1. Timing belt
Fungsi timing belt
adalah sebagai penyelaras putaran kruk as dan katup sehingga keduanya tidak
berbenturan. Jadi akan fatal akibatnya bila belt yang menghubungkan kedua
mekanisme ini putus secara tiba-tiba. Kerusakan komponen jelas tak terelakkan
lantaran piston akan menumbuk katup yang berada dalam posisi membuka.
Bila hal ini terjadi dalam
putaran mesin tinggi, bukan tidak mungkin blok mesin bisa menjadi pecah akibat
benturan berkali-kali yang terjadi. Namun hal ini dapat diminimalkan bila Anda
selaku pengendara langsung mengetahui kerusakan yang terjadi sehingga mesin tak
dicoba lagi untuk distart.
Mesin dengan perbandingan
kompresi rendah, dan mesin yang dilengkapi turbocharger atau
supercharger cenderung lebih kecil kemungkinannya mengalami kerusakan ini
lantaran jarak antara katup dengan piston yang memliliki celah agak jauh
ketimbang mesin normally aspirated.
Langkah preventif:
·
Ganti timing belt secara berkala sesuai
rekomendasi, atau sekitar 25-30 ribu km.
·
Percepat penggantian timing belt bila mobil
sering melewati jalan macet.
2. Knocking di mesin
turbocharger
Tekanan tinggi di ruang bakar
pada mesin yang dilengkapi alat pemasok udara paksa seperti turbocharger atau
supercharger membuat beban piston menjadi sangat tinggi. Itu sebabnya
piston bisa mengalami kerusakan seketika bila mesin sampai mengalami gejala knocking.
Pembakaran dini sebelum
waktunya akan membuat piston bergetar hebat dan suhu di ruang bakar meningkat
secara drastis. Penyebabnya tentu bermacam-macam, mulai dari kegagalan kinerja
cooling system, penyetelan tekanan turbo atau supercharger yang
berlebih, hingga kualitas bahan bakar yang tidak sesuai kebutuhan.
Langkah preventif:
•
Gunakan bahan bakar berkualitas dengan kadar oktan
minimal 95.
•
Periksa cooling system secara berkala, termasuk
komponen-komponennya seperti kipas elektrik, thermoswitch, dan lain-lain.
3. Water hammer
Terisapnya air ke dalam ruang
bakar (water hammer) merupakan salah satu problem dengan akibat paling fatal
bagi mesin mobil. Air yang yang jauh lebih padat dari udara, bila sampai
memenuhi ruang bakar, tentu tidak dapat tekan saat langkah kompresi. Dalam
kondisi katup tertutup, tekanan air yang terjadi akan menghancurkan komponen
terlemah di ruang bakar yakni piston.
Nah, di musim hujan seperti
sekarang, wasapdalah dengan genangan air yang siap menghadang.
Langkah preventif :
•
Ketahui ketinggian saluran masuk udara di mobil
sebelum melewati genangan air.
•
Jangan coba-coba menstart jika mesin mati di tengah
banjir.
•
Buka busi lalu start mesin untuk mengeluarkan air di
ruang bakar.
4. Overheat
Bila mesin beroperasi melebihi
batas suhu kerjanya, sudah pasti kerusakan komponen akan terjadi. Tapi pada
mesin modern, komputer akan secara otomatis melindungi mesin dengan cara
menon-aktifkan mesin secara bertahap. Seperti memberhentikan kerja kompresor
AC, lalu berlanjut ke mode aman (safe mode) hingga saatnya mesin akan
dihentikan secara total.
Tapi pada mobil era 1990-an,
tentu fitur ini belum tersedia. Namun Anda dapat mencirikannya dengan hadirnya
gejala knocking saat berakselerasi dan jarum indikator yang bergerak
menuju batas H.
Langkah preventif :
•
Periksa cooling system dan jumlah oli mesin
secara berkala.
•
Perhatikan indikator suhu ketika gejala knocking
timbul.
•
Berhentikan mobil secepat mungkin ketika Anda
mengetahui overheat terjadi.
5. Kebocoran oli
Di jenis mesin apapun,
bocornya pelumas sudah pasti menyebabkan kerusakan parah dan fatal akibatnya.
Menurunnya jumlah oli mesin secara drastis akan menyebabkan friksi pada
komponen bergerak akan meningkat sehingga berdampak pada peningkatkan suhu
mesin (overheat) dan keausan luar biasa.
Salah satu penyebab adalah
kerusakan baut penutup lubang pembuangan oli yang terletak di bawah mesin
akibat terkena benturan di jalan. Memang hal ini jarang terjadi, tapi Anda
perlu mencermati indikasi berupa lampu indikator oli di dasbor yang menyala
akibat pompa oli kehilangan tekanan. Penyebab lain adalah kebocoran pada
sil-sil di mesin, meski kerusakan semacam ini tidak menyebabkan penurunan
jumlah oli secara drastis, namun bertahap.
Langkah preventif
•
Periksa jumlah oli secara berkala.
•
Jangan menganggap remeh indikator oli yang menyala
meski hanya berkedip. Segera periksa jumlah oli agar kerusakan tidak semakin
parah. Sebab ini menandakan pompa oli sempat kehilangan tekanannya.
No comments:
Post a Comment