Hubungan Antar Kelompok
Hubungan
antar kelompok adalah interaksi sosial
antara dua kelompok atau lebih. Kelompok yang saling berhubungan ini
diklasifikasikan berdasarkan kriteria fisiologis dan kebudayaan. Hubungan antar
kelompok bukanlah hubungan yang terbentuk secara tiba-tiba. Hubungan ini
merupakan akumulasi dari serangkaian hubungan-hubungan sosial yang ada. Hubungan
ini mengandung sejumlah dimensi, antara:
-
Dimensi Sejarah
Dimensi ini mengarahkan
kajian kepada masalah tumbuh dan berkembangnya hubungan antar kelompok. Kapan
dan bagaimana terjadinya kontak pertama antara kelompok satu dengan kelompok
lainnya yang kemudian berkembang menjadi hubungan dominasi kelompok tersebut
terhadap kelompok lainnya.
-
Dimensi Institusi
Selain berfungsi
sebagai pengendali sosial, sikap, dan hubungan antar kelompok, institusi juga
dapat menghilangkan pola hubungan tersebut.. Contohnya adalah kebijakan
apartheid yang dicanangkan di Afrika Selatan pada masa lampau, merupakan
kebijakan yang ditegakkan oleh institusi politik dan ekonomi.
-
Dimensi Gerakan Sosial
Kajian dalam sudut
pandang ini memperhatikan berbagai gerakan sosial yang sering terjadi karena
dilakukan oleh suatu kelompok tertentu karena pengaruh dominasi dan kekuasaan. Kelompok-kelompok tertentu yang
didominasi oleh kelompok lain akan berusaha melakukan gerakan pembebasan.
Sebagai contoh adalah gerakan Black Panthers di Amerika Serikat dan gerakan
pembebasan perempuan (Woman’s Liberation Movement).
-
Dimensi Perilaku
Dimensi perilaku
menyangkut perilaku anggota suatu kelompok terhadap anggota kelompok yang lain.
Hal ini menyangkut antara lain perilaku diskriminasi dan pemeliharaan jarak
sosial
-
Dimensi Sikap
Hubungan antar kelompok
akan menimbulkan perwujudan dari sikap berupa prasangka (prejudice). Sikap ini
merupakan istilah yang mengacu pada sikap bermusuhan karena kelompok lain
memiliki suatu ciri yang tidak menyenangkan, namun dugaan ini tidak didasarkan
pada pengetahuan, pengalaman, atau bukti yang cukup konkret.
Disamping
itu terdapat pula sejumlah faktor yang mempengaruhi terbentuknya hubungan antar
kelompok yaitu:
-
Rasialisme
Merupakan bentuk
praktik diskriminasi terhadap kelompok lain, seperti tidak menyewakan atau
menjual rumah kepada ras atau etnis tertentu.
-
Etnisitas
Dalam konsep ini
kelompok etnik merupakan suatu bentuk gemeinschaft
dengan persamaan warisan kebudayaan dan ikatan batin diantara anggotanya.
-
Seksisme
Dalam seksisme, hal
yang menjadi dasar klasifikasi adalah kecerdasan dasar dan kekuatan fisik.
Contohnya pria dianggap lebih tinggi dari wanita karena fisiknya lebih kuat.
-
Ageisme
Konsep ini menjadikan factor usia sebagai dasar
klasifikasi. Contohnya orang yang lanjut usia atau dibawah umur dianggap tidak
mempunyai kuasa dalam pengambilan keputusan.
Definisi Konflik
Konflik
adalah sebuah proses yang dimulai ketika satu pihak memiliki persepsi bahwa
pihak lain memengaruhi secara negatif, atau akan memengaruhi secara negatif
sesuatu yang menjadi kepedulian atau kepentingan pihak pertama.
Perkembangan Pemikiran
tentang Konflik
1. Pandangan
Tradisional
Berpandangan
bahwa semua konflik adalah buruk dan harus dihindari.
2. Pandangan
Hubungan Manusia
Berpandangan
bahwa konflik adalah kejadian alamiah serta tidak dapat dihindari dalam semua
kelompok dan organisasi. Pandangan ini mendorong manusia untuk dapat menerima
konflik.
3. Pandangan
Interaksionis
Pandangan ini mendorong
agar para pemimpin kelompok dapat mempertahankan terjadinya tingkat konflik
minimum yang cukup untuk menjaga kelompok agar dapat bekerja, kritis terhadap
diri sendiri serta kreatif. Namun tidak berarti semua konflik menurut pandangan
ini adalah baik, karena ada beberapa konflik yang dapat mendukung pencapaian
kinerja kelompok dan memperbaiki kinerjanya (konflik fungsional) dan adapula
yang dapat menghambat kinerja kelompok (konflik disfungsional). Secara spesifik
terdapat tiga tipe konflik, yaitu konflik tugas berhubungan dengan muatan dan
tujuan pekerjaan, konflik hubungan yang berfokus pada hubungan antarpersonal,
dan konflik proses yang berhubungan dengan bagaimana suatu pekerjaan
dilaksanakan.
Proses Konflik
1. Potensi
Pertentangan atau Ketidakselarasan
Dalam tahap ini
muncul kondisi-kondisi yang menciptakan peluang bagi munculnya konflik. Kondisi
tersebut tidak harus mengarah langsung kepada konflik, tetapi salah satunya
diperlukan jika konflik hendak muncul. Secara sederhana kondisi tersebut dapat
dipadatkan kedalam tiga kategori umum, yaitu:
-
Komunikasi
Dalam hal ini,
hambatan dalam komunikasi dapat menimbulkan terjadinya konflik.
-
Struktur
Ukuran dan
spesialisasi bertindak sebagai daya yang merangsang konflik. Semakin besar
kelompok dan semakin terspesialisasi kegiatan-kegiatannya, semakin besar pula kemungkinan
terjadinya konflik.
-
Variabel-variabel
pribadi
Variabel-variabel
pribadi seperti kepribadian, emosi serta nilai-nilai dapat menjadi sumber potensial
konflik.
2. Kognisi
dan Personalisasi
Ditahap ini
terdapat dua penilaian tentang suatu konflik, yaitu:
-
Konflik yang dipersepsi
Yaitu kesadaran
oleh satu atau lebih pihak akan adanya kondisi-kondisi yang menciptakan peluang
munculnya konflik.
-
Konflik yang dirasakan
Yaitu adanya
keterlibatan emosional dalam sebuah konflik yang dapat menciptakan kecemasan,
ketegangan, frustasi, atau rasa bermusuhan.
3. Maksud
Yaitu keputusan
untuk bertindak dengan cara tertentu dalam menghadapi konflik. Terdapat lima maksud penanganan
konflik yang dapat diidentifikasi, yaitu:
-
Bersaing
Hasrat untuk
memuaskan kepentingan pribadi seseorang tanpa mempedulikan dampaknya terhadap
orang lain yang berkonflik dengannya.
-
Bekerja sama
Suatu situasi
dimana pihak-pihak yang berkonflik ingin sepenuhnya memuaskan kepentingan kedua
belah pihak.
-
Menghindar
Hasrat untuk
menarik diri atau menekan sebuah konflik.
-
Akomodatif
Kesediaan salah
satu pihak yang berkonflik untuk menempatkan kepentingan lawannya diatas
kepentingannya sendiri.
-
Kompromi
Suatu situasi
dimana masing-masing pihak yang berkonflik bersedia mengalah dalam satu atau
hal lain.
4. Perilaku
Meliputi
pernyataan, aksi, dan reaksi yang dibuat oleh pihak-pihak yang berkonflik.
Perilaku konflik ini biasanya merupakan upaya kasat mata untuk mengoperasikan
maksud dari masing-masing pihak.
5. Akibat
Jalinan
aksi-reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik menghasilkan
konsekuesi-konsekuensi yang bersifat fungsional maupun disfungsional.
-
Akibat Fungsional
Dimana konflik
dapat menjadi suatu penggerak untuk meningkatkan kinerja kelompok, serta
efektivitas kelompok.
-
Akibat Disfungsional
Yaitu kondisi dimana
konflik dapat mengurangi efektivitas kelompok, menghambat kinerja kelompok,
bahkan dapat menghentikan kelompok yang sedang berjalan dan secara potensial
mengancam kelangsungan hidup kelompok.
Negosiasi
Adalah sebuah proses dimana dua pihak atau lebih melakukan
pertukaran barang atau jasa dan berupaya menyepakati nilai tukarnya. Negosiasi
juga merupakan proses komunikasi antara dua orang atau lebih guna mengembangkan
solusi terbaik yang paling menguntungkan bagi pihak-pihak yang terlibat.
Strategi
Negosiasi
1.
Tawar Menawar
Distibutif
Adalah negosiasi
yang berupaya membagi sumber daya yang jumlahnya tetap. Situasinya
menang-kalah.
2.
Kue Tetap
Adalah keyakinan
bahwa ada sejumlah barang atau jasa untuk dibagi diantara para pihak.
3.
Tawar Menawar
Integratif
Adalah negosiasi yang mencari satu
penyelesaian atau lebih yang dapat menciptakan solusi menang-menang atau saing
menguntungkan.
Proses Negosiasi
1.
Persiapan dan Perencanaan
Meliputi apa yang diinginkan dari
negosiasi, tujuan negosiasi. Kemudian diperlukan pula persiapan untuk memprediksi apa yang menjadi
tujuan pihak lain.
2.
Penentuan Aturan Dasar
Yaitu menentukan aturan-aturan dan
prosedur-prosedur dasar dengan pihak lain untuk negosiasi itu sendiri.
3.
Klarifikasi dan
Justifikasi
Disini kedua belah pihak yang
bernegosiasi akan memaparkan, menguatkan, mengklarifikasi, mempertahankan,
serta menjustifikasi tuntutan awal masing-masing.
4.
Tawar-menawar dan
Penyelesaian Masalah
Hakikat negosiasi adalah pada mencari
kesepakatan, sehingga tak diragukan lagi perlu dibuat konsensi oleh kedua belah
pihak.
5.
Penutupan dan Implementasi
Tahap akhir adalah memformalkan
kesepakatan yang telah dibuat serta menyusun prosedur yang diperlukan untuk
implementasi dan pengawasan pelaksanaan.
Isu-isu dalam Negosiasi
1.
Peran Suasana Hati dan
Sifat Kepribadian dalam Negosiasi
Para
perunding yang suasana hatinya positif akan memperoleh hasil yang lebih baik
daripada mereka yang suasana hatinya biasa-biasa saja. Hal ini dikarenakan
seseorang yang gembira atau ceria cenderung lebih mempercayai pihak lain,
sehingga mencapai lebih banyak penyelesaian yang lebih menguntungkan.
2.
Perbedaan Gender dalam
Negosiasi
Hal ini dikarenakan pria dan wanita
memiliki perbedaan dalam menempatkan nilai sebuah hasil negosiasi.
3.
Perbedaan Kultur dalam
Negosiasi
Hal
ini disebabkan karna gaya
bernegosiasi antara kultur yang satu dengan yang lainnya berbeda.
Negosiasi Pihak Ketiga
Sejauh ini kita telah membahas
tawar-menawar dalam bentuk negosiasi langsung. Namun adakalanya individu atau
perwakilan kelompok yang bernegosiasi mengalami kebuntuan dan tidak dapat
menyelesaikan perbedaan-perbedaan antara mereka dengan negosiasi langsung, sehingga
membutuhkan bantuan pihak ketiga, seperti:
-
Mediator
Adalah pihak ketiga yang netral yang
memfasilitasi negosiasi solusi dengan menggunakan penalaran dan persuasi, serta
menyarankan alternatif-alternatif.
-
Arbitrator
Adalah pihak ketiga bagi sebuah
negosiasi dengan wewenang menentukan kesepakatan.
-
Konsiliator
Adalah pihak ketiga yang dipercaya untuk
memberikan hubungan komunikasi informal antara perunding dengan lawannya.
-
Konsultan
Adalah pihak ketiga yang terampil dan
netral yang berupaya memfasilitasi pemecahan masalah melalui komunikasi dan analisis.
No comments:
Post a Comment