Sponsor

Sunday, 20 May 2012

KONFLIK


Hubungan Antar Kelompok
Hubungan antar kelompok  adalah interaksi sosial antara dua kelompok atau lebih. Kelompok yang saling berhubungan ini diklasifikasikan berdasarkan kriteria fisiologis dan kebudayaan. Hubungan antar kelompok bukanlah hubungan yang terbentuk secara tiba-tiba. Hubungan ini merupakan akumulasi dari serangkaian hubungan-hubungan sosial yang ada. Hubungan ini mengandung sejumlah dimensi, antara:
-          Dimensi Sejarah
Dimensi ini mengarahkan kajian kepada masalah tumbuh dan berkembangnya hubungan antar kelompok. Kapan dan bagaimana terjadinya kontak pertama antara kelompok satu dengan kelompok lainnya yang kemudian berkembang menjadi hubungan dominasi kelompok tersebut terhadap kelompok lainnya.
-          Dimensi Institusi
Selain berfungsi sebagai pengendali sosial, sikap, dan hubungan antar kelompok, institusi juga dapat menghilangkan pola hubungan tersebut.. Contohnya adalah kebijakan apartheid yang dicanangkan di Afrika Selatan pada masa lampau, merupakan kebijakan yang ditegakkan oleh institusi politik dan ekonomi.
-          Dimensi Gerakan Sosial
Kajian dalam sudut pandang ini memperhatikan berbagai gerakan sosial yang sering terjadi karena dilakukan oleh suatu kelompok tertentu karena pengaruh dominasi dan kekuasaan. Kelompok-kelompok tertentu yang didominasi oleh kelompok lain akan berusaha melakukan gerakan pembebasan. Sebagai contoh adalah gerakan Black Panthers di Amerika Serikat dan gerakan pembebasan perempuan (Woman’s Liberation Movement).
-          Dimensi Perilaku
Dimensi perilaku menyangkut perilaku anggota suatu kelompok terhadap anggota kelompok yang lain. Hal ini menyangkut antara lain perilaku diskriminasi dan pemeliharaan jarak sosial
-          Dimensi Sikap
Hubungan antar kelompok akan menimbulkan perwujudan dari sikap berupa prasangka (prejudice). Sikap ini merupakan istilah yang mengacu pada sikap bermusuhan karena kelompok lain memiliki suatu ciri yang tidak menyenangkan, namun dugaan ini tidak didasarkan pada pengetahuan, pengalaman, atau bukti yang cukup konkret.
Disamping itu terdapat pula sejumlah faktor yang mempengaruhi terbentuknya hubungan antar kelompok yaitu:
-          Rasialisme
Merupakan bentuk praktik diskriminasi terhadap kelompok lain, seperti tidak menyewakan atau menjual rumah kepada ras atau etnis tertentu.
-          Etnisitas
Dalam konsep ini kelompok etnik merupakan suatu bentuk gemeinschaft dengan persamaan warisan kebudayaan dan ikatan batin diantara anggotanya.
-          Seksisme
Dalam seksisme, hal yang menjadi dasar klasifikasi adalah kecerdasan dasar dan kekuatan fisik. Contohnya pria dianggap lebih tinggi dari wanita karena fisiknya lebih kuat.
-          Ageisme
Konsep ini menjadikan factor usia sebagai dasar klasifikasi. Contohnya orang yang lanjut usia atau dibawah umur dianggap tidak mempunyai kuasa dalam pengambilan keputusan.
Definisi Konflik
Konflik adalah sebuah proses yang dimulai ketika satu pihak memiliki persepsi bahwa pihak lain memengaruhi secara negatif, atau akan memengaruhi secara negatif sesuatu yang menjadi kepedulian atau kepentingan pihak pertama.
Perkembangan Pemikiran tentang Konflik
1.      Pandangan Tradisional
Berpandangan bahwa semua konflik adalah buruk dan harus dihindari.
2.      Pandangan Hubungan Manusia
Berpandangan bahwa konflik adalah kejadian alamiah serta tidak dapat dihindari dalam semua kelompok dan organisasi. Pandangan ini mendorong manusia untuk dapat menerima konflik.
3.      Pandangan Interaksionis
Pandangan ini mendorong agar para pemimpin kelompok dapat mempertahankan terjadinya tingkat konflik minimum yang cukup untuk menjaga kelompok agar dapat bekerja, kritis terhadap diri sendiri serta kreatif. Namun tidak berarti semua konflik menurut pandangan ini adalah baik, karena ada beberapa konflik yang dapat mendukung pencapaian kinerja kelompok dan memperbaiki kinerjanya (konflik fungsional) dan adapula yang dapat menghambat kinerja kelompok (konflik disfungsional). Secara spesifik terdapat tiga tipe konflik, yaitu konflik tugas berhubungan dengan muatan dan tujuan pekerjaan, konflik hubungan yang berfokus pada hubungan antarpersonal, dan konflik proses yang berhubungan dengan bagaimana suatu pekerjaan dilaksanakan.
Proses Konflik
1.      Potensi Pertentangan atau Ketidakselarasan
Dalam tahap ini muncul kondisi-kondisi yang menciptakan peluang bagi munculnya konflik. Kondisi tersebut tidak harus mengarah langsung kepada konflik, tetapi salah satunya diperlukan jika konflik hendak muncul. Secara sederhana kondisi tersebut dapat dipadatkan kedalam tiga kategori umum, yaitu:
-          Komunikasi
Dalam hal ini, hambatan dalam komunikasi dapat menimbulkan terjadinya konflik.
-          Struktur
Ukuran dan spesialisasi bertindak sebagai daya yang merangsang konflik. Semakin besar kelompok dan semakin terspesialisasi kegiatan-kegiatannya, semakin besar pula kemungkinan terjadinya konflik.
-          Variabel-variabel pribadi
Variabel-variabel pribadi seperti kepribadian, emosi serta nilai-nilai dapat menjadi sumber potensial konflik.
2.      Kognisi dan Personalisasi
Ditahap ini terdapat dua penilaian tentang suatu konflik, yaitu:
-          Konflik yang dipersepsi
Yaitu kesadaran oleh satu atau lebih pihak akan adanya kondisi-kondisi yang menciptakan peluang munculnya konflik.
-          Konflik yang dirasakan
Yaitu adanya keterlibatan emosional dalam sebuah konflik yang dapat menciptakan kecemasan, ketegangan, frustasi, atau rasa bermusuhan.
3.      Maksud
Yaitu keputusan untuk bertindak dengan cara tertentu dalam menghadapi konflik. Terdapat lima maksud penanganan konflik yang dapat diidentifikasi, yaitu:
-          Bersaing
Hasrat untuk memuaskan kepentingan pribadi seseorang tanpa mempedulikan dampaknya terhadap orang lain yang berkonflik dengannya.
-          Bekerja sama
Suatu situasi dimana pihak-pihak yang berkonflik ingin sepenuhnya memuaskan kepentingan kedua belah pihak.
-          Menghindar
Hasrat untuk menarik diri atau menekan sebuah konflik.
-          Akomodatif
Kesediaan salah satu pihak yang berkonflik untuk menempatkan kepentingan lawannya diatas kepentingannya sendiri.
-          Kompromi
Suatu situasi dimana masing-masing pihak yang berkonflik bersedia mengalah dalam satu atau hal lain.
4.      Perilaku
Meliputi pernyataan, aksi, dan reaksi yang dibuat oleh pihak-pihak yang berkonflik. Perilaku konflik ini biasanya merupakan upaya kasat mata untuk mengoperasikan maksud dari masing-masing pihak.
5.      Akibat
Jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik menghasilkan konsekuesi-konsekuensi yang bersifat fungsional maupun disfungsional.
-          Akibat Fungsional
Dimana konflik dapat menjadi suatu penggerak untuk meningkatkan kinerja kelompok, serta efektivitas kelompok.
-          Akibat Disfungsional
Yaitu kondisi dimana konflik dapat mengurangi efektivitas kelompok, menghambat kinerja kelompok, bahkan dapat menghentikan kelompok yang sedang berjalan dan secara potensial mengancam kelangsungan hidup kelompok.
Negosiasi
Adalah sebuah  proses dimana dua pihak atau lebih melakukan pertukaran barang atau jasa dan berupaya menyepakati nilai tukarnya. Negosiasi juga merupakan proses komunikasi antara dua orang atau lebih guna mengembangkan solusi terbaik yang paling menguntungkan bagi pihak-pihak yang terlibat.
Strategi Negosiasi
1.        Tawar Menawar Distibutif
Adalah negosiasi yang berupaya membagi sumber daya yang jumlahnya tetap. Situasinya menang-kalah.
2.        Kue Tetap
Adalah keyakinan bahwa ada sejumlah barang atau jasa untuk dibagi diantara para pihak.
3.        Tawar Menawar Integratif
Adalah negosiasi yang mencari satu penyelesaian atau lebih yang dapat menciptakan solusi menang-menang atau saing menguntungkan.
Proses Negosiasi
1.        Persiapan dan Perencanaan
Meliputi apa yang diinginkan dari negosiasi, tujuan negosiasi. Kemudian diperlukan pula  persiapan untuk memprediksi apa yang menjadi tujuan pihak lain.
2.        Penentuan Aturan Dasar
Yaitu menentukan aturan-aturan dan prosedur-prosedur dasar dengan pihak lain untuk negosiasi itu sendiri.
3.        Klarifikasi dan Justifikasi
Disini kedua belah pihak yang bernegosiasi akan memaparkan, menguatkan, mengklarifikasi, mempertahankan, serta menjustifikasi tuntutan awal masing-masing.
4.        Tawar-menawar dan Penyelesaian Masalah
Hakikat negosiasi adalah pada mencari kesepakatan, sehingga tak diragukan lagi perlu dibuat konsensi oleh kedua belah pihak.
5.        Penutupan dan Implementasi
Tahap akhir adalah memformalkan kesepakatan yang telah dibuat serta menyusun prosedur yang diperlukan untuk implementasi dan pengawasan pelaksanaan.

Isu-isu dalam Negosiasi
1.        Peran Suasana Hati dan Sifat Kepribadian dalam Negosiasi
Para perunding yang suasana hatinya positif akan memperoleh hasil yang lebih baik daripada mereka yang suasana hatinya biasa-biasa saja. Hal ini dikarenakan seseorang yang gembira atau ceria cenderung lebih mempercayai pihak lain, sehingga mencapai lebih banyak penyelesaian yang lebih menguntungkan.
2.        Perbedaan Gender dalam Negosiasi
Hal ini dikarenakan pria dan wanita memiliki perbedaan dalam menempatkan nilai sebuah hasil negosiasi.
3.        Perbedaan Kultur dalam Negosiasi
Hal ini disebabkan karna gaya bernegosiasi antara kultur yang satu dengan yang lainnya berbeda.
Negosiasi Pihak Ketiga
Sejauh ini kita telah membahas tawar-menawar dalam bentuk negosiasi langsung. Namun adakalanya individu atau perwakilan kelompok yang bernegosiasi mengalami kebuntuan dan tidak dapat menyelesaikan perbedaan-perbedaan antara mereka dengan negosiasi langsung, sehingga membutuhkan bantuan pihak ketiga, seperti:
-          Mediator
Adalah pihak ketiga yang netral yang memfasilitasi negosiasi solusi dengan menggunakan penalaran dan persuasi, serta menyarankan alternatif-alternatif.
-          Arbitrator
Adalah pihak ketiga bagi sebuah negosiasi dengan wewenang menentukan kesepakatan.
-          Konsiliator
Adalah pihak ketiga yang dipercaya untuk memberikan hubungan komunikasi informal antara perunding dengan lawannya.
-          Konsultan
Adalah pihak ketiga yang terampil dan netral yang berupaya memfasilitasi pemecahan masalah melalui komunikasi dan analisis.

No comments: