkritik seni anak.
Jones membiarkan menggambar bung dan guru berkata, “Gambarnya bagus, tapi kok
bunganya lebih besar daripada kamu?” Jones mengatakan bahwa kmentar seperti itu
sudah cukup untukmembunuh semangat anak. Saat anda menemukan sesuatu yang belum
pernah anda lihat, ia akan tampak besar, lebih besar ketimbang Anda. Tentang
sebuah gambar lainnya, orang tua bertanya, “Gambar apa ini?”Anak itu menjawab,
:Itu aku sedang menari.” Orang tua berkata lagi, “Lho, tapi kamu kan punya dua
kaki. Ini kakinya kok banyak sekali?” Jones mengatakan bahwa komentar ini
keterlaluan. Anda harus mengingat bagaimana rasanya saat anda menari. Anda
merasa anda punya empat belas kaki.
Mendorong
motivasi internal. Penggunaan hadiah yang
berlebihan seperti medal iemas, atau uang bisa melumpuhkan kreativitas karena
mengurangi keenangan intrinsic anak dalam berubah kreatif. Motivasi murid
kreatif adalah kepuasan karaena berhasil menciptakan suatu karya. Kompeisi
untuk mendapatkan hadiah dan evaluasi formal sering kali melemahkan motivasi
dan kreativitas (Amabile & Hennessey, 1992). Akan tetapi, ini bukan berarti
tidakmemberi hadih sama sekali. Kita akan membahas lebin lanjut motivasi internal
dan eksternal ini di Bab 13, “Motivasi, Pengajaran, dan Pembelajaran.”
Mendorong
pemikiran yang fleksibel dan main-main. Pemikir
kreatif bersikap fleksibel dan bermain-main dengan problem yang menimbilkan
paradox. Meskipun kreativitas membutuhkan usaha, usaha tersebut akan lebih
lancer jika murid melakukannya dengan santa. Humor dapat melancarkan roda
kreativitas (Goleman, Kaufman & Ray, 1993). Ketika murid bercanda, mereka
lebih mungkinmemikirkan solusi yag anak untuk suatu masalah. Bermain-main membantu
murid menghilangkan tekanan yang dapat menghambat gagasannya. Seorang badut
benama Wafy Gravy mengatakan “Jika kalian sudah tidak bisa mentertawakan
sesuatu, berarti sesuatu itu sudah tidak lucu lagi.”
Memperkenalkan
muri dengan orang-orang Kreatif. Di dekata Anda
mungkin tidka ada Butet Kertarajasa untuk diundang ke kelas anda, tetapi anda
sebaiknya tetap mencari orang-rang kreatif disekitar anda yang bisa anda
undang. Mintalah mereka untuk datang ke kelas anda dan menerangkan kepada murid
hal-hal yang berhubungan dengan kreativitas ataumemamerkan keahlian kreatif
mereka. Seorang penulis, penyair, pemahat, musisi, ilmuwan, dan bnayak orang
kreatif lain dapat berbagi keahlian di kelas anda.
Untuk mengevaluasi seberapa baikkah anda
dalam berpikir kreatif, silah self Assesmen 9.1. dan untuk mengetahui
penggunaan teknologi and Education.
Through
the Eyes of Students
Sutradara
Film berumur 8 tahun dan Oozy red Goop
Steven saat itu berumur delapan tahun dan
inginmendapat ketenaran dalam membuat film. Ayahnya memberikan kamera film
super-8. Steven mendapat inspirasi untuk membuat film horror.
Dia mulai membayangkanapa yang dia butuhkan
untukmembuat sebuah film. Dia butuh cairan berwarna merah darah, danibunya
membelikannya 30 kaleng buah ceri. Steven melumat buah ceri itu dengan blender
dan menciptakan cairan kental berwarna merah darah.
Ibunya memberi dia kebebasan di rumah,
membiarkan rumah diubah menjadi studio film anak. Steven mengatakan kepada
ibunya bahwa dia butuh beberapa kostum, dankemudian ibunya membuatkannya.
Nama anak itu adalah Steven Spielberg.
Ibunya sangat mendukung minatnya pada pembuatan film. Tentu saja, Steben
Spielberg kini menjadi salah atu sutradara film besar di Hollywood berkat film
garapannya seperti E.T. dan Jurrasic Park (Goleman, kaufman, & Ray, 1993).
No comments:
Post a Comment