Sponsor

Monday, 28 November 2011

Pencitraan Lewat Ide, Budaya, & Tradisi Dorong Ekonomi Kreatif RI*



Pengertian Ekonomi Kreatif

EKONOMI kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Saat ini, struktur perekonomian dunia mengalami transformasi dengan cepat seiring dengan pertumbuhan ekonomi, dari yang tadinya berbasis Sumber Daya Alam (SDA) sekarang menjadi berbasis SDM, dari era pertanian ke era industri dan informasi. (Toffler 1980)

Howkins (2001) menemukan kehadiran gelombang ekonomi kreatif setelah menyadari pertama kali pada tahun 1996 ekspor karya hak cipta Amerika Serikat mempunyai nilai penjualan USD60,18 miliar, jauh melampaui ekspor sektor lainnya seperti otomotif, pertanian, dan pesawat. Menurut Howkins, ekonomi baru telah muncul seputar industri kreatif yang dikendalikan oleh hukum kekayaan intelektual seperti paten, hak cipta, merek, royalti dan desain.

Klasifikasi Ekonomi Kreatif

Menurut Blue Print Departemen Perdagangan RI 2009, “Rencana pembangunan Ekonomi kreatif Indonesia 2009”, ekonomi kreatif mencakup industri kreatif dengan enam subsektor yang berkaitan dengan seni dan budaya.
Keenam kelompok subsektor industri kreatif adalah:

1. Kelompok Subsektor Industri publikasi dan presentasi lewat media (Media Publishing and Presence) yaitu: subsektor penerbitan-penerbitan dan subsektor periklanan; industri dan kandungan budaya yang disampaikan lewat media elektronik (Electronic Media Presentation with Cultural Content), yaitu subsektor TV dan Radio; serta subsektor Video dan Fotografi.

2. Kelompok Subsektor Industri dengan kandungan budaya yang disampaikan ke publik baik secara langsung, maupun lewat media elektrtonik (Cultural presentation) yaitu subsektor musik dan subsektor seni pertunjukan

3. Kelompok Subsektor Industri yang padat kandungan seni dan budaya (Art & Culture Intensive), yaitu subsektor kerajinan dan subsektor pasar barang seni.

4. Kelompok subsektor industri desain, yaitu subsektor desain, fashion, dan arsitektur.

5. Kelompok subsektor industri kreatif dengan muatan teknologi (Creativity with Technology), yakni subsektor riset, serta pengembangan subsektor permainan interaktif dan teknologi informasi.

6. Kelompok subsektor industri kreatif dengan muatan teknologi yaitu subsektor riset dan pengembangan, permainan interaktif, dan subsektor teknologi informasi dan jasa perangkat lunak.

Dari keenam subsektor di atas, terdapat beberapa industri kreatif yang melakukan peranan penting dalam pencitraan Indonesia ke dunia internasional yaitu, film, musik, dan televisi.

Pencitraan Bangsa

Citra adalah kesan dan persepsi yang diterima oleh seseorang pada saat melihat mendengar dan merasakan sesuatu. Semakin baik citra suatu seseorang, maka akan semakin mempermudah orang itu mendapat dukungan dalam mencapai tujuan. Citra sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan (Departemen Perdagangan RI, 2009).

Perusahaan mempunyai bagian hubungan masyarakat dan marketing yang keduanya secara sinergis membuat suatu pencitraan terhadap perusahaan dan produknya, sehingga mendapatkan kepercayaan konsumen agar mereka mau mengkonsumsi produk perusahaan tersebut. Usaha pencitraan ini dilakukan dengan iklan, kegiatan-kegiatan kepada masyarakat, website, juga kegiatan Coorporate Social Responsibility (CSR). Namun saat ini, tampaknya pencitraan tidak hanya dilakukan oleh suatu perusahaan, namun juga oleh suatu negara.

Saat ini negara-negara di dunia mulai mengenal apa yang disebut dengan Nation Branding. Dahulu pencitraan negara tercipta secara tidak sengaja dan merupakan dampak tambahan dari suatu kampanye promosi pariwisata. Tetapi saat ini, kita harus mulai menyadari bahwa globalisasi telah membuat kompetisi antarnegara menjadi kian sengit sehingga membutuhkan pencitraan yang semakin serius dan terstruktur. Tentunya pencitraan negara ini sangat melibatkan industri-industri kreatif yang dapat dipasarkan dengan besar-besaran seperti musik, film, dan industri televisi.

Menurut Anholt (2011), citra suatu negara akan membuat perbedaan yang kritikal terhadap kesuksesan suatu bisnis, perdagangan, usaha pariwisata, juga hubungan diplomatik dan hubungan budaya dengan bangsa lain.

Setiap bangsa sebenarnya adalah citra, yaitu suatu gambaran yang tercetak di dalam pikiran orang lain mengenai bangsa kita sebagai suatu entitas yang bisa positif atau negatif. Beberapa waktu lalu, penulis menghadiri sebuah kongres mahasiswa pertanian se-dunia yang diadakan di Eropa Selatan, setelah tahun sebelumnya diadakan di Indonesia. Seorang teman berkebangsaan Spanyol yang juga datang pada kongres tahun lalu di Indonesia, mengatakan bahwa dia sangat kaget ternyata Indonesia adalah negara yang sangat maju dan berkembang.

Awalnya dia pikir, Indonesia merupakan negara yang sangat miskin dan jauh dari kemakmuran. Apa yang dia pikirkan, merupakan suatu persepsi tentang Indonesia yang dia dapatkan dari media. Oleh karena itu, peranan media harus kita arahkan dalam hal ini, agar pencitraan terhadap Indonesia menjadi lebih baik.

Benchmarking dengan Pencitraan Korea

Salah satu negara, yang saat ini sedang melakukan pencitraan yang baik adalah Korea. Jika kita kaji lebih dalam mengenai Korea, saat ini di Indonesia sekali pun, sedang terjadi suatu fenomena yang disebut dengan “Demam Korea”.

Demam “Korea” ini  disebut juga dengan “Halyyu Wave”, mulai menjangkit masyarakat Indonesia melalui film, musik, acara televisi  dan artis-artis korea. Beragam film Korea ditayangkan di televisi lokal Indonesia setiap tahunnya. Semakin lama, publik semakin menyukai drama korea ini dan semakin mencari produk-produk entertaiment dari Korea.

Maka, setelah itu mulailah terjadi demam terhadap lagu-lagu Korea. Meskipun terdapat perbedaan bahasa yang sangatlah besar, bahkan sebagian besar orang-orang yang menyukai artis-artis korea tersebut tidak mengerti arti dari lagu-lagunya, namun hal ini tidak menghalangi penyebaran lagu-lagu korea di Indonesia dan tidak menghalangi mereka untuk menyanyikan lagu-lagu Korea dengan kata-kata yang rumit.

Hal ini, sebenarnya didukung juga oleh kekhasan artis-artis korea yang memadukan tarian energik dengan lagu-lagu yang easy listening, menggunakan reffrain berbahasa Inggris. Grup-grup boy band korea seperti 2PM, SNSD, Super Junior menjadi sangat terkenal di Indonesia, bahkan menjadi kiblat baru para artis-artis di Indonesia.

Saat ini di Indonesia mulai bermunculan boy band dan girl band, yang mengikuti tren artis-artis korea. Sebuah grup vokal berisi tiga orang atau lebih menyanyikan lagu-lagu yang energik, dengan tarian dan tidak ketinggalan baju pangung yang menarik perhatian. Semua itu adalah ciri khas artis-artis Korea yang mulai diikuti oleh artis-artis Indonesia, seperti boy band asal Bandung SMASH, kemudian girl band 7 Icons, Cherrybelle dan lain-lain yang sekarang mulai meramaikan industri musik Indonesia.

Dahsyatnya pengaruh “Demam Korea” ini bahkan mengubah kiblat dunia hiburan Indonesia, dari Hollywood di Amerika, menjadi Korea di semenanjung Asia. Ternyata, “Demam Korea” ini tidak berhenti pada kekaguman terhadap artisnya saja. Masyarakat, khususnya kalangan muda dan remaja, mulai mencari hal-hal lain yang berbau Korea karena ingin meniru artis-artis idolanya.

Seiring dengan hal ini, ternyata jika diperhatikan, sekarang mulai muncul beberapa merk produk Korea ke pasaran Indonesia. Contohnya di dunia fashion, mulai muncul produk-produk kecantikan dari Korea seperti The Face Shop, Etude House, Skin Food dan lain sebagainnya, dengan mengunakan model artis-artis Korea.

Tahun-tahun sebelumnya, merk-merk ini belum pernah ada di pasaran Indonesia, namun sekarang, sudah mulai menjamur di berbagai mall besar. Selain produk fashion, ternyata produk makanan Korea juga mulai berkompetisi di supermarket-supermarket besar di Indonesia. Memang baru terdapat satu rak khusus produk-produk khas Korea di supermarket-supermarket besar, namun bukan tidak mungkin produk-produk pangan lokal kita akan mulai digantikan dengan produk-produk dari negeri Korea.

Kemunculan produk-produk Korea di Indonesia, membuktikan, industri kreatif seperti musik, film, industri televisi di Korea, telah berhasil mempengaruhi Indonesia, dengan keunikan budaya dan tradisinya. Kondisi ini mempengaruhi peningkatan ekspor industri kreatif lain seperti fashion, kuliner, perdagangan, dan lain-lain menjadi lebih mendunia.

Dampak dari industri kreatif film-film korea, juga tampak pada industri pariwisata Korea. Film-film dan program televisi Korea, selalu mengambil set syuting di lokasi-lokasi yang indah, bersejarah dan memang tempat-tempat turistik. Seperti Jeju Island sebuah pulau di Korea, yang hampir selalu dijadikan tempat syuting, sehingga tempat ini menjadi sangat terkenal di internasional dan banyak turis yang datang ke pulau ini.

Dalam hal ini, juga terlihat, suatu kerja sama yang baik antara industri film, artis-artis dan pemerintah Korea. Pemerintah memanfaatkan artis-artisnya yang sudah mendunia sebagai agen-agen yang membantu mempromosikan Korea.

Korea juga memiliki saluran TV kabel international di antaranya adalah KBS dan Arirang. Chanel TV Arirang ini, bukan hanya berisikan artis-artis dan film-film korea, namun konten acaranya yang memang ditujukan untuk mencitrakan Korea kepada dunia. Saluran TV ini memiliki konten acara seperti belajar bahasa Korea untuk orang asing, eksplorasi daerah-daerah di Korea, juga berita terkini tentang Korea. Semua acara dalam stasiun TV ini dikemas dalam bahasa Inggris, tapi tentunya semua pembawa acaranya merupakan orang Korea.

Dalam program televisi jalan-jalan di Korea, adalah suatu upaya mencitrakan pariwisata Korea yang Indah. Program televisi Korea mengenai belajar bahasa Korea untuk orang asing, mencitrakan bahwa Korea adalah bangsa yang sangat kuat dalam hal budaya nya, sekaligus mempengaruhi orang asing untuk belajar bahasa Korea. Berita TV Korea, mencitrakan kondisi ekonomi dan sosial Korea saat ini, sehingga dunia dapat melihat apa yang terjadi di Korea saat ini, sekaligus mencitrakan bahwa Korea adalah bangsa yang terbuka.

Stasiun televisi Korea ini, akan sangat leluasa dalam melakukan pencitraan Korea yang terencana. Selain meningkatkan sektor pariwisata, sebenarnya yang paling penting didapatkan Korea dari hal ini adalah pencitraan yang baik terhadap Korea itu sendiri. Ketika kita semakin familiar dengan Korea, maka kepercayaan masyarakat dunia terhadap negara ini juga semakin timbul. Akibatnya, Korea juga makin mudah memasarkan produk-produk mereka ke suatu negara. Tidak dapat dielakkan lagi, kondisi ini akan meningkatkan ekonomi kreatif dan perdagangan di negara Ginseng tersebut.

Ketua Indonesia Dynamic Korea (IDK), Lucy Gultom, mengatakan, Korea sekaligus budaya di dalamnya memiliki daya tarik yang luar biasa yang mengakibatkan jumlah pecinta dan pemerhatinya bertambah dari waktu ke waktu. Menurutnya, Korea itu unik dalam berbagai sisi termasuk kebudayaan, kuliner, hingga pariwisatanya.

Namun, jika dicermati, semua keunikan Korea yakni budaya, kuliner, dan pariwisata, juga dimiliki Indonesia. Seperti kita ketahui, mungkin kita adalah bangsa dengan budaya yang paling kaya, karena terdiri dari beratus kebudayaan yang berbeda-beda di setiap daerah mulai dari Jawa sampai Papua.

Setiap daerah, setiap suku di Indonesia memiliki kuliner yang sangat berbeda satu sama lain sehingga menambah kekayaan tradisi yang dimiliki oleh Indonesia. Belum lagi dari sektor pariwisata yang mengandalkan kekayaan alam kita, laut yang terbentang dari Indonesia bagian barat sampai timur, dan  keeksotisan iklim tropis di negara kita,

Tidak diragukan lagi, Indonesia mempunyai potensi pariwisata yang sangat tinggi dibandingkan dengan Korea, mengingat Indonesia juga lebih besar dari Korea. Dengan seluruh kekayaan budaya, tradisi, pariwisata yang kita punya, apakah kita tidak bisa mengikuti langkah Korea, berekspansi ke dunia Internasional? Jawabannya adalah tentu bisa dengan menggabungkan ide, budaya dan tradisi indonesia.

Strategi Pencitraan Indonesia

Sebagai bangsa, tentunya harus lahir suatu kebanggaan terhadap bangsa dan budaya sendiri. Dengan begitu, kita bisa mencari suatu keunikan yang dapat kita tampilkan kepada dunia, dan mengemasnya menjadi suatu program pencitraan yang baik.

Fenomena Demam Korea ini, seharusnya oleh dunia entertainment dan artis-artis kita tidak dimaknai mengikuti/menjiplak artis dan film-filmnya, namun menjadi sebuah cambukan agar dunia entertainment Indonesia dengan keunikan budaya kita sendirimenjadi lebih mendunia.

Dengan kecanggihan media saat ini, seharusnya, dunia entertainment bisa menjadi media pencitraan Indonesia di mata dunia. Untuk itu, strategi yang  penulis  ajukan dalam meningkatkan sektor ekonomi kreatifadalah pencitraan terlebih dahulu. Pencitraan ini memerlukan elemen-elemen kebudayaan yang dikemas secara apik melalui industri musik, televisi dan film.

Melalui industri musik, dapat dilakukan suatu penciptaan musik Indonesia yang easy listening dengan penambahan unsur-unsur musik tradisional seperti gamelan, suling, tanjidor. Hal ini dapat menjadi trademark musik Indonesia, seperti India dengan trademark musik mendayu-dayunya, serta Korea dengan musik dan tarian yang energik.

Pada industri film, hendaknya para sineas muda Indonesia, lebih meningkatkan kualitas. Tidak hanya mengandalkan kekuatan cerita, namun juga seting-seting tempat yang indah dari seluruh penjuru negeri.

Selain itu daripada membuat film yang mengikuti tema kebarat-baratan, hendaknya membuat film yang sarat dengan tradisi dan unsur budaya Indonesia yang sangatlah banyak untuk dieksplorasi menjadi sebuah cerita yang apik. Tidak lupa juga, penambahan subtitle bahasa Inggris dan publikasi di event-event film internasional.

Strategi pemasaran film Indonesia ke luar negeri juga perlu lebih difokuskan. Perlu dipikirkan, bagaimana cara menembus bioskop-bioskop di luar negeri, yang tentunya dalam hal ini membutuhkan peran serta pemerintah dalam membantu menjual karya anak negeri di dunia internasional. Lihat saja, banyak film Thailand, Jepang, dan Korea yang saat ini diputar di bioskop Indonesia.

Investasi untuk membuat suatu channel televisi yang bisa masuk ke televisi kabel internasional mungkin besar. Namun bandingkan dengan manfaatnya sebagai media promosi dan pencitraan Indonesia. Untuk mewujudkan stasiun televisi Indonesia bertaraf internasional ini, harus ada kerja sama antara industri pertelevisian yang memang ahli di bidangnya, dengan pemerintah.

Salah satu yang dapat ditampilkan adalah kesenian ludruk khas Jawa. Ia dipercantik dengan setting panggung dan karakter yang unik. Tidak lupa, penayangan ludruk ini dibuat dengan bahasa pengantar atau subtittle Inggris.

Selain itu, di bidang tarian, kita memiliki beratus-ratus tarian khas setiap daerah di Indonesia yang dapat menjadi suguhan menarik. Bukan hanya tarian, namun ritual-ritual tradisonal seperti kegiatan debus, reog ponorogo, prosesi pemakaman di Tana Toraja, dan tradisi kebudayaan lainnya, jika dikemas dengan pengantar bahasa Inggris akan menarik bagi masyarakat dunia. Sebabnya, meskipun masyarakat dunia bergerak semakin modern, namun selalu menyukai dengan hal-hal yang berbau tradisional kuno.

Setelah pencitraan yang dilakukan oleh berbagai media kita, maka Indonesia akan semakin terkenal di dunia internasional dengan budaya, dan tradisinya yang unik. Dengan pencitraan yang baik tentang Indonesia, masyarakat internasional semakin mengenal Indonesia, semakin familiar dengan Indonesia, dan pada akhirnya terdapat kepercayaan dari masyarakat dunia karena persepsi mereka berubah menjadi lebih baik. Namun tentu saja persepsi yang baik ini nantinya harus didukung juga dengan kondisi aktual yang juga baik.

Setidaknya, dengan pencitraan dan persepsi yang baik tentang Indonesia, dunia internasional memberikan ekspektasi yang tinggi sehingga semakin memotivasi Indonesia untuk memperbaiki perekonomian dan industri lainnya. Dengan begitu, pencitraan ini adalah langkah awal untuk meningkatkan ekonomi kreatif Indonesia.

Kesimpulan

Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan aset kreatif yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pencitraan suatu negara mempengaruhi perekonomian, bisnis dan perdagangan suatu negara. Beberapa subsektor ekonomi kreatif yang dapat mencitrakan Indonesia di dunia internasional adalah film, musik dan televisi.

Dengan menggabungkan ide, tradisi dan budaya Indonesia, dalam mengemas musik, film dan program televisi, maka pencitraan tentang Indonesia di dunia internasional dapat dibentuk. Pencitraan ini merupakan suatu upaya awal untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi kreatif dan perdagangan Indonesia.
Bottom of Form

No comments: